Liputan6.com, Tel Aviv - Polisi Israel pada Rabu (4/10/2023) menangkap lima orang Yahudi Ortodoks karena meludahi jemaat Kristen di Kota Tua Yerusalem. Empat yang ditangkap adalah orang dewasa dan satu lainnya masih di bawah umur.
Merespons penangkapan tersebut Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir seperti dilansir The Times of Israel, Kamis (5/10/2023), mengatakan, "Saya masih mengganggap bahwa meludahi orang Kristen bukanlah kasus kriminal. Saya rasa kita perlu menindaklanjutinya melalui pendidikan. Tidak semuanya dapat dilakukan penangkapan."
Advertisement
"Hal ini patut mendapat kecaman. Ini harus dihentikan. Saya bertanya pada Rabi Dov Lior, dia mengatakan bahwa ini tidak bermoral dan salah. Kami menentangnya. Tapi, mari berhenti memfitnah Israel. Kita semua bersaudara, kita semua adalah sama," ujarnya.
Sebelum terjun ke dunia politik, Ben-Gvir membenarkan meludahi orang Kristen, menyebutnya sebagai kebiasaan kuno Yahudi.
Peristiwa orang Yahudi meludahi umat Kristen terjadi pada Senin (2/10) dan Rabu. Polisi mengonfirmasi bahwa salah satu dari mereka yang ditangkap termasuk yang terekam meludah dalam video yang viral di media sosial.
CNN melaporkan bahwa empat tersangka ditangkap karena insiden pada Rabu dan satu lagi karena insiden pada Senin.
Menurut polisi, mereka yang ditangkap akan dituntut dengan tuduhan penyerangan. Sejumlah pihak menyebutkan bahwa ada kesulitan untuk menghukum mereka yang meludah karena tindakan tersebut tidak memenuhi kriteria kekerasan penyerangan
Namun, Kepala Polisi Yerusalem Inspektur Assaf Harel menuturkan kepada Army Radio bahwa meludahi seseorang tentu saja dianggap sebagai penyerangan. Harel juga mengonfirmasi bahwa ada peningkatan serangan terhadap umat Kristen di kota tersebut akhir-akhir ini, di mana dia mencatat terdapat 17 insiden yang dilaporkan dalam enam bulan terakhir.
Dikutuk PM Benjamin Netanyahu
Tindakan orang Yahudi meludahi umat Kristen ini menuai kutukan, termasuk dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Pejabat Israel lainnya dari komunitas Haredi bahkan menolak gagasan bahwa meludahi umat Kristen adalah tradisi Yahudi.
Netanyahu melalui X atau Twitter menyatakan, "Israel berkomitmen penuh untuk menjaga hak suci beribadah dan ziarah ke tempat suci semua agama. Saya mengutuk keras segala upaya untuk mengintimidasi jemaat dan saya berkomitmen untuk mengambil tindakan segera dan tegas terhadap hal tersebut."
Dia menambahkan, "Perilaku yang menghina jemaat adalah penistaan dan tidak dapat diterima. Segala bentuk permusuhan terhadap individu yang sedang beribadah tidak akan ditoleransi."
Sebuah laporan dari Army Radio pada Rabu menemukan, keyakinan bahwa orang-orang Yahudi dipaksa meludahi orang-orang Kristen tersebar luas di Kota Tua Yerusalem, khususnya di kalangan pemuda Yahudi yang secara terbuka mendukung tindakan tersebut.
"Saya mendukung meludahi setiap salib, setiap umat Kristen, untuk merendahkan mereka dengan paksa. Mereka sebelumnya membantai dan membunuh kami," kata seorang pria kepada Army Radio. "Tertulis dalam Taurat bahwa anak-anak harus menanggung dosa ayahnya."
Pria Yahudi lainnya menuturkan, "Kami mendukung pengusiran mereka dari wilayah kami, meludahi, dan mempermalukan mereka, apapun yang bisa kami lakukan."
"Itulah yang tertulis: Kalau melihat salib atau orang Kristen, meludahlah," kata seorang anak laki-laki.
Dalam sebuah video yang diunggah oleh reporter harian Haaretz pada Senin, terlihat sekelompok umat Kristen keluar dari gereja sambil membawa salib kayu lalu sekelompok umat Yahudi yang berjalan melawan arah meludahi tanah, ke arah orang-orang Kristen.
Beberapa orang dalam rekaman tersebut merupakan anak di bawah umur, yang meludahi umat Kristen, setelah melihat seorang pria dewasa melakukannya.
Advertisement
Dapat Merugikan Israel
Kepala Rabi Ashkenazi David Lau menentang tindakan meludahi umat Kristen. Dia menekankan, "Fenomena seperti itu tidak beralasan dan tentunya tidak boleh dikaitkan dengan hukum Yahudi."
Demikian pula halnya dengan Menteri Urusan Agama Israel Michael Malkieli, yang berasal dari partai ultra-Ortodoks, Shas.
"Ini bukan cara Taurat dan tidak ada rabi yang mendukung atau memberikan legitimasi terhadap perilaku tercela ini," ujarnya.
Beberapa pejabat turut menyuarakan kekhawatiran bahwa serangan meludah itu akan merugikan posisi Israel di kalangan peziarah Kristen, yang merupakan sumber utama kedatangan pariwisata.
Wakil Wali Kota Yerusalem Fleur Hassan-Nahoum, yang memimpin upaya di dewan kota untuk memerangi pelecehan terhadap umat Kristen, mengatakan pada Senin bahwa polisi mulai menanggapi isu ini dengan serius.
"Kita seharusnya tidak memberikan toleransi terhadap para pembuat onar yang didorong oleh pendidikan yang salah dan kebencian, menyerang jemaat yang melakukan ibadah secara damai di mana pun di kota ini," katanya kepada The Times of Israel. "Setelah berbulan-bulan melakukan lobi, kami senang polisi mengambil tindakan dan menangkap mereka yang bertanggung jawab."
Kekhawatiran Pecahnya Kekerasan
Pemerintah Israel dilaporkan secara rutin menekankan kebebasan beribadah dan menggambarkan negara Yahudi itu sebagai satu-satunya rumah yang aman bagi umat Kristen di Timur Tengah yang penuh permusuhan.
Gambaran tentang hidup berdampingan secara aman yang biasanya dilukiskan oleh para pejabat Israel sangat bertentangan dengan pengalaman yang digambarkan oleh para pemimpin Kristen di Yerusalem. Meskipun mereka mengakui bahwa tidak ada upaya terorganisir atau melibatkan pemerintah untuk melawan mereka, para pendeta Kristen di Kota Tua menceritakan tentang memburuknya suasana pelecehan, sikap apatis dari pihak berwenang, dan meningkatnya ketakutan bahwa insiden meludah dan vandalisme dapat berubah menjadi kekerasan terhadap umat mereka.
Advertisement