Serba-serbi Suntan, Benarkah Berbeda dengan Sunburn yang Bisa Merusak Kulit?

Meskipun kulit tampak berwarna kecokelatan atau perunggu (suntan) yang dianggap sebagai tanda "sehat" oleh beberapa orang, sebenarnya itu adalah tanda bahwa kulit Anda telah mengalami kerusakan.

oleh Farel Gerald diperbarui 13 Okt 2023, 06:30 WIB
Ilustrasi Kulit Sehat Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Meskipun tren berjemur di dalam ruangan atau dengan menggunakan lampu penyamakan telah berkurang popularitasnya di Amerika Serikat, tampaknya kebiasaan berjemur di bawah matahari langsung masih menjadi pilihan bagi banyak orang. Sebagai bukti, data dari National Cancer Institute mengungkap bahwa hampir setengah dari populasi wanita dan sekitar sepertiga pria di AS secara aktif berjemur di bawah matahari setidaknya sekali dalam setahun terakhir.

Namun, banyak orang menganggap bahwa jika kulit mereka tidak terasa sakit atau terlihat merah akibat terbakar sinar matahari (sunburn), maka mereka aman dari risiko. Faktanya, pendapat ini salah.

Dilansir dari Channel News Asia pada 2 Oktober 2023, kulit berwarna kecokelatan atau perunggu (suntan) yang dianggap sebagai tanda "sehat" oleh beberapa orang sebenarnya itu adalah tanda bahwa kulit Anda telah mengalami kerusakan. Seperti yang dinyatakan oleh Dr. Maral Skelsey, seorang spesialis kulit dari Universitas Georgetown, kulit Anda sebenarnya sedang memberi isyarat bahwa ia telah mengalami trauma.

Proses perubahan warna ini terjadi ketika kulit berusaha melindungi dirinya dari radiasi UV yang berlebihan. Kulit akan memproduksi melanin tambahan sebagai respons terhadap kerusakan tersebut. Namun, justru upaya perlindungan ini yang meningkatkan risiko kanker kulit.

Juga, tidak semua sinar UV sama. Ada dua jenis sinar UV yang menjadi sumber utama kerusakan kulit kita, yaitu UVB dan UVA. 


Bisa Menyebabkan Kanker Kulit

Salah satu penyebab kulit tangan tidak lembut adalah karena kondisi medis seperti penyakit eksim yang membuat tangan menjadi kering (Foto: Unsplash.com/Inna Kapturevska Ua)

Sementara UVB bisa membuat kulit kita terbakar, UVA dengan panjang gelombang yang lebih panjang dapat menembus lebih dalam ke dalam lapisan kulit kita, yang menyebabkan perubahan warna kecokelatan. Namun, keduanya berpotensi menyebabkan mutasi pada DNA kita, yang bisa memicu terbentuknya sel kanker.

Dokter Min Deng dari MedStar Health memberikan pandangan mendalam mengenai bagaimana radiasi UVA bisa merusak kulit kita. "Tidak hanya berisiko merusak DNA, radiasi UVA juga melemahkan sistem kekebalan tubuh kita, meningkatkan kerentanan terhadap kanker," katanya.

Selain itu, radiasi ini berdampak negatif pada tampilan kulit kita. Dr. Farris menambahkan bahwa sinar UVA dapat menghancurkan molekul kolagen dan elastin, yang bertanggung jawab untuk menjaga elastisitas dan kekencangan kulit kita. Akibatnya, kulit menjadi keriput, muncul bintik-bintik kecoklatan, dan kehilangan kilapannya.

Bagaimana dengan Vitamin D yang berasal dari sinar matahari? Tubuh kita membutuhkan vitamin D untuk fungsi yang optimal, dan cara termudah untuk mendapatkannya adalah dengan 10 menit berada di luar ruangan saat matahari terik. Itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin D harian. Selain itu, berbeda dengan kepercayaan umum, penggunaan tabir surya tidak menghalangi produksi vitamin D dalam tubuh secara signifikan.


Vitamin D Bisa dari Sumber Makanan

Salmon merupakan protein hewani yang rendah kolesterol sehingga sangat menyehatkan (Foto: Unsplash.com/Christine Siracusa)

Bagi mereka dengan kulit yang lebih gelap, proses sintesis vitamin D melalui sinar matahari mungkin tidak seefisien. Oleh karena itu, Dr. Skelsey menyarankan untuk mendapatkan asupan vitamin D dari sumber makanan alami atau suplemen. Salmon, kuning telur, susu yang diperkaya, dan jus adalah beberapa contoh makanan yang kaya akan vitamin D.

Namun, sementara paparan matahari dapat memberikan manfaat vitamin D, terlalu banyak paparan, terutama tanpa perlindungan yang memadai, dapat membahayakan kulit. Dr. Skelsey menyarankan penggunaan tabir surya yang menawarkan perlindungan "spektrum luas" terhadap sinar UVA dan UVB. American Academy of Dermatology menyarankan untuk menggunakan tabir surya dengan setidaknya SPF 30.

Bagi orang dengan kulit yang lebih gelap, perlindungan tambahan mungkin diperlukan. Dr. Deng menekankan bahwa tabir surya mineral berwarna bisa menjadi pilihan ideal, karena mengandung oksida besi yang melindungi kulit dari panjang gelombang cahaya yang dapat menyebabkan hiperpigmentasi dan masalah lain yang lebih sering terjadi pada kulit gelap.

Dia juga mengingatkan bahwa meskipun kulit gelap memiliki perlindungan alami tambahan terhadap sinar matahari, risiko terbakar sinar matahari dan mengembangkan kanker kulit tetap ada.

 


Cara Mengaplikasikan Tabir Surya

Gunakan Tabir Surya Saat Keluar Rumah (c) Shutterstock

Sayangnya, banyak orang yang tidak mengaplikasikan tabir surya dengan cara yang benar. Dr. Deng menunjukkan bahwa banyak orang hanya menggunakan seperempat dari jumlah tabir surya yang seharusnya mereka gunakan. Untuk perlindungan optimal, ia menyarankan mengoleskan setidaknya satu ons tabir surya ke seluruh kulit yang terpapar. Untuk tabir surya semprot, penting untuk mengaplikasikannya dari jarak dekat dan kemudian menggosoknya ke kulit.

Kesalahan umum lainnya adalah tidak sering mengaplikasikan ulang tabir surya. Bahkan tabir surya yang dilabeli sebagai tahan air, sebaiknya diaplikasikan ulang setiap jam jika Anda basah atau berkeringat, dan setiap dua jam jika tidak.

Selain tabir surya, ada banyak cara lain untuk melindungi diri dari sinar UV. American Academy of Dermatology merekomendasikan pakaian dengan label UPF. Dr. Skelsey menambahkan bahwa topi lebar, payung pantai, kacamata hitam dengan perlindungan UV, dan bahkan jendela mobil berwarna dapat memainkan peran dalam melindungi Anda dari sinar matahari yang berbahaya.

Infografis Pencegahan dan Bahaya Mengintai Akibat Cuaca Panas. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya