Jelang Pilpres 2024, Simak Pesan Tegas Gus Baha

Tahun 2024 ini merupakan tahun politik bagi bangsa Indonesia

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Okt 2023, 18:30 WIB
KH. Ahmad Bahauddin / Gus Baha (Instagram)

Liputan6.com, Cilacap - Tahun 2024 ini merupakan tahun politik bagi bangsa Indonesia. Sebab pada Februari 2024, bangsa Indonesia akan menggelar Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Pesiden (Pilpres).

Pelaksanaan pemilu yang semakin dekat ini tentu saja menyebabkan atmosfer politik tanah air semakin panas.

Terlepas dari panasnya suhu politik kini, jauh-jauh hari ulama kharismatik asal rembang KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha melalui ceramahnya menyampaikan pandangannya terkait pemilihan presiden dan wakil presiden.

Santri kesayangan Mbah Moen ini menekankan pentingnya pemahaman bahwa semua manusia itu tidak ada yang sempurna, temasuk juga para kandidat bacapres dan bacawapres yang akan maju dalam ajang kompetisi Pilpres 2024 ini.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Sikap Tegas Gus Baha

Sayid Said Agil Husin Al Munawwar, Gus Baha dan Gus Mus. (Sumber: Instagram/republik.santri)

Gus Baha melarang kultus individu secara berlebihan, yakni meyakini salah satu calon merupakan yang paling baik dan membawa kemaslahatan, sementara yang lainnya itu buruk dan tidak akan membawa kemaslahatan jika nantinya terpilih.

“Kalau presidennya ini maslahat kalau nggak ini nggak maslahat mana ada kemaslahatan ditentukan hanya oleh seorang presiden,” terang Gus Baha dikutip dari Kanal YouTube Nyantrikilat, dikutip Senin (02/10).

Pemahaman ini menurut Gus Baha sangat berbahaya. Sebab menggantungkan kesejahteraan dan kemaslahatan kepada mahluk secara ilmu tauhid itu sangat keliru. Jika hal ini terjadi, maka bisa saja pemahaman itu akan menyeret kepada perilaku menyamakan status Tuhan dengan manusia.

Padahal tauhid yang benar itu senantiasa mengantungkan apapun hanya kepada Allah SWT, tidak kepada selain-Nya, termasuk juga masalah kesejahteraan. Manusia hanya bisa berikhtiar atau berusaha, selebihnya Allah SWT yang menentukan segalanya.

“Itu Tauhid kita di mana? Memang kita secara syariat harus memilih sesuai ijtihad kita. Tapi ndak usah dong sampai menggantungkan kesejahteraan sama seorang makhluk. Itu tidak boleh secara tauhid nggak boleh,” terangnya.

“makanya ini penting sekali jadi nggak boleh orang salah menamakan. Kita tetap memilih presiden, memilih kyai, milih siapa saja, tetapi tidak boleh menstatuskan manusia sama dengan status Tuhan. itu bahaya sekali dalam ilmu tauhid,” pungkasnya.

Penulis : Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya