BEI Catat Penghimpunan Dana EBUS dan Rights Issue Rp 127 Triliun hingga 6 Oktober 2023

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, telah diterbitkan 80 emisi dari 51 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 89,7 triliun hingga 6 Oktober 2023.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 14 Okt 2023, 22:47 WIB
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penghimpunan dana dari penerbitan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) dan rights issues mencapai Rp 127 triliun hingga Jumat 6 Oktober 2023.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penghimpunan dana dari penerbitan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) dan rights issues mencapai Rp 127 triliun hingga Jumat 6 Oktober 2023.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, telah diterbitkan 80 emisi dari 51 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 89,7 triliun hingga  6 Oktober 2023.

Sampai dengan periode tersebut terdapat 20 emisi dari 15 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline dari berbagai sektor. Adapun yang dimaksud antara lain tiga perusahaan dari sektor basic materials, satu perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals, dua perusahaan dari sektor energi, empat perusahaan dari sektor keuangan, dua perusahaan dari sektor industri, satu perusahaan dari sektor infrastruktur dan dua properti dan real estate.

Sementara itu, untuk rights issue, per 6 Oktober 2023 telah terdapat 26 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan right issue dengan total nilai Rp 37,3 triliun.

Kemudian, masih terdapat 24 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI dengan rincian sektor sebagai berikut, satu perusahaan dari sektor basic materials, delapan perusahaan dari sektor consumer cyclicals, empat perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals, serta empat perusahaan dari sektor energi.

Selain itu, ada lima perusahaan dari sektor keuangan, satu perusahaan dari sektor infrastruktur dan satu perusahaan dari sektor transportasi logistik.

IPO di BEI

Sebelumnya diberitakan, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil mencatatkan rekor baru pencatatan saham tertinggi tahunan sepanjang sejarah, yaitu sebanyak 68 pencatatan dengan total perolehan dana mencapai Rp49,60 triliun pada Jumat, 6 Oktober 2023. 

Adapun salah satu pencatatan saham paling besar sejak tiga tahun terakhir adalah PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) sebesar Rp21,9 triliun.

 


Harapan BEI

Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas di Jakarta, Rabu (14/11). Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin atau 0,39% ke 5.858,29. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman mengatakan, berdasarkan rata-rata dana dihimpun per IPO dari 2021 hingga 2023 meningkat yaitu rerata penghimpunan dana IPO pada 2021 sebesar Rp421,4 miliar per IPO saham, pada 2022 sebesar Rp561,6 miliar per IPO saham dan pada tahun berjalan 2023 sebesar Rp729,3 miliar per IPO saham.

"Pada tahun ini juga telah tercatat 4 perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar di atas Rp 3 trilliun dan free float di atas 15 persen," kata Nyoman kepada awak media, ditulis Minggu, 8 Oktober 2023.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman mengatakan, berdasarkan rata-rata dana dihimpun per IPO dari 2021 hingga 2023 meningkat yaitu rerata penghimpunan dana IPO pada 2021 sebesar Rp421,4 miliar per IPO saham, pada 2022 sebesar Rp561,6 miliar per IPO saham dan pada tahun berjalan 2023 sebesar Rp729,3 miliar per IPO saham.

"Pada tahun ini juga telah tercatat 4 perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar di atas Rp 3 trilliun dan free float di atas 15 persen," kata Nyoman kepada awak media, ditulis Minggu (8/10/2023). 

Dia bilang, pada 2022 telah tercatat 5 perusahaan dengan kriteria tersebut. Hadirnya perusahaan tercatat ini diharapkan dapat menambah likuditas transaksi saham di pasar sekunder.

"Perusahaan-perusahaan tersebut berasal dari berbagai sektor usaha yang kami harapkan dapat menambah diversifikasi portofolio investasi bagi para investor," kata dia. 

Kendati demikian, Nyoman menegaskan BEI tidak hanya eksklusif bagi perusahaan sektor ataupun ukuran tertentu. Bursa senantiasa berupaya memberikan pendekatan yang lebih inklusif sesuai dengan dinamika bisnis Indonesia. 

 

 


Pencatatan Saham Terbesar

Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sehingga, BEI pun menyambut kehadiran  perusahaan-perusahaan Indonesia dari berbagai ukuran, jenis dan sektor usaha dengan tetap memperhatikan aspek kualitas dan compliance. 

Harapannya, Bursa dapat memberikan kesempatan yang lebih luas dan menjadi katalis bagi perusahaan di Indonesia untuk mempercepat pertumbuhan perusahaan bagi perusahaan dengan skala kecil dan menengah serta semakin memperbesar dan meningkatkan going concern bagi perusahaan dengan skala besar. 

Sebagai informasi, 8 dari 10 pencatatan  terbesar di BEI juga dilakukan pada 3 tahun terakhir yaitu:

1. PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) Rp21,9 triliun.

2. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) Rp18,8 triliun.

3. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Rp13,7 triliun.

4. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) Rp10,7 triliun.

5. PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) Rp10,0 triliun.

6. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) Rp9,0 triliun.

7. PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) Rp8,7 triliun

8. PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) Rp7,9 triliun.

 


OJK Yakin Target Penghimpunan Dana di Pasar Modal Rp 200 Triliun Akan Tercapai

Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Pada hari ini, IHSG melemah pada penutupan sesi pertama menyusul perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis nilai penghimpunan dana di pasar modal Indonesia bisa mencapai Rp 200 triliun hingga akhir 2023. Ini mengingat ramainya IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan, hingga saat ini penghimpunan dana di pasar modal telah mencapai Rp 168 triliun dari semua instrumen yang ada di BEI.

"Sampai saat ini hasil fund raised Rp168 triliun dari target Rp 200 triliun, InsyaAllah itu tercapai, kita belum ada niat untuk mengubah (target)," kata Inarno kepada awak media, Jumat (18/8/2023). 

Di sisi lain, OJK belum membeberkan target resmi penghimpunan dana di pasar modal pada 2024. Walau demikian, tren penghimpunan dana di pasar modal diyakini tetap positif pada tahun depan, terutama setelah momen Pemilu serentak.

OJK akan terus berkomitmen untuk lebih selektif dalam mewujudkan IPO yang berkualitas. 

 "Time to time akan terus perbaiki terus, sehingga yang ada disini yang berkualitas," kata dia.

Penghimpunan Dana di Pasar Modal

Sebelumnya, penghimpunan dana di pasar modal Indonesia ditargetkan bisa dapat mencapai sebesar Rp200 triliun pada 2023.

Hingga 9 Agustus 2023, pasar modal Indonesia telah berhasil menghimpun dana mencapai Rp165,22 triliun dari semua instrumen yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi mengatakan upaya penghimpunan dana pada 2023 akan lebih berat, apabila dibandingkan dengan tahun lalu yang mana BEI berhasil menghimpun dana mencapai Rp 233 triliun dari semua instrumen.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya