Nadran Laut, Tradisi Ucap Syukur kepada Sang Pencipta ala Nelayan Subang

Nelayan di wilayah pesisir Kabupaten Subang, punya cara unik untuk mengucap syukur kepada sang pencipta. Yakni, melalui Nadran Laut

oleh Asep Mulyana diperbarui 05 Okt 2023, 07:00 WIB
Prosesi melarung sesajen dalam kegiatan Nadran Laut di Blanakan Kabupaten Subang. Foto (Istimewa)

Liputan6.com, Subang - Masyarakat di berbagai daerah, ternyata punya tradisi unik untuk menujukan rasa syukurnya kepada sang pencipta. Seperti dari kalangan petani, yang biasanya menggelar Hajat bumi, pun masyarakat yang ada di pesisir pantai (nelayan) dengan kegiatan Nadran Laut sebagai bagian dari ucap syukur mereka.

Membahas tradisi Nandran Laut, mungkin sejauh ini tak banyak yang tahu jika kegiatan tersebut kerap dilakukan oleh masyarakat dan para nelayan di Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Nadran Laut juga biasa disebut pestanya para nelayan. Sejak dulu, acara ini sudah dilakukan oleh nenek moyang mereka. Sebagai gambaran, dalam kegiatan tersebut berbagai sesajian mereka kumpulkan untuk dilarung ke tengah laut. Selain sesajian, ada satu Dongdang yang mereka bawa berisi kepala Kerbau yang akan dilarungkan ke laut.

Panitia pelaksana yang juga Ketua KUD Mina Fajar Sidik Blanakan, Dasan menjelaskan, tradisi pesta laut ini merupakan keinginan para nelayan. Di mana sebelumnya, mereka sengaja mengumpulkan sebagian penghasilannya, hanya untuk menggelar pesta laut itu.

"Pesta laut ini merupakan bentuk dari ucapan syukur para nelayan kepada Sang Pemilik Alam atas melimpahnya hasil ikan," ujar Dasan kepada wartawan, belum lama ini.

 


Upaya Melestarikan Tradisi Nenek Moyang

Nelayan dan masyarakat di Blanakan, Kabupaten Subang saat menyaksikan prosesi larung sesajen dalam kegiatan Nadran Laut. Foto (Istimewa)

Selain bentuk rasa syukur, lanjut Dasan, pesta laut dengan menelan biaya Rp 500 juta ini, juga untuk menjaga warisan nenek moyang sebagai adat budaya yang senantiasa harus dilestarikan. Dia berharap, kegiatan ini juga bisa menjadi daya tarik bagi para wisatawan, baik lokal maupun luar daerah.

"Pesta Laut ini diharapkan bisa membawa dampak baik bagi nelayan terutama terkait keselamatan dan tangkapan melimpah, agar lebih nyaman dan lebih maju sehingga mendorong aktifitas nelayan yang semakin lancar sehingga nelayan Blanakan bisa sejahtera" katanya.

Dasan menjelaskan, pesta laut tersebut telah dilaksanakan terhitung sejak 14 September hingga puncaknya pada Minggu 1 Oktober 2023 kemarin. Acaranya sengaja lama, sebab ini merupakan pesta tahunan.

Di acara puncak kemarin, seluruh perahu nelayan dihias. Kemudian, banyak sesajian yang diangkut ke perahu. Termasuk, salah satunya kepala kerbau. Sesajian dan kepala kerbau ini, kemudian dilarung ke laut. Dengan harapan, segala permaksud para nelayan bisa dikabulkan oleh Sang Pencipta.

Dia menjelaskan, sebelum perahu nelayan ini berangkat ke tengah laut ada prosesi yang tak kalah pentingnya. Yaitu, pagelaran Wayang Kulit. Masyarakat sekitar meyakini, pagelaran Wayang Kulit merupakan salah satu media untuk meruwat bumi. Supaya, seluruh rangkaian acara yang digelar bisa berjalan dengan selamat tanpa ada halangan apapun.

Sementara itu, Agus (45) salah seorang nelayan Blanakan, mengaku sangat gembira atas terlaksananya Nadran Laut ini. Ia berharap, hasil tangkapan para nelayan di wilayah ini bisa terus melimpah.

"Kegiatan ini memang sudah menjadi tradisi para nelayan dalam setiap tahunnya," ujar Agus.

Menurut dia, Nadran Laut ini sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu, untuk meningkatkan tali silaturahim dengan sesama. Dirinya sangat berharap, masyarakat khususnya yang ada di wilayah pesisir selalu dinaungi kesejahteraan dalam usahanya.

Dibagian lain, dalam kegiatan Pesta Laut Blanakan tersebut, pemerintah Pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan turut memberikan sejumlah bantuan kepada para nelayan dan pengurus KUD. Bantuan tersebut terdiri dari 4 buah Kapal hingga perlengkapan melaut dan alat keselamatan melaut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya