Harga Naik, Emiten Ini Mengaku Penjualan Beras Tetap Stabil

Kenaikan harga beras saat ini tak lepas dari terus turunnya faktor produksi sejak Agustus 2023 lalu.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 05 Okt 2023, 22:30 WIB
Produsen dan Supplier beras, PT Wahana Inti Makmur Tbk (NASI) berkomitmen untuk terus berinovasi dan menciptakan produk yang tepat untuk konsumen.

Liputan6.com, Jakarta Emiten produsen beras, PT Wahana Inti Makmur Tbk (NASI) angkat bicara soal harga beras di Tanah Air. Rupanya, kenaikan harga beras tersebut cukup berpengaruh terhadap respon dari para pelanggan.

Sekretaris Perusahaan Wahana Inti Makmur Santa Alpira mengaku penjualan beras tetap stabil meskipun harganya naik. Sebab, para pelanggan sudah banyak menerima informasi yang cukup jelas dari Perseroan. 

"Meski harga beras naik, penjualan tetap stabil dikarenakan para pelanggan sudah menerima informasi yang cukup jelas dari kami dan pelanggan juga sudah sangat update dengan berita-berita terkini," kata Santa kepada Liputan6.com, Kamis (5/10/2023).

Dia bilang, sejauh ini produksi beras Perseroan berjalan dengan relatif baik dan normal. Bahkan, stok beras milik Wahana Inti Makmur juga masih dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan para pelanggannya.

Di sisi lain, ia menyebut, penyebab harga beras naik ini salah satunya dikarenakan terbatasnya pasokan beras karena musim kemarau yang cukup panjang dan juga kemungkinan adanya dampak dari El nino.

Melansir RTI, saham PT Wahana Inti Makmur Tbk (NASI) menguat 3,75 persen ke posisi Rp 83 per saham.  Saham NASI berada di kisaran tertinggi Rp 86 dan terendah Rp 71 pada penutupan perdagangan Kamis, 5 Oktober 2023. Total volume perdagangan saham 7,63 juta saham dan nilai transaksi Rp 635,78 juta. 

Selama sebulan terakhir, saham NASI sudah naik 3,75 persen. Akan tetapi, ytd, saham NASI merosot 17,82 persen. 

 


Harga Terus Naik

Sedangkan, untuk yang paling murah dipatok Rp10.900 per kg di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, harga beras terus mengalami kenaikan dalam beberapa bulan terakhir. Pedagang mengatakan kenaikan harga beras ini mencetak rekor tertinggi. 

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti pun buka suara penyebab kenaikan harga beras ini. "Untuk Inflasi beras September 2023 secara month to month (bulanan) merupakan yang tertinggi sejak Februari 2018," kata Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (2/10/2023).

Dia mencatat, inflasi beras pada September 2023 mencapai 5,61 persen secara bulanan (mtm) dengan andil 0,18 persen. Sedangkan, inflasi beras sebesar secara tahunan (yoy) sebesar 18,44 persen dengan andil inflasi 0,55 persen.

 Amalia mengungkapkan, kenaikan harga beras saat ini tak lepas dari terus turunnya faktor produksi sejak Agustus 2023 lalu. Di sisi lain konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan sumber karbohidrat tersebut tetap tinggi.

Hal ini berdampak pada menipisnya pasokan beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun, tren penurunan produksi beras menjelang akhir tahun dibandingkan awal tahun lumrah terjadi di setiap tahunnya.

"Memang ada kecenderungan penurunan jumlah produksi beras dari bulan Agustus ke bulan bulan berikutnya sampai dengan akhir tahun disebabkan karena faktor musiman. Jadi, seperti biasanya memang di akhir tahun itu produksi beras relatif lebih rendah dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya," beber Amalia.

 


Faktor Lain

Pekerja memindahkan beras ketika bongkar muat beras bulog di gudang PT Food Station Tjipinang Jaya, Jakarta Timur, Jumat (3/2/2023). Untuk menstabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), Perum BULOG akan menyaluran beras SPHP di Pasar Induk Beras Cipinang dari 13 ribu menjadi 30 ribu ton,dengan harga paling tinggi sebesar Rp. 8.900. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain faktor produksi, kenaikan harga beras juga dipengaruhi oleh kebijakan larangan ekspor yang dilakukan sejumlah produsen utama akibat inflasi, perubahan iklim hingga El-Nino. Semisal India sampai Vietnam.

"Di beberapa negara penghasil utama beras dunia, seperti Thailand kemudian Vietnam dan juga India itu juga sudah mulai terjadi penurunan produksi beras, bahkan India melakukan kebijakan untuk pembatasan ekspor," tegasnya.

Lanjutnya, Amalia memastikan pemerintah tidak berdiam diri dalam merespon kenaikan harga beras yang kian mencekik masyarakat. Salah satunya pemerintah terus mengoptimalkan peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah atau TPID untuk mengendalikan laju inflasi beras. 

"Dengan adanya TPID yang kemudian bagaimana memastikan, mengantisipasi gangguan sisi supply ini dengan lebih baik oleh pemerintah," pungkasnya. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya