Liputan6.com, Gorontalo - SZ alias Sunarti, seorang Kepala Sekolah di SDN di Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo, diduga menganiaya siswanya sendiri berinisial R (10). Siswa kelas 5 SD tersebut mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari kepsek SZ hanya karena salah mengangkat tangan saat hormat bendera merah putih pada upacara bendera di sekolahnya.
Menurut pengakuan keluarga korban, mereka melihat langsung kepsek tersebut melakukan penganiayaan. Penganiayaan dilakukan saat upacara bendera Senin (25/9/2023) silam.
Advertisement
Nenek dari korban R mengatakan, usai penganiayaan itu korban mengalami demam, muntah-muntah, sakit dada, sakit lengan, dan sesak napas.
Mengetahui kejadian tersebut, keluarga langsung membawa korban ke Puskesmas Limboto Barat untuk mendapatkan penanganan medis. Nenek korban mengungkapkan, penganiayaan diketahui keluarga ketika korban menghubungi kedua orang tuanya di Kendari dan menceritakan kejadian yang sebenarnya.
"Jelas kami keluarga sangat keberatan," katanya.
Kepsek Membantah
Karena kasus itu heboh, SZ alias Sunarti, Kepala Sekolah (Kepsek) SDN di Limboto Barat itu angkat bicara. Dirinya membantah bahwa tidak benar ia melakukan penganiayaan terhadap muridnya.
Sunarti menegaskan, tidak melakukan pemukulan disaat R salah mengangkat tangan pada penaikan bendera. Melainkan hanya memperbaiki posisi tangan siswa karena dinilai salah.
"Begini kan, di saat upacara anak ini membawa teks pancasila di sebelah kanan, dia hormat sebelah kiri. Jadi saya kasih turun tangannya ini, bukan saya pukul, putar dan tempeleng bukan seperti itu, tidak ada pemukulan," katanya.
"Makanya saya itu yah biar saja, ada salah satu guru di situ tapi tidak ada pemukulan," katanya lagi.
Sunarti juga membantah soal isu bahwa dia mengeluarkan perkataan tidak takut dipindahkan kemana saja. Sunarti menegaskan, ia tidak pernah mengungkapkan hal itu saat kejadian.
"Itu juga saya mau bilang itu tidak benar, yah sudah keluar dari mereka. Jadi saya tidak mau membantah," imbuhnya.
Advertisement
DPRD Ikut Prihatin
Informasi pemukulan ini juga sampai ke telinga Anggota DPRD Kabupaten Gorontalo, Iskandar Mangopa. Dirinya mendesak pemerintah daerah untuk melakukan pembinaan terhadap Kepala Sekolah (Kepsek) SDN di Limboto Barat.
Iskandar menyayangkan, tindakan pemukulan yang dilakukan oleh oknum Kepsek tidak mencerminkan seorang pendidik. Dalam waktu dekat, DPRD Kabupaten Gorontalo akan mengundang oknum Kepsek serta pihak-pihak terkait.
"Kejadian seperti ini tidak seharusnya terjadi, apalagi hanya salah mengangkat tangan saat menghormati bendera. Sesuai keterangan para siswa sebagai saksi, mereka membenarkan bahwa oknum Kepsek ini melakukan pemukulan pada siswa itu," kata Iskandar.
Iskandar mengatakan, menurut cerita para saksi, korban merupakan petugas pembaca teks pancasila pada upacara penaikan bendera. Saat penghormatan bendera, korban salah mengangkat tangan.
"Pada saat penghormatan bendera merah putih, korban memegang map teks pancasila disebelah kanan dan melakukan penghormatan sebelah kiri. Inilah membuat oknum Kepsek marah dan diduga melakukan pemukulan. Kita akan undang mereka pada RDP dalam waktu dekat ini" ia menandaskan.