Gaet Jepang, PTPN Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

PT Perkebunan Nusantara V terus memperluas program pemanfaatan energi baru terbarukan melalui pengolahan limbah cair sawit atau palm oil mill effluent (POME) dengan pembangunan pembangkit tenaga biogas.

oleh Septian Deny diperbarui 03 Okt 2023, 18:20 WIB
Anak Perusahaan Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), PT Perkebunan Nusantara V terus memperluas program pemanfaatan energi baru terbarukan melalui pengolahan limbah cair sawit atau palm oil mill effluent (POME) dengan pembangunan pembangkit tenaga biogas. (Dok. PTPN)

Liputan6.com, Jakarta Anak Perusahaan Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), PT Perkebunan Nusantara V terus memperluas program pemanfaatan energi baru terbarukan melalui pengolahan limbah cair sawit atau palm oil mill effluent (POME) dengan pembangunan pembangkit tenaga biogas.

Teranyar, perusahaan perkebunan dengan komoditas utama sawit yang beroperasi di Bumi Lancang Kuning Provinsi Riau itu bekerjasama dengan perusahaan teknologi asal Jepang, Aiken Kakoki membangun pembangkit tenaga biogas (PTBg) cofiring.

Chief Executive Officer PTPN V Jatmiko Santosa mengatakan pembangunan PTBg cofiring tersebut berlangsung di kawasan pabrik kelapa sawit (PKS) Sei Garo, Kabupaten Kampar, Riau.

"Kita sudah menandatangani kesepakatan bersama untuk pembangunan PTBg tersebut bersama Aiken Jepang. Insya Allah akan segera dimulai pembangunannya," kata dia dalam keterangan tertulisnya di Pekanbaru, Senin (2/10/2023).

Pembangunan PTBg dengan kapasitas minimum pengolahan POME sebesar 150 meter kubik perhari itu bersamaan dengan aktivitas riset AIKEN selama dua tahun, lanjut Jatmiko

Dia bersyukur PTPN V yang dijembatani para peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendapat kesempatan untuk bekerjasama dengan perusahaan Negeri Sakura itu sebagai lokasi penerapan teknologi terbaru dalam pengembangan PTBg.

"Ini adalah kesempatan emas bagi kami untuk terlibat aktif dalam pengembangan EBT menggunakan teknologi Expanded Granular Sludgebeg (EGSB) ini. Kami mendapat informasi bahwa penerapan teknologi ini merupakan yang pertama di dunia," ujarnya.

 


Teknolog Pengolahan POME

Sebagian ibu-ibu warga Kabupaten Kerinci di kaki Gunung Kerinci adalah pemetik teh peninggalan Belanda yang kini dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara (PTPN). (Liputan6.com/B Santoso)

EGSB sendiri adalah teknologi pengolahan POME yang memanfaatkan bakteri anaerob granular dan merupakan teknologi yang digunakan untuk reaktor EGS. Dalam teknologi tersebut, selain memanfaatkan gas metana yang dilepaskan limbah sebagai sumber energi, juga menghasilkan dehydrated sludge berupa produk sampingan yang dihasilkan melalui pengolahan POME.

"Produk sampingan itu diklaim memiliki nilai kalori hingga 5.110 kalori. Nilai itu bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan batu-bara yang rata-rata berkisar 3.600 sampai 4.200 kalori," tambah Kepala Bagian Perencanaan Sustainability dan Teknologi Informasi PTPN V Ifri Handi Lubis.

Untuk itu, Ifri berharap kerjasama dua negara ini dapat berjalan dengan baik sehingga semangat pemanfaatan energi baru terbarukan di Holding Perkebunan Nusantara dapat kian dimaksimalkan di masa mendatang.

 

 


Pemanfaatan EBT

Hamparan kebun sawit yang masuk dalam program peremajaan sawit rakyat PTPN V. (Liputan6.com/M Syukur)

Untuk diketahui, saat ini PTPN V menjadi perusahaan perkebunan plat merah terbesar yang memanfaatkan EBT melalui pengolahan POME dengan PTBg.

Baru-baru ini, keseriusan PTPN V memaksimalkan EBT diganjar penghargaan internasional Asean Energy Awards (AEA) 2023 dalam rangkaian 41st ASEAN Minister on Energy Meeting (AMEM) and ASEAN Energy Business Forum.

PTPN V meraih second runner up untuk kategori Renewable Energi for Cogeneration melalui salah satu pembangkit tenaga biogas terbarunya di Pabrik Kelapa Sawit Sei Pagar, Kabupaten Kampar, Riau dan menjadi satu-satunya perusahaan perkebunan milik negara yang mendapat penghargaan tersebut.

 


PalmCo Dinilai Hidupkan Lagi Mata Pencarian Masyarakat Sekitar Perkebunan

Ilustrasi CPO 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Rencana aksi bisnis PTPN Group membentuk sub holding Palmco khusus menggarap komoditas sawit dinilai dapat menghidupkan kembali para pekerja, petani kecil dan masyarakat di sekitar lahan perkebunan dan rantai pasok (supply chain).

Anggota Komisi XI DPR RI Puteri Anetta Komarudin mengatakan pembentukan PalmCo diharapkan semakin memperkokoh keberadaan petani sawit rakyat sebagai mitra bisnis utama.

Sementara itu, pekerja dan masyarakat di sekitar kebun dapat dilibatkan dalam rantai pasok melalui koperasi. Sehingga, terjalin kemitraan yang saling menguntungkan antara petani, koperasi dan perusahaan dari hulu hingga ke hilir.

Dia menilai kinerja PalmCo hasil klasifikasi entitas bisnis perusahaan berdasarkan komoditas menjadi PalmCo akan lebih efisien. Jika dibandingkan dengan sebelumnya, pada saat anak usaha PTPN Group dikelompokkan menurut daerah operasi.

“Justru kami berharap pembentukan sub holding PalmCo ini bisa semakin mempermudah kemitraan yang terjalin dengan petani sawit agar menjadi lebih terpadu dan efisien,” jelasnya, dikutip Minggu (24/9/2023).

Puteri Komarudin mencontohkan PTPN V saat ini memiliki kebun plasma sekitar 56,3 ribu hektare dengan melibatkan ribuan petani sawit. Dengan bergabung ke dalam PalmCo, dia berharap petani sawit semakin diperhatikan dan diberdayakan.

Demikian juga dengan unit bisnis dari anak usaha lain yang akan dilebur ke Sub Holding PalmCo. Seperti diketahui, selain PTPN V, anak usaha PTPN yang akan dilebur ke dalam PalmCo adalah PTPN VI, XIII dan PTPN IV.

“Kehadiran PalmCo ini harus memberikan manfaat bagi kesejahteraan petani sawit. Misalnya, PalmCo bisa terus mendukung percepatan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) bagi petani yang menjadi mitra,” jelas lulusan Universitas Melbourne, Australia ini.

Kebun Sawit Rakyat

PalmCo, jelasnya, juga mendukung upaya Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mengakselerasi program PSR. Tujuannya agar kebun sawit rakyat bisa semakin produktif, sehingga di sisi lain bisa juga menopang kebutuhan pasokan bahan baku bagi PalmCo untuk pengembangan CPO beserta produk turunannya hingga program biodiesel.

“Dengan begitu, harapannya juga akan mendorong penyerapan produksi petani, perbaikan harga Tandan Buah Segar (TBS), hingga mengangkat kesejahteraan petani sawit rakyat,” ujar Puteri Komarudin.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya