Kisah Tauladan Nabi Ibrahim yang Dijuluki Khalilullah

Khalilullah yang artinya kekasih Allah SWT, gelar yang disandang Nabi Ibrahim AS.

oleh Ruli Ananda Putri diperbarui 06 Okt 2023, 08:00 WIB
Ilustrasi Islam. (Bola.com/Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Seluruh umat muslim pasti mengetahui Nabi Ibrahim AS. Nabi yang menjadi awal mula terlaksananya perintah ibadah kurban ini, memiliki ketaatan yang tinggi terhadap Allah SWT. Hingga akhirnya dijuluki Khalilullah, artinya kekasih Allah.

Kisah Nabi Ibrahim yang banyak diketahui ketika harus menyembelih putranya, yaitu Nabi Ismail AS.

Melansir dari laman NU Online pada Kamis, 5 Oktober 2023, peristiwa itu terjadi ketika Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Hajar dan dikaruniai putra pertamanya saat umur 86 tahun.

Setelah kelahiran anaknya, Nabi Ibrahim mengurus Ismail kecil dengan penuh kasih sayang.

Seiring berjalannya waktu, Nabi Ismail menginjak usia remaja. Tepat diusia ke 13 tahun, Nabi Ibrahim bermimpi untuk menyembelih putra tersayangnya tersebut.

Nabi Ibrahim sangat bingung menyikapi mimpinya. Ia tidak langsung membenarkan, namun tidak pula mengingkari.

Nabi Ibrahim merenunginya beberapa kali dan memohon kepada Allah agar diberi petunjuk yang benar dari-Nya.

Setelah malam yang sangat membingungkan itu selesai, ternyata malam kedua dan ketiga Nabi Ibrahim impikan hal yang sama.

Setelah mimpinya yang ketiga, barulah Nabi Ibrahim meyakini dan membenarkan, bahwa mimpi itu benar-benar nyata dan harus dilaksanakan.

Tentu Nabi Ibrahim bergegas untuk menyampaikan kepada anaknya tersebut. Bahkan kisah ini terkemas di dalam Al-Qur’an Surat As-Saffat ayat 102:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى

Artinya: “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku! Sungguh aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”


1. Ketaatan Nabi Ibrahim Diuji Allah SWT

Ketika mendengar ayahnya bertanya demikian, Nabi Ismail pun dengan tegas menjawab pertanyaan tersebut. Tentu ini sebagaimana Allah berfirman pada Surat As-Saffat ayat 102:

قَالَ ياأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَآءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Dia (Ismail) menjawab, ‘Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.’”

Ketika Nabi Ibrahim hendak bersiap menyembelih anaknya, seketika Allah langsung berkata kepada Nabi Ibrahim.

فلما أسلما وتله للجبين ونادينه ان يا إ براهيم قد صد قت  الرؤى إنا كذلك نجزي المحسنين إن هذا لهوالبلاؤ المبين وفديناه بذبح عظيم وتركنا عليه في الأخرين سلام علي إبرا هيم كذ لك نجزي المحسنين

Artinya: “Wahai Ibrahim engkau telah membenarkan perintahKu melalui mimpimu Sesungguhnya dengan demikian akan membalas orang-orang yang berbuat baik, sesunggguhnya ini adalah ujian yang nyata dan kami tebus ismail dengan senbelihan hewan qurban yang besar. Dan kami jadikan teladan untuk orang-orang yang sesudahnya, keselamatan untuk Nabi Ibrahim, demikianlah kami membalas orang-orang yang berbuat baik." (Q.S. As-shfat 103-110)

Kisah tersebut membuktikan Nabi Ibrahim yang tulus cinta dan taat kepada Allah SWT.


2. Keteladanan Nabi Ibrahim untuk Membangun Ka’bah

Nabi Ibrahim bersama Ismail membangun kembali Ka`bah. Ini dilakukan tentu saja sesuai dengan petunjuk Allah. Kemudian setelah selesai membangun Ka’bah, Allah perintahkan Ibrahim agar memanggil ummat manusia untuk berhaji.

Setelah selesai melaksanakan perintah Allah, Nabi Ibrahim segera memanjatkan empat doa untuk seluruh umat manusia.


3. Allah Berilah Gelar Khalilullah kepada Nabi Ibrahim

Melalui kisah Nabi Ibrahim kita belajar, bahwa kecintaannya kepada Allah SWT melebihi cinta kepada lainnya. Kemudian Nabi Ibrahim selalu mendahulukan orang lain dibanding dirinya.

Allah pun akhirnya melihat ketulusan dan ketaatan Nabi Ibrahim diluar dari contoh kecil kisah di atas. Kekaguman Allah terhadap Nabi Ibrahim pun diabadikan dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 125:

وَمَنْ اَحْسَنُ دِيْنًا مِّمَّنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَّاتَّبَعَ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًاۗ وَاتَّخَذَ اللّٰهُ اِبْرٰهِيْمَ خَلِيْلًا

Artinya: “Siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang memasrahkan dirinya kepada Allah, sedangkan dia muhsin (orang yang berbuat kebaikan) dan mengikuti agama Ibrahim yang hanif? Allah telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih(-Nya)."

Tafsiran ayat ini pun ditulis oleh Kementrian Agama Indonesia, bahwa Tidak ada seorang pun yang lebih baik agamanya dari orang yang melakukan ketaatan dan ketundukannya kepada Allah. Ia mengerjakan kebaikan dan mengikuti agama Allah SWT.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya