Liputan6.com, Jakarta - Apa yang pertama kali terlintas dalam pikiranmu tentang penyelamat? Mungkin salah satunya seperti ksatria berzirah putih atau seorang malaikat tanpa sayap. Di mana ia merupakan sosok yang rela berkorban layaknya seorang pahlawan super demi keselamatan orang lain. Selain itu, sosok ini juga merupakan seorang yang senang membantu orang di sekitarnya.
Walaupun penyelamat terkesan positif, tapi tidak selamanya hal ini berdampak baik. Khususnya jika membicarakan tentang hubungan asmara antara Anda dan pasangan.
Advertisement
Di mana jika Anda seakan-akan selalu ingin menyelamatkan pasangan dan "memperbaikinya" sehingga sesuai dengan kemauanmu, hingga mengabaikan diri sendiri, bisa jadi Anda sedang berperan sebagai si penyelamat. Dalam hal ini memungkinkan Anda terjebak dalam kisah cinta yang disebut juga dengan Broken Bird Syndrome.
Menurut LovePanky, Kamis (5/10/2023), istilah kencan yang satu ini sebenarnya adalah fenomena psikologis di mana seseorang tertarik pada orang yang dianggap terluka atau rusak secara emosional. Mereka memiliki keinginan yang kuat, hampir kompulsif, untuk 'memperbaiki' atau 'menyembuhkan' pasangan yang sebenarnya merupakan proyek hati pribadi mereka sendiri.
Lalu, kenapa kita perlu memahami sindrom yang satu ini? Sebab, bisa diibaratkan hubungan yang dijalani saat ini sedang berada dalam wahana roller coaster yang mendebarkan. Namun sayangnya, perjalanannya tidak berakhir, dan itu tidak hanya mendebarkan, tetapi juga menguras tenaga, dan melelahkan secara emosional.
Meskipun menjadi ksatria atau wanita berbaju besi mungkin terdengar heroik, hal ini seringkali dapat menyebabkan hubungan yang melelahkan secara emosional dan sangat tidak seimbang.
Hubungan Sains di Balik Broken Bird Syndrome
Bahkan narasi romantis kita pun tidak lepas dari dunia sains yang menarik. Untuk itu, Anda perlu mengetahui juga tentang "White Knight Complex," yang merupakan sebuah istilah yang secara sempurna mewakili Broken Bird Syndrome.
Hal ini mengacu pada seseorang yang tertarik pada pasangan yang dianggap 'dalam kesusahan', dengan harapan dapat menyelamatkan mereka dari pengidapnya. Ini seperti menjadi pahlawan dalam novel romantis, hanya saja novel itu adalah hidup Anda dan gadis atau pria yang tertekan adalah pasanganmu.
Konsep ini mengacu pada Karpman Drama Triangle, model sosial interaksi manusia yang dikemukakan oleh psikolog Stephen Karpman. Dalam konteks Broken Bird Syndrome, Anda sebagai 'Ksatria Putih' adalah Rescuer (penyelamat) dalam segitiga ini.
Pasangan Anda yang tertekan berperan sebagai Victim (Korban), sedangkan Persecutor (Penganiaya) bisa jadi karena berbagai masalah, mulai dari trauma masa lalu hingga masalah kesehatan mental.
Namun berhati-hatilah karena pencarian mulia Anda mungkin akan membawa Anda ke ranah codependency. Ini adalah saat Anda dan pasangan menjadi saling terkait secara emosional hingga sulit untuk melihat di mana yang satu berakhir dan yang lainnya akan dimulai.
Pada awalnya tampak seperti tarian tango yang elegan, penuh gairah dan langkah-langkah yang rumit. Namun segera, itu berubah menjadi angin puyuh di mana Anda tersesat dalam putaran yang memusingkan, lupa di mana Anda berakhir.
Advertisement
Tanda-tanda dari Broken Bird Syndrome
Lalu, bagaimana cara mengetahui apakah Anda sebenarnya tidak sadar memiliki Broken Bird Syndrome? Setidaknya ada beberapa tanda yang terlihat, seperti berikut ini:
1. Tertarik pada pasangan yang 'terluka' dan berusaha menyembuhkannya
Tanda pertama yang terlihat yaitu Anda sering merasa tertarik pada orang yang tampak rentan atau tertekan secara emosional. Contohnya saat ia menceritakan masalahnya, Anda seakan ingin ikut campur dan berusaha untuk memperbaiki hal tersebut.
2. Kerap mengabaikan kebutuhan diri sendiri
Dalam misi untuk menyembuhkan orang lain, Anda sering mengabaikan kebutuhan emosionalmu sendiri. Ingat, tidak peduli seberapa heroik niat Anda untuk membantunya, jangan sesekali melupakan diri sendiri.
3. Sering menghindari masalah pribadi
Memperbaiki orang lain mungkin merupakan jalan memutar yang cerdas untuk mengatasi beban emosionalmu. Apalagi memang selalu lebih mudah untuk menavigasi labirin emosional orang lain daripada menghadapi perasaan sendiri.
4. Hubungan Anda terasa menguras tenaga
Alih-alih saling mendukung, hubungan Anda terasa seperti medan perang emosional tanpa akhir. Alhasil, rasanya sangat menguras tenaga saat bertemu pasangan karena sering terlibat pertengkaran.
6. Tertarik pada pola hubungan yang berulang
Anda berulang kali menemukan dirimu menjalin hubungan dengan orang-orang yang tidak tersedia secara emosional atau memiliki masalah yang belum terselesaikan. Sepertinya Anda terus-menerus terjebak pada pembuatan ulang film yang sama-sama menguras air mata.
7. Mengabaikan red flags yang muncul
Saat kita berada dalam 'mode healing', Anda seringkali menutup mata terhadap tanda bahaya yang sebenarnya sangat terlihat dalam sebuah hubungan. Jadi, saat Anda melihat berberapa red flag yang muncul ini, Anda merasa hal tersebut masih bisa diperbaiki ketika sudah menjalaninya bersama-sama.
Advertisement