Liputan6.com, Jakarta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyambangi Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Rabu (4/10). Setibanya di lokasi Erick Thohir langsung mengunjungi sekelompok kuli panggul yang tengah bongkar muat beras di salah satu gudang.
Dengan nada becanda, Erick mengajak para kuli panggul beras untuk nonton pertandingan sepak bola bersama. Sontak, ajakan Ketua Umum PSSI tersebut disambut antusias oleh para kuli panggul.
Advertisement
"Ini ada 2.000 an pekerja? Mau nonton bola gak?," ucap Erick.
"Mau pak," sahut para kuli panggul beras di Pasar Induk Cipinang.
Tak selang beberapa lama, Erick bersama Dirut Perum Bulog Budi Waseso, Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi, DAN Tim Satgas Pangan mengecek kios-kios pedagang beras sekitar.
Erick memastikan saat ini pemerintah terus berupaya untuk memperkuat pasokan beras nasional ditengah ancaman El-Nino.
"Kita pemerintah bersama Bulog juga terus berupaya untuk mengamankan pasokan beras, ya," ungkapnya.
Erick menyebut, salah satu upaya untuk memperkuat pasokan beras nasional adalah dengan kebijakan impor. Namun, dia memastikan kebijakan impor beras jni akan menyesuaikan dengan kebutuhan dlama negeri agar tidak merugikan petani.
"Jadi, saya terus mendorong impor (beras) dan produksi harus satu data, tidak boleh beda data. Kasian rakyat, kasian petani," pungkasnya.
Erick Thohir: Harga Beras Sudah Turun 11 Persen
Menteri BUMN Erick Thohir menyebut harga beras sudah mulai mengalami penurunan. Salah satunya seperti harga beras turun di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sekitar 11 persen.
Data terkait penurunan harga beras ini didapat Erick ketika melakukan kunjungan kerja ke PIBC, Jakarta Timur bersama Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA), Bulog, dan ID Food.
"Tadi kan dijelasin sudah turun 11 persen," kata dia kepada wartawan di PIBC, Jakarta Timur, Rabu (4/10/2023).
Memanggapi keluhan masih tingginya harga beras di pasaran, Erick mengatakan penurunan harga terjadi secara bertahap. Penurunan harga beras akan bergantung pada banyaknya stok yang bergulir di pasaran.
Dari data yang dikantonginya, ketika harga beras mahal, stok di PIBC ada sekitar 21 ribu ton. Kemudian, stok tersebut terus ditambah hingga mencapai 31 ribu ton saat ini. Dengan adanya penambahan itu, mampu menurunkan harga beras di PIBC sebesar 11 persen.
"Kan bertahap, bertahap ya. Tadi kan didampaikan bahwa dulu stoknya itu cuma 21 ribuan, Presiden mendorong sampai 35 ribu, sekarang dengan stok 31 ribu sudah turun 11 persen," bebernya.
Sementara itu, untuk stok beras yang dikuasai oleh Bulog, Erick mengatakan jumlahnya sudah mencapai 1,7 juta ton. Angka ini akan bertambah pada November 2023 mendatang.
"Nah emang terus kita intervensi, tapi seperti tadi disampaikan bahwa stok beras sudah ada 1,7 juta (ton) di Bulog, akhir November (menjadi) 2 juta (ton). Tapi ini tidak bisa kita kerja sendiri-sendiri, masyarakat, pedagang, pemerintah harus semua pro rakyat, supaya apa? Harganya baik," jelas dia.
Advertisement
Biang Kerok Harga Beras Naik
Diberitakan sebelumnya, harga beras terus mengalami kenaikan dalam beberapa bulan terakhir. pedagang mengatakan kenaikan harga beras ini mencetak rekor tertinggi. Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti pun buka suara penyebab kenaikan harga beras ini.
"Untuk Inflasi beras September 2023 secara month to month (bulanan) merupakan yang tertinggi sejak Februari 2018," kata Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (2/10/2023).
Dia mencatat, inflasi beras pada September 2023 mencapai 5,61 persen secara bulanan (mtm) dengan andil 0,18 persen. Sedangkan, inflasi beras sebesar secara tahunan (yoy) sebesar 18,44 persen dengan andil inflasi 0,55 persen.
Amalia mengungkapkan, kenaikan harga beras saat ini tak lepas dari terus turunnya faktor produksi sejak Agustus 2023 lalu. Di sisi lain konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan sumber karbohidrat tersebut tetap tinggi.
Hal ini berdampak pada menipisnya pasokan beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun, tren penurunan produksi beras menjelang akhir tahun dibandingkan awal tahun lumrah terjadi di setiap tahunnya.
"Memang ada kecenderungan penurunan jumlah produksi beras dari bulan Agustus ke bulan bulan berikutnya sampai dengan akhir tahun disebabkan karena faktor musiman. Jadi, seperti biasanya memang di akhir tahun itu produksi beras relatif lebih rendah dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya," beber Amalia.
Larangan Ekspor
Selain faktor produksi, kenaikan harga beras juga dipengaruhi oleh kebijakan larangan ekspor yang dilakukan sejumlah produsen utama akibat inflasi, perubahan iklim hingga El-Nino. Semisal India sampai Vietnam.
"Di beberapa negara penghasil utama beras dunia, seperti Thailand kemudian Vietnam dan juga India itu juga sudah mulai terjadi penurunan produksi beras, bahkan India melakukan kebijakan untuk pembatasan ekspor," tegasnya.
Lanjutnya, Amalia memastikan pemerintah tidak berdiam diri dalam merespon kenaikan harga beras yang kian mencekik masyarakat. Salah satunya pemerintah terus mengoptimalkan peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah atau TPID untuk mengendalikan laju inflasi beras.
"Dengan adanya TPID yang kemudian bagaimana memastikan, mengantisipasi gangguan sisi supply ini dengan lebih baik oleh pemerintah," pungkasnya.
Advertisement