Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Permata Tbk (BNLI) atau PermataBank mengungkapkan soal alasan para bankir melakukan penutupan otomatis terhadap rekening kosong.
Direktur Utama Bank Permata Meliza Musa Rusli menuturkan, pihaknya akan segera melakukan tindakan terhadap akun rekening kosong sebagai salah satu upaya mendukung tujuan dari regulator untuk mengurangi penyelewengan rekening bank.
Advertisement
"Kami mendukung dari tujuan dari regulator untuk bisa mengurangi adanya fraud, mengurangi pencucian uang, jadi rekening yang kami anggap mencurigakan itu segera kami melakukan tindakan,” ujar dia saat ditemui di Jakarta, Selasa (3/10/2023).
Dia bilang, jika ada rekening kosong dengan waktu yang lama, pihak nasabah akan dihubungi oleh Bank Permata.
“Kalau misalnya ada akun yang kosong lama kita berusaha menghubungi nasabahnya, pasti memang harus ada tindakan yang dilakukan dari regulasi,” kata dia.
Di samping itu, ke depan, Bank Permata berencana menutup rekening nasabah dengan saldo Rp 0 selama 12 bulan. "Kita ada policy kebijakan ke arah sana juga,” ujar dia.
Tebar Dividen
Sebelumnya diberitakan, PT Bank Permata Tbk (BNLI) akan membagikan dividen senilai Rp 542 miliar atau setara Rp 15 per saham. Rencana Ini telah mendapat restu pemegang saham melalui rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) Bank Permata yang diselenggarakan, Kamis 6 April 2023.
“RUPST menyetujui penggunaan laba bersih Permata Bank untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2022 sebesar Rp 2.01 triliun, diantaranya untuk dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham sebesar kurang lebih Rp 542 miliar (gross) atau sebesar Rp 15 per saham,” mengutip hasil RUPST PermataBank, Sabtu, 7 April 2023.
Perseroan menutup 2022 dengan mencatatkan Laba Bersih setelah pajak sebesar Rp 2,01 triliun, tumbuh 63,5 persen year-on-year (yoy).
Pengurus Perseroan
Selaras dengan pemulihan ekonomi Indonesia, Perseroan mencatat pertumbuhan aset sebesar 8,8 persen YOY menjadi Rp 255,11 triliun dibandingkan pada tahun sebelumnya sebesar Rp 234,4 triliun.
Dengan rasio permodalan CAR dan CET-1 masing-masing sebesar 34,2 persen dan 25,7 persen menjadikan PermataBank sebagai salah satu yang terkuat di jajaran 10 besar Bank Komersial di Indonesia.
RUPST juga telah menyetujui susunan Dewan Komisaris dan Direksi Permata Bank untuk masa jabatan 2023 – 2026 adalah sebagai berikut:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama: Chartsiri Sophonpanich
Komisaris: Chong Toh
Komisaris: Niramarn Laisathit
Komisaris: Chalit Tayjasanant
Komisaris Independen: Haryanto Sahari
Komisaris Independen: Rahmat Waluyanto
Komisaris Independen: Goei Siauw Hong
Komisaris Independen: Yap Tjay Soen
Direksi
Direktur Utama : Meliza M. Rusli
Direktur: Abdy Salimin
Direktur: Darwin Wibowo
Direktur Kepatuhan: Dhien Tjahajani
Direktur Unit Usaha Syariah: Herwin Bustaman
Direktur: Djumariah Tenteram
Direktur: Dayan Sadikin
Direktur: Setiatno Budiman
Advertisement
Kinerja 2022
Sebelumnya, Bank Permata Tbk (BNLI) mencatatkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp2 triliun atau tumbuh 64 persen year on year (yoy). Dengan demikian, Bank Permata mampu mempertahankan posisi dalam jajaran 10 bank komersial terbesar di Indonesia.
Pertumbuhan laba bersih ini dikontribusi dari pendapatan operasional sebesar Rp11,5 triliun atau tumbuh sebesar 13,2 persen yoy didukung pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 14,4 persen yoy.
Direktur Utama Bank Permata Meliza M Rusli mengatakan, pihaknya memanfaatkan momentum-momentum yang memperkuat posisi Bank Permata sebagai salah satu bank terdepan di Indonesia pada 2022.
"Pencapaian dalam ranah digital, penerapan teknologi blockchain, dukungan terhadap presidensi G20 melalui aktivitas B20, dan produk serta layanan yang terintegrasi memberikan dorongan bagi Bank Permata untuk terus memberikan yang terbaik bagi pemangku kepentingan kami. Dalam 20 tahun perjalanan di kancah perbankan Indonesia, kami akan terus berkomitmen melayani nasabah dan menjadi universal bank dalam menyediakan produk dan layanan bagi berbagai segmen lintas generasi," kata Meliza dalam keterangan resminya, ditulis Jumat (24/2/2023).
Bank Permata mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 8,8 persen yoy menjadi sebesar Rp255,1 triliun. Seiring dengan pemulihan ekonomi nasional, dukungan Bank dalam penyaluran kredit kepada masyarakat tumbuh 8,7 persen yoy menjadi sebesar Rp136,3 triliun, terutama didorong oleh pertumbuhan kredit korporasi dan KPR masing-masing sebesar 10,3 persen dan 12,6 persen.
Dari sisi pendanaan, simpanan nasabah meningkat sebesar 8,8 persen yoy menjadi Rp 195,6 triliun, terutama dikontribusi dari pertumbuhan giro dan tabungan sebesar 16,8 persen yoy sejalan dengan strategi Bank untuk memfokuskan pertumbuhan simpanan nasabah dengan biaya dana yang lebih murah untuk mendukung penyaluran kredit dengan suku bunga yang lebih bersaing dalam jangka panjang di tengah-tengah tren kenaikan suku bunga pasar.
Rasio NPL
Biaya dana yang efisien akan memperkuat posisi Bank dalam menyalurkan kredit perbankan dengan suku bunga yang bersaing. Sejalan dengan hal ini, rasio CASA Bank meningkat menjadi 58 persen, lebih tinggi dibandingkan posisi akhir Desember 2021 sebesar 54 persen.
Bank tetap menjalankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit yang diberikan mengingat perlambatan ekonomi global yang disertai dengan peningkatan suku bunga global dan secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap risiko kredit inheren.
Rasio NPL gross pada akhir Desember 2022 terjaga pada level 3,1 persen membaik dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2021 sebesar 3,2 persen. Rasio NPL net yang mencerminkan prudensi dalam pembentukan cadangan kerugian kredit juga mengalami perbaikan menjadi 0,4 persen dibandingkan dengan 0,7 persen pada akhir Desember 2021 lalu, di mana rasio NPL coverage terjaga baik di kisaran 240 persen.
Bank Permata terus mengupayakan penyelesaian kredit bermasalah melalui upaya restrukturisasi, litigasi, dan penjualan aset. Sejalan dengan penurunan rasio NPL, rasio Loan at Risk (LAR) juga mengalami perbaikan yang cukup signifikan dari 14,6 persen pada 2021 menjadi 10,9 persen per akhir 2022.
Bank senantiasa menjaga dan melanjutkan perbaikan kualitas asset, meskipun Bank telah menambahkan pencadangan kerugian kredit (bersih) sebesar Rp2,4 triliun selama tahun 2022 untuk memastikan kecukupan pencadangan terkait kondisi perekonomian domestik dan global yang diperkirakan masih mengalami tantangan yang cukup signifikan pada 2023.
Advertisement