Waspadai 6 Dampak Negatif Rasa Sedih Terhadap Tubuh Kamu

Mengalami rasa duka dapat membuat tubuh kamu mengalami banyak hal, baik secara emosional maupun fisik.

oleh Wanda Andita Putri diperbarui 09 Okt 2023, 10:05 WIB
Ilustrasi Menangis dan Ekspresi Sedih Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Apabila kamu pernah mengalami kehilangan, terutama bila itu adalah hal yang paling berharga, kamu mungkin akan terkejut melihat betapa kesedihan memengaruhi seluruh keberadaan kamu. Setiap individu pasti tahu bahwa kesedihan dapat memberikan dampak yang berat secara emosional, tetapi umumnya manusia kurang menyadari bagaimana hal tersebut dapat memengaruhi manusia secara fisik.

Kesedihan sangat berdampak pada munculnya gangguan kesehatan manusia secara fisik karena terkadang emosi seseorang diekspresikan melalui tubuh. Hal ini tidak dapat dilihat dengan jelas, selain dengan kesedihan dan trauma. Lantas, bagaimana kesedihan dapat mengganggu kesehatan fisik manusia? Berikut ulasannya, seperti yang dilansir dari halaman Happiful pada Senin (09/10/23).

1. Masalah Pencernaan

Kehilangan orang yang dicintai bisa sangat menegangkan dan mungkin tubuh kamu akan merefleksinya melalui sistem pencernaan. Bagi segelintir orang, sistem pencernaan mereka mungkin sudah reaktif terhadap stres pada kondisi normal. Duka merupakan pemicu stres yang ekstrem dan bila kamu sudah peka terhadap gangguan, gejala seperti ini bisa menjadi lebih bermasalah. 

Gejala pencernaan yang dialami selama proses berduka antara lain mual, sembelit, diare, kembung, dan asam lambung. Gejala fisik ini bisa terasa sangat membebani selain rasa sakit emosional karena kehilangan. Namun, biasanya bersifat sementara. Bila gejalanya terus berlanjut, sebaiknya kamu segera mencari bantuan dari profesional.

2. Gangguan Tidur

Setelah kehilangan, tidur mungkin akan terasa sulit dilakukan. Tidak bisa tidur ketika berduka bisa terasa seperti siksaan. Belum lagi adrenalin yang tidak menyenangkan terpacu ketika kamu terbangun tiba-tiba pada malam hari.

Sebenarnya, ketika tidur tubuh kamu sedang memperbaiki diri dan memproses apa yang terjadi pada tingkat emosional tertentu, tetapi kamu tetap terjebak di dalamnya. Setelah mengalami kehilangan, kamu mungkin perlu mengambil tindakan untuk mengatur sistem saraf yang dipicu secara berlebihan. Salah satu tips paling sederhana yang bisa kamu lakukan adalah menghitung mundur secara perlahan dari 100, ulangi hingga kamu tertidur. 

Selain itu, kamu juga dapat menggunakan teknik 4-7-8, yaitu tarik napas selama empat hitungan, tahan selama tujuh hitungan, dan buang napas perlahan melalui mulut selama delapan hitungan. Diperkirakan bahwa memanjangkan hembusan napas membantu menenangkan sistem saraf yang gelisah dan tindakan sederhana ini dapat menghentikan hormon stres yang dapat memicu peningkatan kecemasan.


3. Kecemasan

Sumber: Unsplash

Mengalami kehilangan, terutama bila hal tersebut menimbulkan trauma, dapat berarti bahwa dunia kini merasa tidak aman sehingga menimbulkan kecemasan. Hal ini dapat memengaruhi tubuh dalam beberapa cara. Mungkin ada perasaan waspada dan ketidakmampuan untuk rileks atau tidur dengan nyenyak. Gejala lain dari kecemasan dalam kesedihan, seperti jantung berdebar kencang, dada sesak dengan pernapasan pendek, perasaan gemetar, pusing, atau pingsan.

