Usai Salahkan Indonesia karena Kabut Asap, Malaysia Bakal Tutup Sementara Sekolah Jika Kualitas Udara Memburuk

Usai menyalahkan Indonesia atas bencana kabut asap di negaranya, Malaysia memperbarui rencana mengatasi situasi tersebut.

oleh Asnida Riani diperbarui 06 Okt 2023, 16:31 WIB
Bendera Malaysia berkibar di bawah Kuala Lumpur Tower saat kabut asap menyelimuti Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (18/9/2019). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi sebaran asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatra mencapai Malaysia dan Singapura. (AP Photo/Vincent Thian)

Liputan6.com, Jakarta - Usai menyalahkan Indonesia atas bencana kabut asap di negaranya pada pekan lalu, Malaysia memperbarui rencana mengatasi situasi tersebut. Pihaknya dilaporkan bersiap melakukan "penyemaian awan" dan menutup sekolah jika kualitas udara memburuk, lapor Mothership, dikutip Jumat (6/10/2023).

Operasi penyemaian awan akan dilakukan untuk memitigasi dampak kabut asap jika indeks polutan udara (API) Malaysia tetap berada di atas 150 selama lebih dari 24 jam. Hal ini terjadi ketika Departemen Lingkungan Hidup negara tersebut bermaksud "mempercepat tindakan yang perlu diambil lembaga-lembaga terkait dalam manajemen bencana kabut asap," Bernama melaporkan.

Selain penyemaian awan, semua aktivitas luar ruangan di sekolah juga akan dihentikan ketika API melampaui 100, kata Direktur Jenderal Departemen Lingkungan Hidup Malaysia Wan Abdul Latiff Wan Jaffar. "Sekolah dan taman kanak-kanak pun akan ditutup sementara jika angka API melebihi 200," imbuhnya.

Persiapan penutupan akan dimulai ketika pembacaan API mulai mengarah ke angka tersebut. Karena itu, sekolah akan diminta terus memantau kadar API. Sebelas stasiun mencatat pembacaan API pada tingkat "tidak sehat" pada Senin, 2 Oktober 2023, Wan Jaffar menyampaikan dalam pernyataannya.

Berdasarkan skala API Malaysia, status "tidak sehat" setara dengan API 101 hingga 200. Wakil Perdana Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi melalui Facebook mengingatkan warganya, terutama individu yang berisiko tinggi, untuk terus mendapatkan informasi terbaru dari lembaga terkait mengenai situasi kabut asap.


Bersurat pada Menteri LHK

Pemadaman kebakaran lahan. (dok. Biro Humas KLHK)

Malaysia telah mengirimkan surat pada Indonesia dalam upaya menyelesaikan masalah kabut asap lintas batas yang berdampak pada negara tersebut. Menteri Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, dan Perubahan Iklim Malaysia (NRECC) Nik Nazmi Nik Ahmad mengatakan surat telah dikirimkan pada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Indonesia, Siti Nurbaya Bakar, sebagai tindak lanjut masalah kabut asap, lapor kanal Global Liputan6.com per 5 Oktober 2023.

Hal ini menyusul pernyataan Perdana Menteri (PM) Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim pada 3 Oktober 2023 bahwa ia telah menginstruksikan Nik Nazmi berkoordinasi dengan rekan-rekan di ASEAN untuk menyelesaikan masalah kabut asap lintas batas.

Ia menambahkan, seluruh negara ASEAN, termasuk Indonesia, telah menandatangani Perjanjian ASEAN tentang Polusi Asap Lintas Batas pada 2002. Itu merupakan perjanjian lingkungan hidup yang mengikat negara-negara anggota ASEAN secara hukum untuk mengurangi polusi asap di Asia Tenggara.

Perjanjian tersebut mengakui bahwa polusi asap lintas batas yang diakibatkan kebakaran lahan dan/atau hutan harus dimitigasi melalui upaya nasional dan kerja sama internasional.


Bantahan Menteri LHK

Wisatawan melihat pemandangan kota yang diselimuti kabut asap pekat dari Kuala Lumpur Tower, Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (13/9/2019). Pemerintah Malaysia mengatakan akan mendesak Jakarta segera mengambil tindakan untuk memadamkan kebakaran hutan. (AP Photo/Vincent Thian)

Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar menegaskan komplain yang dilontarkan Malaysia soal kabut asap di negaranya sejak pekan lalu itu tidak benar. Ia juga menanggapi munculnya berita dari kantor berita asing yang mengatakan bahwa kebakaran hutan di Indonesia menyebabkan asap lintas batas hingga Malaysia.

"Kita terus mengikuti perkembangan dan tidak ada transboundary haze ke Malaysia," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, 2 Oktober 2023.

Berkenaan dengan peta citra asap lintas batas, ia mengaku sudah mendapat laporan sandingan peta citra sebaran asap dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan The ASEAN Specialised Meteorological Centre (ASMC) untuk periode 28--30 Sept 2023, serta sampai kemarin sore pukul 16.00 WIB.

"Tidak ada transboundary haze. Tidak ada asap yang menyeberang," ia kembali menekankan.

Berdasarkan hasil pantauan ASMC, selama beberapa hari tersebut, asap terpantau moderate hingga pekat di sejumlah wilayah di Sumatra dan Kalimantan. Pada Minggu, 1 Oktober 2023, asap terdeteksi mulai pekat di Kalimantan Tengah dan Sumatra Selatan. Namun, terpantau bahwa tidak terjadi asap lintas batas.


Tidak Terdeteksi Adanya Asap Lintas Batas

Kabut asap yang pekat membuat Jembatan Ampera tertutup (Liputan6.com / Nefri Inge)

ASMC merupakan program kolaborasi regional di antara National Meteorological Services (NMSs) negara-negara anggota ASEAN. ASMC diselenggarakan di bawah Layanan Meteorologi Singapura, National Environment Agency of Singapore.

Menurut data BMKG yang didapat dari pantauan satelit Himawari, citra sebaran asap wilayah Indonesia pada tiga hari tersebut terdeteksi di sejumlah wilayah di Sumatra dan Kalimantan. Arah angin di Indonesia pada umumnya dari tenggara ke barat laut-timur laut. Tapi, tidak terdeteksi adanya asap lintas batas.

"Jadi jelas, keduanya menyatakan tidak ada asap lintas batas," ujar Siti.

Meski begitu, ia mengakui terdapat berbagai catatan yang perlu jadi perhatian sejumlah pihak. Saat ini, pihaknya tengah berjibaku memadamkan kebakaran lahan di Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, serta beberapa daerah lain di Sumatra dan Kalimantan. Pemadaman juga dilakukan di sebagian wilayah Jawa.

Pemadaman darat dan water bombing dilakukan, demikian pula Teknik Modifikasi Cuaca mulai dilakukan sejak beberapa hari lalu. KLHK juga mengaku terus bekerja di lapangan.

Infografis Infografis Karhutla dan Kabut Asap Kepung Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya