Liputan6.com, Kabul - Lebih dari 2.000 orang tewas setelah gempa dahsyat melanda Afghanistan. Demikian diumumkan Taliban pada Minggu (8/10/2023).
Melansir BBC, