Liputan6.com, Jakarta - Pengacara LBH Ansor Bambang Yulianto menyimpulkan kondisi Pulau Rempang kini sudah aman dan kondusif. Namun sayang masih ada sejumlah pihak yang memprovokasi agar warga Rempang menolak industri dan investasi.
"Orang luar datang ke Rempang, buka posko, lalu memprovokasi. Untuk apa?," ujar Bambang dalam keterangannya, Sabtu (7/10/2023).
Advertisement
Bambang menyebut, selain partai politik, sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dari luar Kepulauan Riau (Kepri) juga mendirikan posko di Pulau Rempang. Bambang berharap keberadaan LSM ini tak menimbulkan masalah baru.
"Semoga keberadaan mereka tidak menjadi masalah baru. Kegiatan LBH Ansor untuk Rempang adalah edukasi warga, solusi, dan kanalisasi," kata Bambang.
Sejak 11 September 2023, LBH Ansor membentuk tim penerima kuasa warga. LBH Ansor berkomitmen membantu warga Pulau Rempang mendapat ganti untung.
Oleh karena itu, Bambang memastikan LBH Ansor akan memonitor proses pengukuran dan verifikasi lahan bangunan dan perkebunan milik warga, sekaligus menyampaikan usulan kepada BP Batam dan pihak swasta yang terlibat dalam proyek Rempang Eco City.
Bambang menilai, penolakan warga bermula program sosialisasi yang tidak tepat. Menurut Bambang, pada tahap awal, sosialisasi yang dilakukan BP Batam dilakukan secara door to door dan menimbulkan kecurigaan masyarakat
Pengurus RT dan RW seringkali menghindar saat ditemui karena khawatir warga curiga.
"Harusnya diawal dilakukan dialog secara terbuka sehingga warga tidak curiga. Memang sempat dilakukan dialog, tapi ketika warga sudah mulai marah dan melakukan unjuk rasa," Bambang.
Ganti Untung
Menurut Bambang, warga Rempang mendukung proyek Rempang Eco City asalkan warga terdampak diberikan ganti untung. Hal ini sejalan dengan sikap PBNU.
Menurut Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf bahwa investasi itu harus dijadikan peluang meningkatkan taraf hidup masyarakat. Khususnya masyarakat yang ada di lingkungan destinasi investasi itu sendiri.
"Masyarakat tidak boleh menjadi korban. Apapun juga kesentosaan dari masyarakat itu nomor satu, risiko-risiko investasi itu hitungan kemudian," imbuhnya.
Advertisement
Sudah Kondusif
Ditemui di Kampung Teluk Air, Pulau Setokok, Pemimpin Redaksi Haluan Kepri Nov Iwandra mengamini situasi Rempang sudah kondusif.
"Warga ingin didengar dan dimengerti. Jika semula nelayan, sebaiknya tetap jadi nelayan," ujarnya.
Menurut jurnalis senior tersebut, sebaiknya perencanaan proyek harus menghormati kearifan lokal. Tidak mudah bagi warga Rempang untuk beralih profesi.
"Warga Rempang sebagian masyarakat nelayan, dilahirkan di kampung nelayan, bermain di laut dan bekerja juga di laut. Jadi susah jika harus ganti pekerjaan," kata Nov.
Wandi, nelayan warga Sembulang, berharap industri yang akan didirikan di Rempang tidak akan melahirkan pencemaran, terutama ke laut.
"Kami mendukung, tapi tolong jangan sampai laut tercemar," pintanya.