Liputan6.com, Jakarta Menko Polhukam Mahfud Md angkat bicara soal tantangan demokrasi di Indonesia saat ini. Di mana, dia membahas soal pada pengambilan keputusan negara.
Mahfud Md, menuturkan, banyak kelompok kepentingan atau oligarki yang mengambil keputusan publik.
Advertisement
"Rakyat itu ya Pemilu, Pemilu selesai lalu keputusan negara itu diatur oleh kelompok-kelompok oligarki yang biasanya merupakan koalisi atau kolaborasi antara penguasa politik dan pemilik modal besar," kata Mahfud, saat memberikan paparan di Kuliah Umum, di UGM, Jumat (6/10/2023).
Dia pun menyebut ada istilah yang melekat pada kelompok oligarki yakni 'Peng-peng' penguasa-pengusaha. Hal tersebut, kata mahfud, menimbulkan banyaknya korupsi saat ini.
"Jadi conflict of interest dikalangan penguasa pemerintah, pejabat publik legislatif dengan pengusaha pebisnis itu sudah menjadi satu kekuatan yang sering kita berdebat apapun keputusannya ada di oligarki," ucap dia.
Lebih lanjut, Mahfud mencontohkan saat mengambil keputusan undang-undang, jika kelompok oligarki memiliki kepentingan lain, perdebatan apapun tak akan berdambak pada keputusan yang akan diambil.
Oleh karena itu, dia menilai kelompok oligarki menjadi tantangan demokrasi di Indonesia saat ini.
"Ini apapun, undang-undang kita, apa berdebat kalau saudara enggak mampu, kita enggak mampu meyakinkan oligraki ini atau oligarki ini punya kepentingan yang enggak bisa ditawar, ini yang jadi. Ini tantangan demokrasi kita," kata Mahfud Md.
Mahfud Md Masuk Bursa Cawapres Ganjar
Dua pekan jelang pendaftaran capres cawapres pada 19 Oktober 2024, PDIP mulai sedikit menyibak tabir sosok cawapres pendamping Ganjar Pranowo. Meski disebut belum mengerucut, ada dua nama yang digadang-gadang sebagai calon terkuat.
"Saya kira figur seperti Pak Mahfud Md dan Ibu Khofifah termasuk figur yang layak sebagai cawapres," ujar Ketua DPP PDI Perjuangan Said Abdullah, Rabu 4 Oktober 2023.
Menurut Said, mereka memiliki rekam jejak yang unggul untuk mendampingi Ganjar di Pilpres 2024. Elektabilitas Mahfud dan Khofifah pun tergolong cukup baik.
Langkah PDIP menjaring cawapres dari kalangan NU dinilai memang sudah menjadi kebutuhan. Analis politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago berpandangan, kelompok NU ini dianggapnya dapat menambal suara Ganjar yang tidak terakomodir di Jawa Timur.
"Kalau kita membaca dari kepentingan dan kebutuhan PDIP itu dari dulu memang begitu, bahwa PDIP lebih dekat dengan NU, dan salah satunya Khofifah maupun Mahfud Md adalah NU," kata Arifki kepada Liputan6.com, Kamis (5/10/2023).
Dia menilai sosok Mahfud, selain dari NU juga mengakomodir beberapa isu yang tidak didapati oleh Ganjar. Misalnya di Jawa Timur dan juga Madura.
"Beberapa kelompok yang memang hari ini siklusnya tidak menguntungkan bagi Ganjar, makanya pilihan kepada Khofifah dan Mahfud Md salah satu peluang cukup besar, karena dua variabel ini, variabel NU dan variabel wilayah. Makanya dua nama ini masuk nominasi yang cukup penting," terang dia.
Advertisement
Peluang ke Mahfud
Namun menurutnya, ada hal yang menarik terkait munculnya nama Mahfud dan Khofifah ini. Arifki menilai, dua figur ini meskipun kuat secara elektabilitas tapi juga tidak memiliki keterikatan yang kuat dengan partai politik.
"Makanya bagi PDIP, memilih figur ini tidak terlalu berisiko dibandingkan memilih figur lain seperti Sandiaga Uno, karena Sandiaga berpotensi akan menjadi saingan Ganjar di 2029, tapi kalau Khofifah ataupun Mahfud, ruang-ruang itu akan sempit bagi dua figur ini untuk bertarung," jela dia.
Menurut Arifki, dua nama tersebut cukup populer dibanding nama lain. Namun demikian, ia memandang Mahfud memiliki peluang lebih besar ketimbang Khofifah Indar Parawansa untuk menjadi cawapres pendamping Ganjar Pranowo.
"Saya membaca (peluangnya) lebih ke Mahfud, karena memang ada peluang Prabowo dan Khofifah. Artinya ini kan perhitungan politik yang akan diambil PDIP. Paling tidak Mahfud cukup populer hari ini sebagai cawapres, paling tidak secara umur juga tidak maju dalam pemilihan 2029, makanya pertimbangannya itu akan dilancarkan PDIP," ucap dia.
Yang kedua, Arifki menambahkan, Mahfud juga tidak terlalu bermanuver sehingga namanya cenderung muncul disandingkan dengan Ganjar. Sementara Khofifah juga pernah muncul di kubu Anies dan Prabowo.
"Karena dia (Mahfud) cukup tertib, tidak terlalu banyak omong soal apakah dia akan jadi cawapresnya Ganjar. Kalau menurut saya kan gagalnya Ridwan Kamil bukan soal dia diperhitungkan tapi dia terlalu cepat ngomong di media, (dia bilang) breaking news, artinya ini yang membuat narasinya berubah. Makanya perhitungan ini akan menguntungkan Mahfud," jelas dia.
Bila koalisi pengusung Ganjar Pranowo menjatuhkan pilihannya kepada Mahfud Md, akan ada dua tokoh NU yang masuk dalam gelanggang Pilpres sebagai cawapres. Mereka ialah Muhaimin Iskandar sebagai cawapres dari Anies Baswedan dan Mahfud Md yang menjadi pendamping Ganjar Pranowo.
Hal ini tentunya akan membuat suara grass root warga NU menjadi terpecah. Menurut dia, meski NU secara organiasi memiliki umat yang besar, namun secara pilihan politik elitenya berbeda.
"Ketika PBNU memiliki pilihan politiknya sendiri, tapi kiai-kiainya beda-beda juga pilihannya. Nggak bisa diatur oleh PBNU, masing-masing kiai itu punya pesantren, dan mereka punya umat, basis santri dan dia punya pengaruh sendiri. Artinya tidak bisa juga ketika PBNU mendukung calon si A, maka secara keseluruhan mendukung capres tersebut, nggak juga," ucap Arifki.
Kuat di Jatim
Pengamat Politik Adi Prayitno menilai soal sosol cawapres Ganjar Pranowo masih menjadi misteri. Tidak ada yang bisa memastikan siapa yang nantinya akan terpilih.
"Dulu misalnya menguat nama Ridwan Kamil karena dianggap paling ideal, paling layak untuk mendampingi Ganjar dan bisa melengkapi lubang elektabilitas Ganjar di Jawa Barat misalnya. Ridwan Kamil populer, mantan Gubernur, Partai Golkar tapi kemudian namanya dicoret," ujar dia kepada Liputan6.com, Kamis (5/10/2023).
Ini menunjukkan, kriteria cawapres Ganjar tidak hanya terpaku pada elektabilitas dan popularitas semata. Namun masih ada variabel lain yang harus ada dalam sosok pendamping Ganjar tersebut.
"Bagi saya sampai hari ini PDIP dan partai-partai pengusung yang lain mencari kira-kira siapa sosok yang paling dianggap banyak memberikan kriteria yang dapat memenuhi keinginan Ganjar gitu, di luar (elektabilitas dan popilaritas) itu pasti faktor cemistry, kenyamanan, common platform, memiliki irisan ideologi yang sama. Itu tentu tidak bisa dinafikan dan itu justru menjadi faktor kunci di mana calonnya Ganjar itu bisa terpilih atau tidak diantara nama-nama yang muncul," terang dia.
Saat ini, muncul nama Mahfud Md dan Khofifah sebagai sosok cawapres Ganjar Pranowo. Menurut dia, dua nama itu sangat layak dipertimbangkan untuk dijadikan pendamping Ganjar di Pilpres 2024.
"Mahfud saya kira kuat di Jawa Timur. Mahfud itu juga punya penetrasi yang cukup solid di kalangan nahdhiyyin terutama di basis-basis Gus Durian ya dan yang paling penting Mahfud itu adalah orangnya Jokowi. Mahfud itu adalah salah satu Menko yang saya kira dinilai punya kinerja yang baik di eranya Jokowi," ujar dia.
Bahkan dalam pandangannya, bila bicara sosok Mahfud MD tentu melampaui popularitas dan elektabilitas. Sosok Menko Polhukam ini dinilain sebagai orang yang memiliki pengalaman lengkap dalam pemerintahan.
"Mahfud itu ya sosoknya yang punya kompetensi punya kredibilitas gitu ya, yang saya kira cukup mentereng pengalaman politiknya baik di legislatif yudikatif ataupun eksekutif. itu sudah dilalui semua oleh Pak Mahfud. Jadi dari berbagai penjuru mata angin saya kira Mahfud Md punya portofolio politik yang cukup mentereng dan sangat layak untuk berdampingan dengan Ganjar pranowo," jelas dia.
Reporter: Alma Fikhasari/Merdeka.com
Advertisement