Bos IMF Kristalina Georgieva: Dunia Tak Jadi Resesi, Tapi Pemulihan Ekonomi Tak Merata

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva - perekonomian dunia telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 06 Okt 2023, 15:00 WIB
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva. Dok: Twitter @KGeorgieva

Liputan6.com, Jakarta Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva mengatakan bahwa permintaan yang kuat terhadap sektor jasa dan kemajuan dalam menurunkan inflasi telah meningkatkan peluang perekonomian global untuk keluar dari risiko resesi.

Namun, Georgiva juga mengingatkan masih ada risiko fiskal dan keuangan yang tinggi.

"Inflasi yang membandel berarti suku bunga harus tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama dan fragmentasi ekonomi mengancam negara-negara berkembang,” kata Georgiva, dikutip dari US News, Jumat (6/10/2023).

Dalam sambutannya yang dipersiapkan untuk pidato di Abidjan, Pantai Gading, Georgieva mengungkapkan bahwa laporan Outlook Ekonomi Dunia IMF yang baru yang akan dirilis pada Selasa besok.

Laporan itu akan menunjukkan pemulihan yang lambat dan tidak merata, dengan perbedaan tren yang mencolok di seluruh dunia.

"Perekonomian dunia telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa, dan paruh pertama tahun 2023 telah membawa kabar baik, sebagian besar karena permintaan jasa yang lebih kuat dari perkiraan dan kemajuan nyata dalam memerangi inflasi,” ucap Georgieva.

"Hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya soft landing pada perekonomian global. Namun kita tidak boleh lengah," tegasnya.

Dia melihat, laju pertumbuhan ekonomi global saat ini masih cukup lemah, jauh di bawah rata-rata pra-pandemi sebesar 3,8 persen, dan inflasi kemungkinan akan tetap di atas target di beberapa negara hingga tahun 2025.

"Memerangi inflasi adalah prioritas nomor satu," ungkapnya, seraya mencatat bahwa harga-harga komoditas yang tinggi melemahkan kepercayaan konsumen dan investor.

"Memenangkan perjuangan melawan inflasi membutuhkan suku bunga yang tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama," Georgiva mengakui, seraya menambahkan bahwa "sangatlah penting untuk menghindari pelonggaran kebijakan yang prematur, mengingat risiko kembalinya inflasi."


Tingkatkan Ekspektasi

(Foto: aim.org)

Georgieva mengatakan ekspektasi "soft landing" telah membantu meningkatkan berbagai harga aset, namun kebangkitan inflasi yang cepat dapat menyebabkan pengetatan tajam pada kondisi keuangan.

Pesan ketua IMF ini disampaikan beberapa hari sebelum para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari 190 negara berkumpul di Marrakesh untuk mengadakan pertemuan selama seminggu mengenai risiko yang dihadapi perekonomian global.

Pertemuan tersebut merupakan yang pertama di benua Afrika sejak diadakan di Nairobi, Kenya pada tahun 1973, dan akan berlangsung tidak jauh dari episentrum gempa bumi dahsyat di Maroko yang menewaskan 2.900 orang.


IMF Soroti Perbedaan Kinerja Ekonomi Negara-negara di Dunia

Presiden Jokowi menerima Presiden World Bank Ajay Banga, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva, dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia (WEF) Klaus Schwab. (Liputan6.com/Lizsa Egeham)

Georgieva menggarisbawahi perbedaan mencolok dalam dinamika pertumbuhan, dan mencatat bahwa Amerika Serikat adalah satu-satunya negara dengan perekonomian besar yang mengalami penurunan output ke tingkat sebelum pandemi, dan menyebut India dan Pantai Gading sebagai titik terang lainnya.

Namun sebagian besar negara-negara maju mengalami perlambatan dan aktivitas ekonomi di China salah satunya, yang masih di bawah ekspektasi.

Selain itu, negara juga menghadapi risiko fiskal yang signifikan dan perlu segera membangun kembali penyangga mereka, seperti di Afrika dan kawasan lain yang mengalami peningkatan beban utang lebih lanjut.

Analisis IMF menunjukkan bahwa 100 negara berkembang dan berpendapatan rendah – termasuk sebagian besar negara Afrika – kekurangan sumber daya dan akses terhadap jalur pertukaran (swap line) yang memadai, sehingga membuat mereka rentan jika terjadi krisis keuangan, katanya.


Georgiva : IMF Perlu Tingkatkan Kapasitas Pinjaman

Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

IMF, yang telah memberikan pendanaan sekitar USD 320 miliar kepada 96 negara sejak pandemi ini, juga perlu meningkatkan kapasitas pinjamannya, kata Georgieva, dan mendesak negara-negara anggota untuk bertindak guna meningkatkan sumber daya kuotanya.

Ia juga menyerukan agar anggota-anggota IMF yang lebih kuat ikut serta dalam pendanaan yang lebih besar untuk Poverty Reduction and Growth Trust (Perwalian Pengurangan Kemiskinan dan Pertumbuhan), yang melayani anggota-anggota termiskin, serta Resilience and Sustainability Trust (Perwalian Ketahanan dan Keberlanjutan) senilai USD 40 miliar, yang memberikan pendanaan jangka panjang untuk reformasi iklim.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya