Harga Beras Naik, Jenis Premium Tembus Rp 15.000 per kg

Harga beras dalam beberapa bulan terakhir terus mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut disebabkan karena turunnya faktor produksi beras sejak Agustus 2023 lalu.

oleh Tira Santia diperbarui 04 Okt 2023, 12:20 WIB
Harga beras dalam beberapa bulan terakhir terus mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut disebabkan karena turunnya faktor produksi beras sejak Agustus 2023 lalu. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Harga beras dalam beberapa bulan terakhir terus mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut disebabkan karena turunnya faktor produksi beras sejak Agustus 2023 lalu.

Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, Rabu (4/10/2023), harga beras medium naik menjadi Rp 13.400 per kg padahal sebelumnya masih dikisaran Rp 12.400 per kg, sedangkan harga beras premium juga naik menjadi Rp 15.000 per kg, sebelumnya masih Rp 14.000 per kg.

Tak hanya komoditas saja yang mengalami kenaikan, melainkan harga gula pasir juga naik menjadi Rp 15.400 per kg sebelumnya masih dikisaran Rp 15.000 per kg.

Kemudian, harga cabai rawit merah juga naik menjadi Rp 45.100 per kg dari sebelumnya Rp 43.500 per kg. Cabai mereah keriting juga naik menjadi Rp 42.600 per kg dari sebelumnya Rp 41.900 per kg.

Komoditas Lain Terpantau Stabil

Sementara, untuk komoditas lainnya masih terpantau stabil dan bahkan mengalami penurunan. Diantaranya, Bawang putih honan harganya stabil Rp 37.000 per kg, kedelai impor Rp 15.100 per kg, Tepung tetrigu Rp 13.300 per kg.

Sama halnya harga daging ayam ras juga stabil dikisaran Rp 35.900 per kg, daging sapi paha belakang juga stabil Rp 137.300 per kg.

Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan diantaranya, telur ayam ras turun menjadi Rp 29.600 per kg dari sebelumnya Rp 29.700 per kg, bawang merah turun menjadi Rp 25.100 per kg dari sebelumnya Rp 25.200 per kg, cabai merah besar turun Rp 41.300 per kg dari sebelumnya Rp 41.800 per kg.

Berikut daftar harga pangan berdasarkan Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, Rabu (4/10/2023):

  • Beras Medium Rp 13.4000 per kg
  • Beras Premium Rp 15.0000 per kg
  • Gula Pasir Rp 15.400 per kg
  • Minyak Goreng Kemasan Premium Rp 20.8000 per liter
  • Minyak Goreng Curah Rp 14.5000 per liter
  • Minyak Goreng, MINYAKITA Rp 15.200 per liter
  • Daging Sapi Paha Belakang Rp 137.3000 per kg
  • Daging Ayam Ras Rp 35.9000 per kg
  • Telur Ayam Ras Rp 29.600 per kg
  • Tepung Terigu Rp 13.300 per kg
  • Kedelai Impor Rp 15.1000 per kg
  • Cabe Merah Keriting Rp 42.600 per kg
  • Cabe Rawit Merah Rp 45.100 per kg
  • Cabe Merah Besar Rp 41.300 per kg
  • Bawang Merah Rp 25.100 per kg
  • Bawang Putih Honan Rp 37.000 per kg

Erick Thohir: Harga Beras Sudah Turun 11 Persen

Menteri BUMN Erick Thohir menyebut harga beras sudah mulai mengalami penurunan. Salah satunya seperti harga beras turun di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sekitar 11 persen.

Menteri BUMN Erick Thohir menyebut harga beras sudah mulai mengalami penurunan. Salah satunya seperti harga beras turun di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sekitar 11 persen.

Data terkait penurunan harga beras ini didapat Erick ketika melakukan kunjungan kerja ke PIBC, Jakarta Timur bersama Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA), Bulog, dan ID Food.

"Tadi kan dijelasin sudah turun 11 persen," kata dia kepada wartawan di PIBC, Jakarta Timur, Rabu (4/10/2023).

Memanggapi keluhan masih tingginya harga beras di pasaran, Erick mengatakan penurunan harga terjadi secara bertahap. Penurunan harga beras akan bergantung pada banyaknya stok yang bergulir di pasaran.

Dari data yang dikantonginya, ketika harga beras mahal, stok di PIBC ada sekitar 21 ribu ton. Kemudian, stok tersebut terus ditambah hingga mencapai 31 ribu ton saat ini. Dengan adanya penambahan itu, mampu menurunkan harga beras di PIBC sebesar 11 persen.

"Kan bertahap, bertahap ya. Tadi kan didampaikan bahwa dulu stoknya itu cuma 21 ribuan, Presiden mendorong sampai 35 ribu, sekarang dengan stok 31 ribu sudah turun 11 persen," bebernya.

Sementara itu, untuk stok beras yang dikuasai oleh Bulog, Erick mengatakan jumlahnya sudah mencapai 1,7 juta ton. Angka ini akan bertambah pada November 2023 mendatang.

"Nah emang terus kita intervensi, tapi seperti tadi disampaikan bahwa stok beras sudah ada 1,7 juta (ton) di Bulog, akhir November (menjadi) 2 juta (ton). Tapi ini tidak bisa kita kerja sendiri-sendiri, masyarakat, pedagang, pemerintah harus semua pro rakyat, supaya apa? Harganya baik," jelas dia.

 


Biang Kerok Harga Beras Naik

Operasi beras SPHP dengan harga Rp52.000, untuk kemasan lima kilogram ini guna menekan harga beras yang masih tinggi di pasaran. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Diberitakan sebelumnya, Harga beras terus mengalami kenaikan dalam beberapa bulan terakhir. pedagang mengatakan kenaikan harga beras ini mencetak rekor tertinggi. Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti pun buka suara penyebab kenaikan harga beras ini.

"Untuk Inflasi beras September 2023 secara month to month (bulanan) merupakan yang tertinggi sejak Februari 2018," kata Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (2/10/2023).

Dia mencatat, inflasi beras pada September 2023 mencapai 5,61 persen secara bulanan (mtm) dengan andil 0,18 persen. Sedangkan, inflasi beras sebesar secara tahunan (yoy) sebesar 18,44 persen dengan andil inflasi 0,55 persen.

Amalia mengungkapkan, kenaikan harga beras saat ini tak lepas dari terus turunnya faktor produksi sejak Agustus 2023 lalu. Di sisi lain konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan sumber karbohidrat tersebut tetap tinggi.

Hal ini berdampak pada menipisnya pasokan beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun, tren penurunan produksi beras menjelang akhir tahun dibandingkan awal tahun lumrah terjadi di setiap tahunnya.

"Memang ada kecenderungan penurunan jumlah produksi beras dari bulan Agustus ke bulan bulan berikutnya sampai dengan akhir tahun disebabkan karena faktor musiman. Jadi, seperti biasanya memang di akhir tahun itu produksi beras relatif lebih rendah dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya," beber Amalia.

 


Larangan Ekspor

Ilustrasi harga beras naik (Liputan6.com)

Selain faktor produksi, kenaikan harga beras juga dipengaruhi oleh kebijakan larangan ekspor yang dilakukan sejumlah produsen utama akibat inflasi, perubahan iklim hingga El-Nino. Semisal India sampai Vietnam.

"Di beberapa negara penghasil utama beras dunia, seperti Thailand kemudian Vietnam dan juga India itu juga sudah mulai terjadi penurunan produksi beras, bahkan India melakukan kebijakan untuk pembatasan ekspor," tegasnya.

Lanjutnya, Amalia memastikan pemerintah tidak berdiam diri dalam merespon kenaikan harga beras yang kian mencekik masyarakat. Salah satunya pemerintah terus mengoptimalkan peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah atau TPID untuk mengendalikan laju inflasi beras.

"Dengan adanya TPID yang kemudian bagaimana memastikan, mengantisipasi gangguan sisi supply ini dengan lebih baik oleh pemerintah," pungkasnya.

 

INFOGRAFIS: 5 Negara Pemasok Beras Terbesar ke Indonesia (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya