Bandara Ngurah Rai Terus Berinovasi Demi Kejar Target 20,3 Juta Penumpang di 2023

Sajian tari Kecak menyambut kehadiran penumpang di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Ngurah Rai pada Senin (2/10/2023).

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 01 Nov 2023, 05:54 WIB
General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai - Bali menyambut kedatangan penumpang pada peringatan Hari Batik Nasional 2 Oktober. (Sumber: Angkara Pura I)

Liputan6.com, Badung PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai - Bali terus menghadirkan berbagai terobosan dan inovasi baru untuk memberikan kenyamanan dan pengalaman terbaik bagi pengunjung dan wisatawan yang datang ke Pulau Dewata Bali dengan moda transportasi udara. Salah satunya program tematik yang hadir dalam rangka peringatan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober lalu.

Momen Hari Batik Nasional, Bali Airport sajikan hiburan melalui pertunjukan Tari Kecak khas Pulau Bali.

Sajian tari Kecak menyambut kehadiran penumpang di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Ngurah Rai pada Senin (2/10/2023). Tak pelak aksi para penari menjadi tontonan menarik bagi turis asing yang baru tiba di Bali. Mereka terlihat antusias untuk mengambil foto dan sibuk berpose untuk mengabadikan kenangan ini.

Semua penumpang di hari itu, termasuk di terminal kedatangan domestik, mendapat cinderamata berupa slayer dan udeng bermotif batik.

“Ini untuk menciptakan pengalaman baru bagi para penumpang sekaligus memperkenalkan budaya Indonesia,” kata Handy Heryudhitiawan, General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai - Bali.

Momen Hari Batik Nasional, Bali Airport sajikan hiburan melalui pertunjukan Tari Kecak khas Pulau Bali.

Handy mengatakan program tematik itu menjadi salah-satu inovasi yang dilakukan untuk menciptakan kenyamanan penumpang agar target 20,3 juta di tahun 2023 bisa dicapai.

Angka itu masih di bawah kondisi penumpang sebelum pandemi COVID-19 dimana terdapat 25 juta orang yang datang ke Bali melewati bandara Ngurah Rai pada 2019. Namun, menurut Handy, sudah jauh lebih baik dibanding tahun 2022 yang masih terimbas oleh situasi pandemi.

General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai - Bali menyambut kedatangan penumpang pada peringatan Hari Batik Nasional 2 Oktober.

Secara keseluruhan di tahun 2023 hingga bulan Agustus, Bandara Ngurah Rai  telah melayani sebanyak 13.910.685 penumpang domestik dan internasional.

“Prediksinya akan terus meningkat sampai di akhir tahun,” sebut Handy.


Solusi Kemacetan di Pintu Masuk dan Keluar Bandara

Suasana Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Soal kemacetan di pintu masuk dan keluar bandara yang sangat terasa di akhir pekan, Handy mengungkapkan pihak bandara telah menggandeng stakeholder terkait seperti Dinas Perhubungan Badung, Kepolisian Resor Bandara, Kepolisian Sektor Kuta, dan Lanud  TNI Angkatan Udara I Gusti Ngurah Rai untuk melakukan penyesuaian arus lalu lintas pada setiap hari Jumat.

Yakni, dari arah exit toll Bali Mandara ke arah bandara hanya dapat dilalui oleh kendaraan yang akan menuju Bandara saja. Sementara itu, akses menuju Kuta melalui persimpangan di depan pintu masuk bandara akan dialihkan.   

“Kami juga menyambut baik rencana pembangunan LRT (Light Rail Transit-red) menuju Bandara,” katanya. 

Rencana LRT yang akan menghubungkan wilayah Canggu, Badung hingga area bandara itu sudah diungkap oleh Menko Marvest Luhut Binsar Panjaitan di Jakarta dan ground breaking akan dimulai pada awal tahun 2024.


Menerapkan A-CDM

Sementara untuk meningkatkan Efisiensi Operasional Penerbangan, Bandara Ngurah Rai Bali telah menjadi bandara yang dikelola Angkasa Pura 1 yang pertama menerapkan Airport Collaborative Decision Making (A-CDM).

Melalui implementasi A-CDM, AP1 bersama stakeholder terkait mulai dari maskapai penerbangan, penyedia jasa navigasi penerbangan (AirNav Indonesia), ground handling, serta instansi lainnya akan berkolaborasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas manajemen operasional penerbangan dengan mengedepankan aspek safety, security, services, and compliance (3S+1C).

“Dengan tingkat kepadatan penumpang yang makin tinggi, tentu kami tak mungkin bekerja sendirian sehingga ekosistemnya yang harus dibenahi bersama-sama,” kata Handy.  

Pihaknya menyadari, keberadaan bandara sangat penting dalam persaingan industri pariwisata dimana usai pandemi semua negara berusaha menghidupkannya. Pasalnya, pariwisata sudah menjadi jalan pintas untuk menghasilkan devisa tanpa memerlukan investasi yang terlalu besar dibandingkan bila orang harus membuat pabrik atau usaha pertambangan.

“Dan untuk Indonesia, Bali masih menjadi andalan utama,” tegasnya.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya