Terpilih Jadi Presiden 2024, Anies Baswedan Janji Naikkan Anggaran Riset

Bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan berjanji akan menaikan anggaran untuk riset, jika terpilih menjadi Presiden di Pemilu 2024 mendatang.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 06 Okt 2023, 11:00 WIB
Calon Presiden Anies Baswedan menghadiri acara Ngariung 1.000 Alumni ITB di Bandung. (Istimewa).

Liputan6.com, Jakarta Bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan berjanji akan menaikan anggaran untuk riset, jika terpilih menjadi Presiden di Pemilu 2024 mendatang.

Hal tersebut, dia sampaikan usai bertemu dengan para peneliti di acara Temu Tokoh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kamis (5/10/2023).

"Iya dan tentu kami merencanakan untuk menaikkan, dan kenaikan menggradual supaya bersamaan dengan peningkatan produktivitas di dalam penelitian," kata Anies.

Dia menjelaskan, kehadirannya di BRIN untuk menerima undangan sebagai pembicara. Ia menyebut diskusi yang berlangsung selama tiga jam itu dihadiri sekitar 150 orang peneliti.

Salah satu isu krusial yang dibahas terkait anggaran untuk riset. Sebab, Anies menyebut, anggaran untuk riset di Indonesia sangat rendah dibanding negara-negara lain.

"Saya sampaikan bahwa anggaran untuk penelitian, untuk riset itu memang harus terus di berikan peningkatan. Dan didorong untuk selalu melalukan inovasi, karena itulah yang bisa membuat bangsa kita maju berkembang kalau kita investasi didalam kualitas manusia. Kualitas manusia itu adalah satu kesehatan, kedua lewat pendidikan dan dalam unsur pendidikan adalah kemampuan untuk riset," ujar dia.

Selain itu, pembahasan dalam pertemuan itu, antara lain tentang pemanfaatan riset di bidang pengambilan kebijakan hingga pengembangan ilmu pengetahuan. Dia juga menyinggung terkait karier bagi peneliti.

"Mereka merasa aturan kepegawaiannya itu cocok untuk birokrasi tapi belum tentu cocok untuk peneliti. Kemudian juga disampaikan tentang bagaimana ilmu karena tadi yang berkumpul ilmu sosial, ilmu humaniora, bagaimana ilmu sosial dan humaniora itu bisa diberikan kesempatan berkembang dan bisa dimanfaatkan oleh pemerintah dan dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu itu sendiri," imbuh Anies Baswedan.

 


SMRC: Deklarasi Anies-Cak Imin Belum Mampu Kerek Suara

Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saiful Mujani menyatakan pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar belum mampu mendokrak perolehan suara partai-partai pendukungnya di wilayah Jawa Timur.

Saiful pun membeberkan perolahan suara 3 partai pendukung Anies-Muhaimin dalam risetnya, pertama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mendapatkan suara 17,8 persen, Nasdem 3,5 persen, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 1 persen.

Perolehan suara partai-partai ini di bawah hasil pemilihan umum (Pemilu) 2019.

Saiful mengatakan, sejauh ini PKB selalu menjadi kekuatan besar di Jawa Timur. PKB pernah menjadi nomor satu di Jawa Timur di pemilu awal reformasi 1999 dan Pemilu 2004. Di Pemilu 2019, PKB mendapatkan suara terbanyak kedua setelah PDI Perjuangan dengan selisih suara yang tidak banyak. Artinya, PKB memang kuat di Jawa Timur.

Oleh karena itu, menurut Saiful, jika berharap PKB lebih kuat lagi menjelang Pemilu 2024, hal itu ada dasarnya, karena selama ini PKB memang kuat di Jawa Timur.

“Karena itu deklarasi di mana ketua umum PKB menjadi calon wakil presiden, diharapkan ada efek ekor jas dari sana karena tokoh utamanya menjadi banyak dibicarakan. Kalau di Jawa Timur saja tidak mengalami kemajuan, efek deklarasi tersebut pada PKB di daerah lain mungkin juga tidak bisa diharapkan,” kata Saiful, dalam paparannya secara daring, Kamis (5/10).

Dalam survei nasional SMRC pada 2-11 September 2023, perolehan suara partai khusus di Jawa Timur, PDI Perjuangan mendapatkan suara 22,2 persen, PKB 17,8 persen, Gerindra 11.6 persen.

Kemudian, Demokrat 6,3 persen, PPP 4,6 persen, Nasdem 3,5 persen, PAN 1,1 persen, PKS 1 persen, partai-partai lain di bawah satu persen, dan masih ada 21,6 persen belum menjawab.

Saiful menyoroti penurunan suara partai Nasdem yang merupakan salah satu pendukung deklarasi Anies-Muhaimin. Partai ini menurun dari 10,3 persen di 2019 menjadi 3,5 persen.

 


Dukungan Pada Anies Putusan Elite

Saiful menduga kemungkinan sebagian suara Nasdem tersebut menunda pilihan. Dia menyatakan bahwa jika asumsinya sebagian pemilih Nasdem pindah ke partai lain, mestinya ada partai lain yang menguat, namun ternyata tidak ada.

Saiful menyimpulkan bahwa data ini secara keseluruhan menunjukkan tidak ada atau belum ada efek ekor jas deklarasi Anies-Muhaimin terhadap partai-partai pendukung mereka di Jawa Timur.

"Saya melihat deklarasi Anies-Muhaimin tidak (belum) punya coattail effect atau efek ekor jas dari deklarasi Anies-Muhaimin pada partai-partai pendukung mereka dan itu di Jawa Timur yang merupakan basis Muhaimin Iskandar,” jelasnya.

Saiful menyebut, bahwa PKB memiliki basis di Jawa Timur dan deklarasi Anies-Muhaimin juga dilakukan di Jawa Timur, mestinya efek pertama dari deklarasi itu akan terlihat di Jawa Timur.

Dia melihat kemungkin itu terjadi karena dukungan PKB pada Anies adalah keputusan elite. Dalam tradisi politik di Indonesia, jelasnya, keputusan elite sering tidak dikonsultasikan pada konstituen.

"Tradisinya selama ini di Jawa Timur, massa PKB adalah pemilih Joko Widodo. Karena itu, imajinasi umumnya pemilih PKB adalah akan memilih calon yang relatif dekat dengan Jokowi. Sejauh ini, dalam persepsi pemilih, Anies bukan tokoh yang dianggap dekat dengan Jokowi. Pasangan Anies-Muhaimin," kata Saiful.

 


Perlu Yakinkan Konstituen

Hal yang sama dengan Cak Imin yang sebelumnya disosialisasikan sebagai calon presiden. Namun kemudian diputuskan menjadi cawapres.

Bahkan, menjadi cawapres pun sebelumnya disosialisasikan akan mendampinya Prabowo, namun sekarang diputuskan menjadi Cawapres Anies dalam waktu yang relatif cepat. Dia menilai, wajar jika masyarakat di tingkat bawah belum begitu mengetahui tentang hal ini. Mungkin juga warga belum mengerti kenapa keputusan pasangan tersebut diambil.

"Ini menjadi tantangan pada elite PKB atau elite pasangan Anies-Muhaimin untuk menjelaskan pada konstituennya,” jelas Saiful.

Namun, Saiful menegaskan, jika hanya berharap pada konstituen PKB yang ada selama ini, hal tersebut terlalu konservatif untuk mendapatkan dukungan besar pada pasangan Anies-Muhaimin.

Karena tidak ada satu kekuatan partai yang mayoritas di wilayah mana pun, termasuk di Jawa Timur. Dia mengatakan, tantangannya ada dua bagi pasangan AMIN, pertama, meyakinkan konstituen PKB sendiri. Kedua, menjelaskan pada pemilih di luar PKB.

Dia menduga kemungkinan menjelaskan pada massa di luar PKB atau partai pendukung Anies-Muhaimin tersebut akan lebih berat.

"Jadi kenapa sampai saat ini tidak terlihat efek ekor jasnya karena proses pengambilan keputusan tersebut (untuk memasangkan Anies dengan Muhaimin) tidak cukup bottom up. Mekanisme mendengarkan aspirasi pemilih diabaikan atau kurang dipertimbangkan sebagai faktor yang sangat penting dalam pengambilan keputusan politik,” imbuh dia. 


Survei LSI

Elektabilitas bacapres Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto mengalahkan bakal capres lainnya, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan, dalam survei Lembaga Survei Indonesia (LSI). Elektabilitas Prabowo Subianto mencapai 34 persen.

Di posisi kedua ada bacapres PDIP, Ganjar Pranowo dengan elektabilitas 30,4 persen. Selanjutnya, di posisi ketiga, ada bacapres Koalisi Perubahan Anies Baswedan di urutan ketiga dengan 22 persen.

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan menjelaskan, elektabilitas Prabowo berada di posisi teratas dalam simulasi 3 nama. Namun, selisih Prabowo dengan Ganjar Pranowo sangat tipis.

"Prabowo Subianto unggul tipis tapi secara statistik tidak signifkan terhadap Ganjar Pranowo yaitu 34 persen, Ganjar Pranowo 30,4 persen, Anies 22 persen, jadi belum banyak perubahan dari tingkat dukungan terhadap 3 nama ini," kata Djyadi dalam siaran Youtube LSI, Rabu (4/10/2023).

Survei dilakukan pada 18-20 September 2023 terhadap 1.206 responden. Survei dilakukan melalui telepon dan ada 17% yang tidak tercover. Target populasi survei WNI berusia 17 tahun atau sudah menikah.

Pemilihan sampel dilakukan melalui random digit dialing (RDD). RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.

Survei dilakukan dengan wawancara telepon oleh pewawancara yang terlatih. Margin of error ±2,9% dengan tingkat kepercayaan 95%.

 

Reporter: Alma Fikhasari/Merdeka.com

Infografis Mahfud Md Minta Tiket Capres Anies Baswedan Dijaga. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya