Liputan6.com, Jakarta - Meningkatnya produksi plastik di seluruh dunia telah menciptakan lebih banyak polusi. Kepala lingkungan hidup PBB pun memperingatkan bahwa manusia tidak bisa hanya mendaur ulang untuk keluar dari permasalahan sampah tersebut.
Mengutip laman Japan Today, Kamis (5/10/2023), dia menyerukan pemikiran ulang total mengenai cara orang-orang menggunakan plastik. "Ada banyak jalan menuju solusi. Tapi saya pikir semua orang menyadari bahwa status quo bukanlah sebuah pilihan," sebut Inger Andersen, direktur Program Lingkungan Hidup PBB, dalam sebuah wawancara dengan AFP.
Advertisement
Andersen menyampaikan hal tersebut dua minggu setelah publikasi rancangan pertama Plastic Treaty, yaitu perjanjian internasional masa depan mengenai polusi plastik, di mana Indonesia turut mendukungnya. Perjanjian itu diperkirakan akan selesai pada akhir 2024, mencerminkan berbagai ambisi dari 175 negara yang terlibat.
Utamanya kesenjangan antara mereka yang mendukung pengurangan produksi polimer mentah dan mereka yang bersikeras menggunakan kembali dan mendaur ulang. Pertama, Andersen mengatakan tujuannya adalah untuk menghilangkan sebanyak mungkin plastik sekali pakai.
"Menghilangkan hal-hal yang sejujurnya tidak diperlukan, seperti benda-benda yang dibungkus plastik yang sama sekali tidak ada gunanya, bahkan mungkin dibungkus oleh alam sendiri, seperti sebuah jeruk atau pisang," katanya.
Saat memasuki supermarket, dia langsung pergi ke lorong sabun untuk melihat apakah versi padat tersedia. "Kita juga harus mengurangi keseluruhan pasokan polimer mentah baru," sebutnya, sambil mencatat bahwa ini adalah salah satu opsi dalam rancangan teks perjanjian tersebut.
Produksi Plastik Meningkat Terus
Andersen menyambung lagi, "Kita harus mendaur ulang sebanyak yang kita bisa. Namun jika kita lihat sekarang, penggunaan plastik semakin meningkat." "Jadi, yang jelas adalah kita tidak bisa melakukan daur ulang untuk keluar dari kekacauan ini."
Produksi plastik tahunan meningkat lebih dari dua kali lipat dalam 20 tahun terakhir, mencapai 460 juta ton. Angka ini bisa meningkat tiga kali lipat pada 2060 jika tidak ada perubahan.
Namun, hanya sekitar sembilan persen yang didaur ulang. Sampah plastik dalam berbagai ukuran saat ini ditemukan di dasar lautan, di perut burung, dan di puncak gunung, sementara mikroplastik telah terdeteksi di darah, ASI, dan plasenta.
"Jika kita terus memasukkan semua polimer mentah baru ini ke dalam perekonomian, kita tidak akan bisa menghentikan aliran plastik ke lautan," katanya.
Di sisi lain, kesehatan lautan begitu penting bagi masa depan umat manusia. Perjanjian mengenai polusi plastik di masa depan akan melengkapi persenjataan global untuk melindungi lautan, termasuk perjanjian bersejarah baru untuk melindungi laut lepas yang ditandatangani oleh sekitar 70 negara minggu ini.
"Fakta bahwa kita akan bergerak maju dan melindungi bagian lautan yang berada di luar batas negara adalah hal yang sangat penting," kata Andersen. "Dan sesuatu yang membuat saya sangat, sangat gembira. Dan seluruh dunia seharusnya merasa gembira karena ini adalah warisan kita bersama."
Advertisement
Inggris Larang Plastik Sekali Pakai
Larangan terhadap beberapa barang plastik sekali pakai baru-bari ini diberlakukan di seluruh Inggris. Hal ini berarti dunia usaha tidak boleh memasok beberapa barang seperti gelas polistiren dan peralatan makan plastik.
"Larangan baru ini merupakan langkah besar berikutnya dalam misi kami untuk menindak limbah sampah berbahaya," kata Menteri Lingkungan Hidup Rebecca Pow, dilansir dari Euro News, Selasa, 3 Oktober 2023.
Pemerintah sudah menerapkan "larangan terdepan di dunia" dan mengenakan pajak terhadap bentuk plastik lainnya, tambahnya. "Aturan baru ini akan melindungi lingkungan serta membantu mengurangi sampah menghentikan polusi plastik yang mengotori jalanan serta mengancam satwa liar kita," kata Rebecca.
Pertama kali diumumkan di Januari 2023, kebijakan ini adalah bagian dari tujuan untuk menghilangkan semua "sampah plastik yang dapat dihindari" pada 2042. Peraturan di Inggris berbeda dengan Skotlandia yang telah menerapkan kebijakan serupa tahun lalu dan Wales yang bakal menerapkan larangan tersebut pada akhir Oktober ini.
Plastik yang Dilarang
Larangan penggunaan plastik ini mencakup semua jenis plastik sekali pakai termasuk plastik yang bisa terbiodegradasi, dapat dibuat kompos, dan didaur ulang. Dampaknya, perusahaan tidak bisa memasok barang-barang ini meskipun mereka memiliki sisa stok sebelum pelarangan.
Ada pula pembatasan pada piring, nampan, serta mangkuk plastik sekali pakai, namun makanan yang dibawa pulang masih dapat menggunakan wadah, nampan, dan pembungkus yang dipakai ulang. Selain itu disebutkan pengecer masih dapat memberi Anda tutup polistiren di cangkir kopi selama cangkirnya tak terbuat dari bahan tersebut.
Hal ini menambah larangan penggunaan sedotan plastik sekali pakai, pengaduk, dan cotton bud yang diperkenalkan pada 2022. Pemerintah mengatakan pihaknya berencana melarang semua kemasan plastik di kemudian hari, namun tanggal pastinya belum ditentukan.
Inggris diperkirakan menggunakan 2,7 miliar peralatan makan sekali pakai yang sebagian besar terbuat dari plastik dan 721 juta piring sekali pakai setiap tahunnya. Ini berarti setiap orang menggunakan sekitar 37 peralatan makan dan 18 piring.
Advertisement