Digigit Nyamuk di Thailand, Pria Asal Belanda Ini Kehilangan Kedua Kakinya

Kisah tragis Ed Olieslagers yang harus kehilangan kedua kakinya, karena gigitan nyamuk

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 03 Okt 2023, 15:50 WIB
Ilustrasi Gigitan Nyamuk Credit: pexels.com/icon

Liputan6.com, Jakarta Nyamuk dan gigitannya sering dianggap gangguan kecil yang seringkali mengganggu tidur malam. Namun, kisah tragis seorang pria Belanda, Ed Olieslagers, yang sedang berada di Thailand mengingatkan bahwa gigitan nyamuk dapat memiliki konsekuensi yang sangat serius. 

Bagaimana mungkin sebuah gigitan yang tampak sepele bisa mengubah hidup seseorang sedemikian rupa? Pengalaman ini dialami seorang pria Belanda yang tinggal di Thailand. Ed Olieslagers harus merelakan kedua kakinya setelah mengalami gigitan nyamuk yang tampaknya tidak berbahaya.

Dilansir dari Thethaiger, berikut Liputan6.com rangkum kisah tragis Ed Olieslagers yang harus kehilangan kedua kakinya, karena gigitan nyamuk, Selasa (3/10/2023).


Pria Belanda Kehilangan Kedua Kakinya Akibat Gigitan Nyamuk di Thailand

Ed Olieslagers yang kini harus kehilangan kakinya, duduk di kursi roda. (Sumber: thethaiger.com)

Seorang pria Belanda yang menjalani hidupnya di Nakhon Rathasima, Thailand, harus menghadapi kenyataan yang mengerikan setelah gigitan nyamuk menyebabkan kehilangan kedua kakinya. Ed Olieslagers, 62 tahun, merupakan ekspatriat jangka panjang yang mengalami nasib tragis setelah gigitan nyamuk yang tampaknya tidak berbahaya.

Pada bulan April tahun lalu, Ed mencari pertolongan medis ketika gigitan nyamuk di kakinya tidak sembuh dan malah semakin meradang. Dalam waktu dua jam setelah kunjungannya ke rumah sakit, dia didiagnosis menderita necrotising fasciitis, sebuah infeksi bakteri langka yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan dengan sangat cepat, bahkan berpotensi fatal.

Proses pengobatan Ed melibatkan sembilan operasi yang melelahkan. Untuk menyelamatkan nyawanya, dokter terpaksa melakukan amputasi pada kaki kirinya di atas lutut. Namun, komplikasi trombosis menyebabkan kaki kanan bawahnya juga harus diamputasi empat bulan setelah diagnosis. 

Ed, yang sebelumnya menjalankan bisnis sukses di bidang kolam renang dan konstruksi di Phuket, mengalami kebangkrutan selama pandemi Covid-19. Kondisi ini membuatnya hidup tanpa penghasilan dan tagihan medis yang menumpuk.


Perjuangan Finansial Ed Olieslager

Infografis Necrotising Fasciitis (Sumber: health.qld.gov.au)

Dalam upayanya untuk mengatasi beban finansial yang tidak terduga, Ed meluncurkan kampanye penggalangan dana melalui GoFundMe dengan nama 'Jalan Menuju Mobilitas Ed Olieslager'.

Dengan target 50.000 euro (sekitar 816 juta rupiah), Ed berharap dapat membayar tagihan pengobatannya yang mencapai 650.000 baht (sekitar 273 juta rupiah) dan memperoleh solusi prostetik serta mobilitas yang diperlukan, yang diperkirakan memerlukan biaya tambahan sebesar 500.000 baht (sekitar 210 juta rupiah).

Meskipun Ed hanya menerima sumbangan sebesar 935 euro (sekitar 15 juta rupiah) sejauh ini, ia tetap bertekad untuk mendapatkan dukungan lebih lanjut. Ed memiliki rencana untuk memulai bisnis baru setelah bisa bergerak kembali di masa depan.


Kesadaran Terhadap Necrotising Fasciitis dan Risiko di Thailand

Ed Olieslagers, selain berjuang untuk pemulihan fisik dan finansialnya sendiri, juga memiliki misi untuk meningkatkan kesadaran tentang necrotising fasciitis. Menurutnya, penyakit ini masih kurang dikenal di masyarakat dan bahkan kalangan medis hanya memiliki pemahaman terbatas tentangnya.

Necrotising fasciitis dapat dimulai dari gigitan nyamuk, tetapi juga bisa berasal dari lesi pada jaringan kulit, seperti cakaran kucing, luka terbuka di kaki, atau luka cukur. Proses pengobatannya seringkali melibatkan metode "trial and error." Ed berharap agar informasi tentang penyakit ini dapat disebarkan lebih luas, mencegah orang lain mengalami nasib serupa.

Kisah tragis Ed Olieslagers menyoroti risiko kesehatan yang mungkin tersembunyi di tempat-tempat eksotis seperti Thailand, dan mendesak untuk lebih banyak kesadaran dan pendekatan pencegahan terhadap ancaman kesehatan yang jarang dikenal.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya