Jejak Sejarah Vihara Avalokitesvara, Vihara Tertua di Banten

Banten, sebagai provinsi yang kaya akan sejarahnya, merupakan tempat bermulanya hampir seluruh bagian sejarah yang terdapat di provinsi ini. Salah satu contohnya adalah Vihara Avalokitesvara, yang menjadi vihara tertua di Banten.

oleh Putri Anastasia Bangalino Suryana diperbarui 05 Okt 2023, 17:00 WIB
Vihara Avalokitesvara Banten (Instagram @explore_serang/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Vihara Avalokitesvara, sebuah tempat ibadah Buddha yang terletak di Jalan Tubagus Raya Banten atau Banten Lama, Kota Serang. Telah menjadi saksi bisu dari berbagai perubahan sejarah dan perjalanan spiritual selama berabad-abad. Vihara ini adalah salah satu vihara tertua di Banten dan memiliki sejarah yang kaya serta asal usul yang mengesankan.

Vihara Avalokitesvara, juga dikenal sebagai Vihara Boen Tek Bio, memiliki akar yang kuat dalam sejarah penganut agama Buddha di Banten. Didirikan pada abad ke-5 Masehi selama masa pemerintahan Kerajaan Tarumanegara, yang merupakan kerajaan Hindu-Buddha yang berkuasa di wilayah ini, vihara ini menjadi pusat aktivitas keagamaan Buddha. Pada awalnya, vihara ini adalah sebuah kompleks kecil dengan struktur sederhana.

Selama berabad-abad, Vihara Avalokitesvara dipengaruhi budaya Tiongkok yang kuat. Ini terutama terlihat dalam arsitektur dan ornamen vihara. Bangunan pagoda setinggi lima lantai yang mengesankan adalah salah satu contoh terbaik dari perpaduan arsitektur Tiongkok-Indonesia. Atap berlapis dan ukiran kayu yang rumit menjadi ciri khas vihara ini.

Menurut Informasi yang telah dihimpun Liputan6.com, Vihara Avalokiteshvara didirikan oleh Putri Tiongkok Ong Tien Nio dan beberapa pengikutnya yang mempertahankan agama Buddha pada tahun 1652 di Desa Dermayon. 

 

 


Sejarah Vihara Avalokitesvara Banten

Cerita Putri Tiongkok Ong Tien Nio adalah salah satu legenda paling ikonik yang terkait dengan Vihara Avalokitesvara. Menurut legenda ini, Ong Tien Nio adalah seorang putri Tiongkok yang datang ke Banten pada zaman dahulu. Ia adalah seorang pemeluk agama Buddha yang tekun dan mengabdikan hidupnya untuk beribadah serta berbakti kepada Buddha Avalokitesvara.

Putri Ong Tien Nio merupakan seorang pedagang. Ia dikatakan telah memberikan sumbangan besar kepada pembangunan dan pemeliharaan Vihara Avalokitesvara. Dia konon turut serta dalam merancang dan membangun beberapa bagian penting dari vihara ini, termasuk patung Avalokitesvara yang menjadi objek pemujaan utama di dalam vihara. Kehadirannya di vihara ini menjadi inspirasi bagi banyak praktisi Buddha dan menjadi bagian penting dari sejarah vihara. 

 


Putri Tiongkok Ong Tien Nio

Menurut Legenda Putri Ong Tien Nio, seorang pedagang yang dulu sering menjelajahi perairan antarpulau dalam rangka berdagang. Awalnya, dia berencana untuk berlayar menuju Surabaya. Namun, ketika sampai di wilayah Banten dan menemui mercusuar yang berdiri di sebelah Kali Kemiri, ia memutuskan untuk kembali pulang. Dia menunggu datangnya angin barat daya yang lebih menguntungkan.

Ketika Putri Ong Tien memasuki wilayah Banten, yang pada saat itu diperintah oleh Sultan Syarif Hidayatullah, nasib membawanya pada suatu peristiwa yang mengubah jalannya. Ini menghasilkan pernikahan antara Putri Ong Tien dan Sultan Syarif Hidayatullah. Setelah pernikahan mereka, Putri Ong Tien pindah ke Cirebon, di mana ia bergabung dengan Walisongo, dan Sultan Syarif Hidayatullah akhirnya dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.

Selain itu, sekitar 3.500 anak buah Putri Ong Tien membentuk sebuah komunitas Tionghoa yang menetap dekat Karangantu, yang dikenal dengan nama Kampung Baru. Kemudian terbagilah pengikut mereka menjadi dua agama, yaitu Islam dan Buddha yang dapat dibuktikan dengan berdirinya Vihara di dekat Masjid Pacinan Tinggi.


Keunikan dan Keajaiban Vihara Avalokitesvara

Keunikan dari Vihara Avalokitesvara di Banten tidak hanya terletak pada keindahan arsitektur dan keragaman agama yang diakomodasi di dalamnya, tetapi juga dalam kisah-kisah ajaib yang melingkupinya. 

Salah satu cerita yang memperlihatkan ketidakbiasaan vihara ini adalah peristiwa tsunami tahun 1883. Pada saat itu, gelombang tsunami yang menghancurkan banyak wilayah tidak memasuki vihara, melainkan membuatnya menjadi tempat perlindungan bagi mereka yang mencari pertolongan.

Air tsunami tinggi hingga setinggi pohon kelapa di luar vihara, sementara mereka yang berada di dalam vihara selamat dari bahaya. Peristiwa ini dianggap sebagai mukjizat dan menandakan kedalaman makna dan ketakjuban yang terkait dengan vihara ini.

Di samping itu, terdapat versi lain mengenai berdirinya Vihara Avalokitesvara Banten yang menyiratkan sejarah yang kaya. Menurut sumber-sumber, vihara ini dibangun selama masa keemasan Kerajaan Banten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Kehadiran vihara ini dalam kerajaan tersebut mencerminkan pengaruh agama Buddha dalam budaya dan kehidupan masyarakat Banten pada saat itu.

Tidak hanya sebagai tempat ibadah Buddha, vihara ini juga memiliki Gerbang Kelenteng Tri Darma yang memperlihatkan keragaman agama dengan indah. Gerbang ini memiliki atap berhias dengan dua naga yang melambangkan Kog Hu Cu, Taoisme, dan Buddha, tiga keyakinan yang dilayani oleh vihara ini.

Vihara Avalokitesvara ini terbuka untuk umum, memungkinkan siapa saja untuk datang dan merasakan keragaman agama yang ada di dalamnya, mengukir cerita, dan pengalaman spiritual mereka sendiri.

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya