Liputan6.com, Jakarta - Majelis Hukama Muslimin (MHM) menggelar Konferensi Agama dan Perubahan Iklim - Asia Tenggara di Jakarta. Konferensi ini dihadiri 150 perwakilan berbagai agama dari sejumlah negara di wilayah Asia Tenggara.
Hadir juga, para ilmuwan, pemikir, dan pemuda yang peduli terhadap isu perubahan iklim. Konferensi membahas peran agama dalam menghadapi dampak negatif perubahan iklim.
Advertisement
Menurut Anggota Komite Eksekutif MHM TGB M Zainul Majdi, konferensi ini dihelat sebagai ikhtiar dalam membangun kesadaran semua pihak terhadap bahaya krisis iklim. Karena itu, diharapkan konferensi ini melahirkan rekomendasi yang akan disampaikan kepada para pemegang keputusan.
"Diharapkan nanti dari rekomendasi akan tergambar ya bagaimana desakan kepada yang istilahnya pemegang hard power, para pemangku kebijakan, di seluruh dunia bahkan ya para pemimpin kita, untuk benar-benar memastikan seluruh kebijakannya itu jangan sampai menurunkan daya dukung ekosistem, karena bumi bukan hanya milik generasi sekarang, tapi juga generasi yang akan datang," kata dia dalam acara Konferensi Agama dan Perubahan Iklim di Jakarta, Rabu (4/10/2023).
Selain itu, TGB melanjutkan, diharapkan juga nanti rekomendasi itu disampaikan kepada seluruh pemimpin agama dan budaya. Ia menegaskan, bahwa hal yang paling penting di antara hal-hal utama yang harus disuarakan hari ini dan seterusnya itu adalah bagaimana sebagai umat beragama itu memaknakan menjaga lingkungan sebagai salah satu kewajiban utama.
"Jadi bukan hanya aksesoris bukan hanya komplementer tetapi itu pondasi salah satu bentuk komitmen kita beragama dengan baik dalam menjaga lingkungan dari yang sering dianggap sekedar sebagai lifestyle menjadi satu kewajiban agama. Sehingga bisa dilaksanakan dengan baik," ujar dia.
Isu menjaga lingkungan, menurut TGB, tetap harus disuarakan di tengah gegap gempita pesta demokrasi yang akan berlangsung di Indonesia. Sebab dengan adanya perhatian khusus terhadap persoalan tersebut, Indonesia akan menjadi negara kuat dengan lingkungan yang terjaga.
"Kita nggak boleh lupa bahwa ada hal yang lebih esensial dibanding kontestasi 5 tahunan, yaitu memastikan Indonesia bisa menjadi negara yang tetap memiliki daya dukung lingkungan yang kuat, yang penting karena Indonesia emas itu kan membutuhkan Indonesia yang kuat ya, yang tidak katakanlah tidak hancur lingkungannya karena eksploitasi yang tidak bertanggung jawab. Jadi kita menghadirkan itu untuk mengingatkan bahwa ada hal yang juga tidak kalah penting dari kontestasi 5 tahunan," terang dia.
MHM Jalin Komunikasi dengan Kementerian
Sementara untuk konteks Indonesia, TGB melanjutkan, Majelis Hukama Muslimin Indonesia akan terus membangun komunikasi dengan para otoritas pemangku kebijakan maupun kementerian-kementerian terkait, termasuk kantor presiden dan wakil presiden. Agenda ini juga telah tersampaikan dan juga nantinya rekomendasi akan disampaikan
"Untuk skala internasionalnya itu, Majelis Hukama membuka yang disebut dengan feed corner. Jjadi satu booth nanti di COP28 Abu Dhabi. Di mana nanti di situ di corner itu akan dijadikan sebagai tempat untuk menyampaikan kepada para pemimpin dunia yang hadir di COP28 bahwa komitmen untuk menjaga lingkungan ada dan kuat di kalangan umat beragama," jelas dia.
Sementara itu Pendiri dan Anggota MHM Quraish Shihab menyebutkan, bahwa semua agama mengajarkan nilai-nilai tentang pelestarian lingkungan. Karena itu, harapan semua dari Konferensi ini ialah mencapai suatu kondisi dunia yang aman dan damai.
"Bukan hanya buat umat manusia, tetapi untuk seluruh penghuni planet bumi ini. Itu harapan kita," ujar dia.
Yang kedua soal sumber daya alam, menurutnya, bisa sangat berbahaya jika tidak dikelola dengan baik. Banyak konferensi-konferensi digelar terkait dengan krisis sumber daya alam tersebut.
"Yordania pernah ada pembahasan tentang itu. Mesir juga yang ini ada pembahasan tentang itu. Kalau ini tidak dikelola dengan baik, itu bisa menimbulkan bencana bukan hanya anta negara yang bersangkutan, tapi bisa mencemarkan semuanya," ucap dia.
Advertisement
Kantor Cabang MHM di Indonesia Resmi Berdiri
Sementara itu Sekjen MHM Konselor Mohamed Abdelsalam mengungkapkan, kantor cabang regional Majelis Hukama Muslimin Asia Tenggara resmi berdiri di Indonesia yang bermarkas di Jakarta. Indonesia dipilih lantaran sebagai miniatur kehidupan umat Islam dunia.
"Indonesia terdapat kehidupan yang toleran berbagai suku berbagai agama, hidup berdampingan secara damai sehingga kami berpikir tidak ada pilihan lain untuk membuka kantor cabang regional Majelis Hukama Muslimin di Asia Tenggara ini kecuali di Indonesia," kata dia.
"Sudah saatnya dunia belajar dari pengalaman Indonesia terkait praktik-praktik yang terbaik tentang toleransi hidup berdampingan dan kedamaian," dia menambahkan.
Konferensi internasional tingkat Asia Tenggara 2023 (Corecs) ini berlangsung di Hotel Ritz-Carlton pada Rabu (4/10/2023) yang mengundang 150 tokoh agama yang terdiri dari 100 tokoh agama asal Indonesia, 50 tokoh agama ASEAN, termasuk Mesir dan Uni Emirat Arab (UEA).
Konferensi ini turut dihadiri oleh pendiri dan anggota MHM Quraish Shihab, Sekjen MHM Mohamed Abdelsalam, Wapres ke-10 dan 12 Jusuf Kalla, Menteri Agama Periode 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin, Komite Eksekutif MHM TGB Muhammad Zainul Majdi, para duta besar negara sahabat, dan para peserta muktamar.
Adapun konferensi CORECS 2023 tersebut mengambil tema, "Menghidupkan Kembali Nilai-Nilai Keagamaan dan Budaya Lokal dalam Mengatasi Perubahan Iklim untuk Pelestarian Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan."
MHM adalah sebuah badan internasional independen yang dipimpin Grand Syekh Al-Azhar, Imam Akbar Ahmed Al-Tayeb. MHM didirikan di Abu Dhabi pada tahun 2014 dengan anggota sejumlah cendekiawan, orang bijak, dan tokoh bangsa, yang bercirikan keadilan, kebijaksanaan, moderasi, dan moderasi.