4. Fungsi Otak Terganggu

Selain kelelahan, ini adalah gejala yang sangat umum terjadi pada manusia. Duka dapat mengakibatkan hilangnya ingatan, kebingungan, tidak mampu memperhatikan, dan kabut otak. Hal ini berpotensi mempengaruhi seseorang baik secara fisik maupun mental dan bisa sangat menakutkan bila kamu tidak mengantisipasinya menjadi faktor utama dalam proses berduka.

Jenis gangguan ini bukan hanya karena insomnia, baik trauma maupun kesedihan dapat mengganggu kemampuan kita untuk berpikir jernih. Tubuh dibanjiri kortisol, yang dapat menyebabkan perasaan bingung, berkabut, dan kurang konsentrasi.

Sebaiknya, kamu membayangkan memiliki 100 unit kekuatan otak setiap hari. Lalu, bayangkan sekitar 99 unit tersebut kini diliputi kesedihan, trauma, dan kesedihan. Hanya menyisakan satu unit untuk aktivitas normal sehari-hari.

Otak yang mengalami trauma berada dalam kondisi siaga tinggi dan bekerja lebih keras dibandingkan otak yang tidak mengalami trauma untuk menghadapi situasi sehari-hari dan itu melelahkan. Otak yang fungsinya terganggu biasanya mulai membaik setelah guncangan awal akibat kehilangan telah berlalu.


5. Dehidrasi

Sumber: Unsplash

Sebagian besar dari manusia menyadari betapa pentingnya minum banyak air, tetapi hal ini tidak berlaku saat berduka, karena ada anggapan bahwa kamu bisa mengalami dehidrasi karena menangis ketika kesedihan sangat mendalam. Ada kemungkinan juga bahwa efek fisiologis dari kesedihan dapat menyebabkan dehidrasi. Stres yang ekstrem dapat menyebabkan dehidrasi dan dehidrasi dapat menyebabkan pelepasan kortisol secara berlebihan. Ini berpotensi memperburuk kabut otak, kecemasan, dan depresi.

Di bawah mikroskop, air mata kesedihan terbukti memiliki susunan kimiawi yang berbeda dibandingkan jenis air mata lainnya. Air mata emosional diperkirakan mengandung hormon stres, yang dilepaskan tubuh saat menangis. Meskipun penting untuk minum cukup air saat berduka, penting juga untuk diingat bahwa air mata dapat menyembuhkan sehingga tidak boleh ditahan.

6. Penurunan Berat Badan

Syok dan trauma merupakan hal yang biasa penyebab hilangnya nafsu makan dan akibatnya berat badan turun, yang terkadang terjadi cukup cepat. Hal ini akan mulai seimbang dalam beberapa minggu. Namun, itu mungkin untuk sebuah gangguan makan yang dipicu kembali oleh kesedihan.

Rasa duka adalah saat orang merasa tidak punya kendali atas apa yang terjadi pada dirinya dan meski ini masalah yang rumit, kendali bisa berperan dalam beberapa gangguan makan. Oleh karena itu, kesedihan sayangnya dapat memberikan kondisi yang memperburuk fisikmu. Tentu saja kamu harus berkonsultasi dengan dokter umum atau spesialis gangguan makan bila kamu merasa membutuhkan dukungan.

Pertambahan berat badan melalui pola makan yang nyaman juga umum terjadi, biasanya terjadi beberapa minggu atau bulan setelah penurunan berat badan. Dari sudut pandang fisiologis, peningkatan kortisol yang disebabkan oleh stres dapat menyebabkan keinginan mengemil lebih tinggi. Sebagian besar masalah berat badan yang dialami dalam keadaan ini berasal dari rasa sakit karena kesedihan dan mungkin akan hilang dengan sendirinya ketika kamu memproses situasi baru kamu.

Infografis 12 Cara Sehat Hadapi Stres Era Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya