Balita Gizi Buruk di Kabupaten Kudus Dirujuk Lagi ke RS, Bidan Desa dan Puskesmas Terkesan Tutup Mata

Balita penderita gizi buruk di Kabupaten Kudus terpaksa dilarikan kembali ke rumah sakit.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 06 Okt 2023, 07:47 WIB
Ilustrasi layanan kesehatan. (Shutterstock/REDPIXEL.PL)

Liputan6.com, Kudus - Seorang balita berinisial DM yang disinyalir menderita gizi buruk dan keterlambatan tumbuh kembang, terpaksa dilarikan kembali ke rumah sakit di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Kamis (5/10/2023). Bocah berusia 3 tahun yang kini harus memakai selang Nasogastric Tube (NGT) atau selang sonde sejak usia 20 bulan untuk minum, dalam sepekan ini harus keluar masuk menjalani rawat inap di RS selama dua kali.  

Tragisnya lagi, balita yang tinggal di Dukuh Kauman RT 5 RW 4 Desa Ngembalrejo, Kecamatan Bae, Kudus ini, oleh pihak bidan desa Puskesmas Dersalam yang bertugas memberikan layanan kesehatan bagi balita dan ibu hamil di desa setempat, menghentikan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita tersebut.

Kondisi yang dialami balita putra Ibu Ulya yang kini harus dirawat intensif di rumah sakit, ternyata tidak diketahui oleh pihak bidan desa dan Puskesmas setempat. Hal ini terungkap dari pengakuan pihak keluarga DM yang diterima tim Liputan6.com. Awalnya Ibu Ulya khawatir kondisi kesehatan putranya semakin menurun, karena lemas dan sulit untuk minum hingga sempat muntah.

Balita DM kemudian diperiksakan ke RSUD dr Loekmonohadi Kudus pada Jumat (29/9/2023) lalu. Oleh pihak dokter spesialis anak yang menanganinya, DM disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit.

Selanjutnya DM menjalani rawat inap beberapa hari di Rumah Sakit Aisiyah Kudus. Setelah dinyatakan kondisinya pulih, DM diperbolehkan pulang oleh dokter pada 1 Oktober 2023. Namun setelah beberapa hari di rumah, kondisi kesehatan DM kembali menurun dan harus dirujuk kembali di rumah sakit pada Kamis 5 Oktober 2023.

Sementara itu, Maryana atau Mbak Nok salah seorang kader kesehatan di lingkungan RW 4 Desa Ngembalrejo, mengakui bahwa PMT untuk balita DM hanya diberikan selama satu minggu saja. Ia terpaksa menghentikan bantuan makanan tersebut atas saran dari pihak bidan desa setempat.

"Saya menghentikan bantuan PMT kepada DM atas saran dari bu bidan desa. Kemudian bantuan PMT itu saya geser kepada balita penerima manfaat lainnya sebagai penggantinya. Saya tidak tahu kalau DM dirawat di rumah sakit, sebab tidak ada laporan dari bidan desa," ujar Mbak Nok yang ditemui di rumahnya Kamis (5/10/2023).

Ia mengaku ditunjuk bidan desa sebagai tim memasak program PMT dilingkungan RW 4. Pelaksanaan program PMT yang telah berjalan selama dua bulan ini, memberikan bantuan kepada penerima manfaat ibu hamil dan balita yang perlu asupan gizi penambah berat badan.

"Yang saya tahu, ibunya DM selama ini aktif memeriksakan ke Posyandu. Bahkan ibunya sangat antusias untuk memeriksakan kondisi tumbuh kembang putranya tersebut ke dokter spesialis anak di rumah sakit dan konsultasi dengan ahli gizi," imbuh warga RT 7 RW 4 ini.

Di tempat terpisah, Kepala UPTD Puskesmas Dersalam, dr Dewi Aprillia mengaku tidak mau berkomentar terkait persoalan kondisi penanganan pra stunting dan stunting yang berada di desa wilayah kerja binaan Puskesmas setempat.

"Mohon maaf saya tidak bisa berkomentar terkait hal ini. Kami di Puskesmas hanya pihak pelaksana saja, silahkan tanyakan langsung kepada Dinas Kesehatan Kudus yang lebih berwenang," ujar Dewi yang dikonfirmasi Kamis (5/10/2023).

 


DKK Kudus Siap Pendampingan Balita DM

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kabid Kesmas) Dinas Kesehatan Kudus, Nuryanto mengaku segera menelusuri informasi terkait kondisi yang dialami balita DM.

"Kita segera menelusurinya supaya bisa tahu duduk permasalahanya. Kita ingin memberikan solusi yang terbaik win-win solution dan bisa menjembatani permasalahan yang ada," ujar Nuryanto.

Selama ini jika ada bayi dan anak yang mengalami stunting yang terpaksa dirujuk rawat inap ke rumah sakit, kata Nuryanto, pihak bidan desa dan Puskesmas dipastikan selalu mengetahui dan harus mendampinginya.

"Bahkan lintas sektoralnya yakni pihak pemerintah desa harus ikut mendampinginya. Karena di Kudus ini kan penanganan stunting yang utama karena permasalahan pola asuh. Sebab ibu-ibu muda kebanyakan bekerja semua," paparnya.

Nuryanto menambahkan, pihak DKK Kudus mendapat anggaran Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tahun anggaran 2023 berupa paket Pemberian Makanan Tambahan local senilai Rp 7 Miliar lebih. Dana yang bersumber dari APBN tersebut diterima 19 Puskesmas di Kudus.

Sekadar catatan, Puskesmas Dersalam yang memiliki wilayah kerja 5 desa ini, mendapat kucuran BOK tahun 2023 berupa paket Pemberian Makanan Tambahan local yang diberikan kepada ibu hamil dan balita senilai Rp 363.195.000.

(Arief Pramono)  

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya