6 Fakta Cerebral Palsy, Salah Satunya Lebih Sering Terjadi pada Anak Laki-Laki

Cerebral Palsy, Kondisi Kelainan Motorik yang Sering Terjadi pada Anak Laki-Laki

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 08 Okt 2023, 14:09 WIB
Cerebral Palsy Lebih Sering Terjadi pada Anak Laki-Laki: Gejala, Penyebab, Jenis, dan Pengobatan (pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Cerebral palsy adalah sekelompok kelainan yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam bergerak, menjaga keseimbangan, dan postur tubuh. Kondisi yang juga kerap disebut CP merupakan kelainan motorik yang paling umum terjadi pada masa kanak-kanak.

Sekitar 1 dari 345 anak telah diidentifikasi menyandang Cerebral palsy menurut perkiraan Jaringan Pemantauan Autisme dan Disabilitas Perkembangan (ADDM) di Center for Disease Control and Prevention (CDC).

Melansir laman resmi CDC, ada beberapa fakta tentang CP di antaranya:

  1. CP lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, dan lebih sering terjadi pada anak kulit hitam dibandingkan anak kulit putih.
  2. Sekitar 75 hingga 85 persen anak dengan Cerebral palsy mempunyai CP spastik. Artinya, otot-otot mereka menjadi kaku, dan akibatnya gerakan mereka menjadi canggung.
  3. Lebih dari separuh (sekitar 50 hingga 60 persen) anak dengan CP tetap dapat berjalan mandiri.
  4. Banyak anak dengan Cerebral palsy mempunyai satu atau lebih kondisi dan penyakit tambahan bersamaan dengan CP mereka. Misalnya, sekitar empat dari 10 anak CP juga mengalami epilepsi dan sekitar satu dari 10 anak menyandang gangguan spektrum autisme.
  5. Penyebab spesifik CP pada sebagian besar anak tidak diketahui.
  6. Cerebral palsy biasanya didiagnosis pada tahun pertama atau kedua setelah kelahiran. Jika gejala pada anak ringan, terkadang sulit untuk membuat diagnosis sampai anak berusia beberapa tahun.

"Dengan layanan dan dukungan yang tepat, anak-anak dan orang dewasa penyandang CP dapat tetap sehat, aktif, dan menjadi bagian dari komunitas," mengutip CDC pada Minggu, 8 Oktober 2023.

 

 

 


Jenis Cerebral Palsy Berdasarkan Kerusakan Otak yang Terjadi

Cerebral Palsy Lebih Sering Terjadi pada Anak Laki-Laki: Gejala, Penyebab, Jenis, dan Pengobatan (pixabay)

Jika dilihat dari waktu terjadinya kerusakan otak, cerebral palsy dibagi menjadi dua, yakni CP bawaan dan acquired CP.

Cerebral Palsy Bawaan

Kebanyakan CP berhubungan dengan kerusakan otak yang terjadi sebelum atau saat lahir dan disebut CP bawaan.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko Cerebral Palsy bawaan adalah:

  • Dilahirkan terlalu kecil
  • Dilahirkan terlalu dini (premature)
  • Terlahir kembar atau kelahiran ganda lainnya.
  • Dikandung melalui fertilisasi in vitro atau teknologi reproduksi berbantuan lainnya
  • Memiliki ibu yang mengalami infeksi saat hamil
  • Memiliki kernikterus (sejenis kerusakan otak yang dapat terjadi jika penyakit kuning pada bayi baru lahir yang parah tidak diobati).

Acquired Cerebral Palsy

Selain bawaan, ada pula acquired CP di mana kerusakan otak terjadi setelah anak dilahirkan. Sebagian kecil CP disebabkan oleh kerusakan otak yang terjadi lebih dari 28 hari setelah kelahiran.

Inilah yang disebut acquired CP. Faktor-faktor berikut dapat meningkatkan risiko acquired CP:

  • Mengalami infeksi otak, seperti meningitis
  • Mengalami cedera kepala yang serius.

Diagnosis Dini Cerebral Palsy

Mendiagnosis cerebral palsy pada usia dini penting untuk kesejahteraan anak dan keluarga. Mendiagnosis CP dapat dilakukan melalui beberapa langkah seperti:

  • Pemantauan perkembangan
  • Skrining perkembangan
  • Evaluasi perkembangan dan medis

Pemantauan perkembangan berarti melacak pertumbuhan dan perkembangan anak dari waktu ke waktu. Pada setiap kunjungan ke klinik kesehatan anak, dokter akan memantau perkembangan anak. Dokter melakukan pemantauan dengan:

  • Bertanya kepada orangtua apakah mereka memiliki kekhawatiran mengenai perkembangan anak mereka.
  • Mencatat atau memperbarui riwayat perkembangan anak
  • Mengawasi anak selama pemeriksaan untuk melihat bagaimana anak bergerak.

Selama pemeriksaan perkembangan, tes singkat diberikan untuk melihat apakah anak mengalami keterlambatan perkembangan tertentu. Seperti keterlambatan motorik atau gerakan.

Beberapa tes skrining perkembangan berbentuk wawancara atau kuesioner yang diisi oleh orangtua. Ada pula tes yang diberikan dokter kepada anak.

Tes skrining perkembangan juga dapat diberikan bila orangtua atau dokter atau orang lain yang terlibat dalam perawatan anak mempunyai kekhawatiran terhadap perkembangan anak.

Tujuan dari evaluasi perkembangan adalah untuk mendiagnosis jenis kelainan spesifik yang menyerang seorang anak. Untuk mengevaluasi keterlambatan gerakan atau motorik, dokter akan mencermati keterampilan motorik, tonus otot, refleks, dan postur tubuh anak. Serta mengambil riwayat kesehatan orangtua secara cermat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya