Liputan6.com, Pekanbaru - Musim kemarau kering belum berakhir di Riau. Keadaan ini bisa menimbulkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) seperti yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir sehingga menimbulkan kabut asap.
Kabut asap sudah menyelimuti Pekanbaru dalam beberapa hari terakhir. Kabut asap Pekanbaru ini juga ditambah kiriman dari Sumatera Selatan (Sumsel) karena di daerah itu terdapat ratusan titik api.
Baca Juga
Advertisement
Untuk mencegah munculnya titik api baru serta kebakaran lahan yang ada meluas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau berencana mengadakan teknologi modifikasi cuaca (TMC).
Menurut Kepala Bidang Kedaruratan BPBD Riau Jim Ghafur, pihaknya berencana melakukan TMC beberapa hari kedepan.
Jim mengaku sudah dikirim Gubernur Riau Syamsuar menghadap ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BPBD sudah bertemu dengan Deputi Penanganan Darurat membahas TMC.
"Alhamdulillah sudah disetujui, besok atau lusa akan dioperasikan TMC," kata Jim, Kamis siang, 5 Oktober 2023.
BNPB sudah bersedia mengirimkan pesawat untuk menyemai garam di langit Riau. BNPB juga berencana mengirim 7 ton garam sebagai bahan semaian.
"Pesawat akan datang dengan garamnya, Sabtu dilakukan TMC," jelas Jim.
Rencana TMC ini dilakukan karena Riau masih terdapat awan untuk menurunkan hujan. Ditambah lagi sejumlah kabupaten sudah mulai turun hujan meskipun intensitasnya ringan.
"Itu akan disemai, dengan harapan bisa membasahi daerah rawan (kebakaran) atau sudah kering karena sudah lama tidak hujan," kata Jim.
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Klaim Terkendali
Menurut Jim, TMC tidak hanya soal mencegah terjadinya kabut asap tapi juga polusi dari kendaraan. Musim kemarau membuat polusi mudah terjadi karena debu-debu di jalanan terangkat.
"Kemarau tidak hanya soal asap karena ada daerah yang polusinya tinggi meski tidak terjadi kebakaran, itu yang dicegah (melalui TMC) sehingga udara bisa clear," tegas Jim.
Untuk kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau, Jim mengklaim sangat terkendali. Titik panas sebagai indikasi Karhutla masih terpantau tapi jumlahnya tidak signifikan.
"Ada 18 hotspot, itu belum tentu titik api karena ada di daerah perbukitan," ujar Jim.
Advertisement