Erick Thohir: Harga Beras Sudah Turun 11 Persen

Menteri BUMN Erick Thohir menyebut harga beras sudah mulai mengalami penurunan. Salah satunya seperti harga beras turun di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sekitar 11 persen.

oleh Arief Rahman H diperbarui 04 Okt 2023, 11:30 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir menyebut harga beras sudah mulai mengalami penurunan. Salah satunya seperti harga beras turun di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sekitar 11 persen.

Liputan6.com, Jakarta Menteri BUMN Erick Thohir menyebut harga beras sudah mulai mengalami penurunan. Salah satunya seperti harga beras turun di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sekitar 11 persen.

Data terkait penurunan harga beras ini didapat Erick ketika melakukan kunjungan kerja ke PIBC, Jakarta Timur bersama Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA), Bulog, dan ID Food.

"Tadi kan dijelasin sudah turun 11 persen," kata dia kepada wartawan di PIBC, Jakarta Timur, Rabu (4/10/2023).

Memanggapi keluhan masih tingginya harga beras di pasaran, Erick mengatakan penurunan harga terjadi secara bertahap. Penurunan harga beras akan bergantung pada banyaknya stok yang bergulir di pasaran.

Dari data yang dikantonginya, ketika harga beras mahal, stok di PIBC ada sekitar 21 ribu ton. Kemudian, stok tersebut terus ditambah hingga mencapai 31 ribu ton saat ini. Dengan adanya penambahan itu, mampu menurunkan harga beras di PIBC sebesar 11 persen.

"Kan bertahap, bertahap ya. Tadi kan didampaikan bahwa dulu stoknya itu cuma 21 ribuan, Presiden mendorong sampai 35 ribu, sekarang dengan stok 31 ribu sudah turun 11 persen," bebernya.

Sementara itu, untuk stok beras yang dikuasai oleh Bulog, Erick mengatakan jumlahnya sudah mencapai 1,7 juta ton. Angka ini akan bertambah pada November 2023 mendatang.

"Nah emang terus kita intervensi, tapi seperti tadi disampaikan bahwa stok beras sudah ada 1,7 juta (ton) di Bulog, akhir November (menjadi) 2 juta (ton). Tapi ini tidak bisa kita kerja sendiri-sendiri, masyarakat, pedagang, pemerintah harus semua pro rakyat, supaya apa? Harganya baik," jelas dia.

 


Biang Kerok Harga Beras Naik

Ilustrasi harga beras naik (Liputan6.com)

Diberitakan sebelumnya, Harga beras terus mengalami kenaikan dalam beberapa bulan terakhir. pedagang mengatakan kenaikan harga beras ini mencetak rekor tertinggi. Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti pun buka suara penyebab kenaikan harga beras ini.

"Untuk Inflasi beras September 2023 secara month to month (bulanan) merupakan yang tertinggi sejak Februari 2018," kata Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (2/10/2023).

Dia mencatat, inflasi beras pada September 2023 mencapai 5,61 persen secara bulanan (mtm) dengan andil 0,18 persen. Sedangkan, inflasi beras sebesar secara tahunan (yoy) sebesar 18,44 persen dengan andil inflasi 0,55 persen.

Amalia mengungkapkan, kenaikan harga beras saat ini tak lepas dari terus turunnya faktor produksi sejak Agustus 2023 lalu. Di sisi lain konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan sumber karbohidrat tersebut tetap tinggi.

Hal ini berdampak pada menipisnya pasokan beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun, tren penurunan produksi beras menjelang akhir tahun dibandingkan awal tahun lumrah terjadi di setiap tahunnya.

"Memang ada kecenderungan penurunan jumlah produksi beras dari bulan Agustus ke bulan bulan berikutnya sampai dengan akhir tahun disebabkan karena faktor musiman. Jadi, seperti biasanya memang di akhir tahun itu produksi beras relatif lebih rendah dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya," beber Amalia.

 


Larangan Ekspor

Naiknya harga beras telah merambah ke semua daerah. Harga beras medium paling mahal dibanderol Rp30.000 per kg di Kabupaten Puncak, Papua. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain faktor produksi, kenaikan harga beras juga dipengaruhi oleh kebijakan larangan ekspor yang dilakukan sejumlah produsen utama akibat inflasi, perubahan iklim hingga El-Nino. Semisal India sampai Vietnam.

"Di beberapa negara penghasil utama beras dunia, seperti Thailand kemudian Vietnam dan juga India itu juga sudah mulai terjadi penurunan produksi beras, bahkan India melakukan kebijakan untuk pembatasan ekspor," tegasnya.

Lanjutnya, Amalia memastikan pemerintah tidak berdiam diri dalam merespon kenaikan harga beras yang kian mencekik masyarakat. Salah satunya pemerintah terus mengoptimalkan peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah atau TPID untuk mengendalikan laju inflasi beras.

"Dengan adanya TPID yang kemudian bagaimana memastikan, mengantisipasi gangguan sisi supply ini dengan lebih baik oleh pemerintah," pungkasnya.

 


Pembelian Dibatasi

Warga membeli beras bulog program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di kelurahan Karang Sari, Kota Tangerang, Rabu (27/9/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) Arief Prasetyo Adi mengungkap alasan adanya pembatasan pembelian beras di toko ritel moderen. Diketahui, masyarakat hanya bisa membeli 2-3 kemasan 5 kilogram (kg) dalam sekali transaksi.

Arief mengklaim langkah ini sebagai salah satu cara untuk mengatur belanja masyarakat agar lebih bijak berbelanja. Dia menegaskan kebijakan beli beras dibatasi hanya berlaku bagi beras medium dari Bulog atau SPHP.

"Kenapa harus dibatasi? Ini karena beras SPHP harganya telah ditetapkan pemerintah sebesar Rp 10.900 per Kg dan setiap rumah logikanya cukup dengan 2 pack. Apalagi kualitas beras SPHP Bulog ini berkualitas premium," ujar dia dalam keterangannya, Selasa (3/10/2023).

"Tentunya masyarakat kami ajak bersama untuk senantiasa berbelanja bijak, yang artinya sesuai dengan kebutuhan, tidak perlu belanja berlebihan di atas kebutuhan normal," imbuh Arief.

 


Hanya untuk Beras SPHP

Operasi beras SPHP dengan harga Rp52.000, untuk kemasan lima kilogram ini guna menekan harga beras yang masih tinggi di pasaran. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dia menegaskan pembelian yang dibatasi hanya untuk beras SPHP. Sementara, beras premium bergantung pada kebijakan toko ritel masing-masing.

"Untuk jenis beras yang dibatasi 2 pack di pasar ritel, hanya berlaku untuk beras SPHP yang dari Bulog. Kalau untuk beras komersial, itu tergantung dari kebijakan ritel masing-masing," tegasnya.

Dia menegaskan, Bulog saat ini mengamankan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebesar 1,8 juta ton. Kemudian, pada November 2023 akan bertambah lagi.

"Pemerintah bersama Bulog akan selalu bekerja keras. Memang ada kemungkinan terjadi penurunan produksi beras nasional, terutama jelang akhir tahun. Akan tetapi kita optimis kebutuhan konsumsi nasional terhadap beras tercukupi, sehingga semua pihak dari hulu sampai hilir harus hand in hand," ujar Arief.

INFOGRAFIS: 5 Negara Pemasok Beras Terbesar ke Indonesia (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya