Liputan6.com, Jakarta - Bursa calon pendamping bakal calon presiden (capres) Prabowo Subianto di Pemilu Presiden atau Pilpres 2024 semakin mengerucut.
Sejumlah nama mulai dari Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Menteri BUMN Erick Thohir, hingga Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dinilai layak menjadi pendamping Ketua Umum Partai Gerindra itu sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres).
Advertisement
Lalu, siapakah yang paling berpeluang? Direktur Eksekutif Politika Research dan Consulting (PRC) Rio Prayogo menilai, dari ketiga nama tersebut, Erick Thohir yang paling menjanjikan.
"Berdasarkan survei teranyar lembaga kami, Prabowo Subianto lebih menjanjikan bersama Erick Thohir, bukan bersama Khofifah apalagi Airlangga," ujar Rio melalui keterangan tertulis, Kamis (5/10/2023).
Dia memaparkan, dalam survei terbaru PRC, Prabowo-Erick meraih elektabilitas 38,8 persen dalam simulasi tiga pasangan. Sementara, pasangan Ganjar-Sandiaga ada dinposisi kedua dengan 31,9 persen, disusul Anies-Muhaimin 16,5 persen.
Dalam simulasi berikutnya, lanjut Rio, Prabowo-Erick meraih 38,2 persen. Sementara lawannya, Ganjar-Ridwan Kamil 33,1 persen, dan Anies-Muhaimin 18 persen.
"Dalam simulasi tujuh nama cawapres, Erick Thohir meraih elektabilitas 16,8 persen. Elektabilitas Ridwan Kamil sebesar 16,4 persen, dan Muhaimin Iskandar sebesar 15,4 persen. Berikutnya, Sandiaga Uno (12,6 persen), Gibran Rakabuming Raka (10,8 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (10 persen), dan Airlangga Hartarto (1,2 persen)," papar dia.
"Khofifah hanya berbasis di Jawa Timur (Jatim), sementara Erick kuat di Jatim, menjadi salah satu representasi Nahdlatul Ulama (NU), dan suaranya lebih merata di seluruh Indonesia, khususnya di luar Jawa dan tidak sebatas kalangan tertentu saja. “Untuk Airlangga, jelas jauh tidak bisa dibandingkan," sambung Rio.
Bisa Tambah Basis Suara
Kemudian menurut Rio, Erick Thohir juga bisa merambah basis suara yang belum dimiliki Prabowo, yakni generasi milenial, khususnya dari sepakbola.
Hal ini tidak dapat dilepaskan dari keterlibatannya yang intensif dalam dunia sepakbola, di mana, sebelumnya Erick Thohir pernah menjadi Presiden Inter Milan.
Sejak berkiprah sebagai Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Erick langsung menggebrak dengan sejumlah kebijakan dan langkah yang membawa perubahan positif.
"Fokusnya pada pembinaan usia dini layak diapresiasi, mengingat keberhasilannya mendorong Timnas Indonesia U-17 dalam Piala Dunia U-17 2023," kata Rio.
"Ini semua memperkuat modal sosial dan kekuatannya sebagai tokoh berpengaruh. Erick juga menguatkan Prabowo dari narasi dan isu perbaikan ekonomi, karena memiliki pengalaman panjang di bidang ekonomi, saat ini menjadi Menteri BUMN dan Ketua masyarakat Ekonomi Syariah," jelas dia.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Survei and Polling Indonesia (SPIN) Igor Dirgantara menilai, dibanding dengan bakal cawapres lain, Erick memiliki modal sosial politik yang bisa memperkuat Cawapres baik dalam sukses pemenangan maupun dalam sukses kepemimpinan.
"Dalam sukses pemenangan, di samping ET (Erick Tohir) secara teritorial pasti bisa memperkuat kemenangan di luar Jawa. Sementara itu, ET bisa diterima di semua pihak dan strata sosial masyarakat," kata Igor.
"Sebutlah misalnya, Kelompok Milenial, kelompok Menengah, Agama dan bahkan kelompok strategis pemilih lainnya, seperti komunitas sepak bola yang sangat panatik, serta masyarakat ekonomi syariah di mana ET jadi Ketua Umum-nya. Itu bisa menjadi instrumen politik yang efektif, karena Umat Islam merupakan mayoritas penduduk Indonesia," sambung dia.
Advertisement
Rekam Jejak Erick Thohir
Belum lagi, lanjut Igor, rekam jejak Erick sebagai praktisi ekonomi profesional menegaskan memahami masalah-masalah ekonomi, tidak hanya sekadar praktis tetapi juga visioner dalam menjawab tantangan bangsa ke depan.
"Ini penting mengingat, calon wakil presiden yang mendampingi capres Prabowo idealnya adalah sosok yang paham masalah-masalah ekonomi secara komprehensif. Ini untuk meletakkan fondasi Indonesia 2045 sebagai negara maju," terang dia.
Selain itu, Erick Thohir mampu mendapatkan dukungan dari para pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi), lantaran dia memiliki hubungan dekat dengan orang nomor satu di Indonesia tersebut.
"Harus dicatat bahwa Erick memiliki rekam jejak sebagai Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf pada Pilpres 2019 yang lalu, dan telah terbukti sukses. Hal ini tentu memberikan dampak positif terhadap potensi Erick Thohir dalam menghimpun dukungan dari para pendukung Jokowi di seluruh wilayah Indonesia, dan tidak tersegmentasi di wilayah tertentu saja," pungkas Igor.
Lebih Cocok Berpasangan
Sementara itu, Politikus Senior Partai Golkar Ridwan Hisjam menilai, Prabowo lebih cocok berpasangan dengan Erick di Pilpres 2024 nanti.
Menurut dia, kehadiran Erick akan memperkuat soliditas dan konsolidasi dalam Koalisi Indonesia Maju, karena bukan kader partai politik.
"Di Koalisi Prabowo kan banyak ketua umum yang berpotensi jadi Cawapres. Selain Airlangga, ada Zulkifli Hasan (PAN), Agus Harimurti Yudhoyono (Demokrat), dan Yusril Ihza Mahendra (PBB). Makanya, Prabowo harus mencari calon non parpol, agar tidak terjadi tarik menarik kepentinga," kata Ridwan.
Selain itu, sambung dia, penunjukan Airlangga sebagai Cawapres Prabowo juga berpotensi melahirkan persoalan hukum. Sebab, Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar, telah memutuskan Airlangga sebagai bakal Capres di Pilpres 2024.
"Saya mendorong Munas Luar Biasa, untuk mencabut keputusan partai soal penetapan Airlangga sebagai Capres. Ini akan menjadi persoalan hukum, jika Prabowo memilih Airlangga sebagai Cawapres. Pasangan Prabowo-Airlangga bisa ditarik ke ranah hukum, karena melawan keputusan Munas Partai Golkar," jelas Ridwan.
Advertisement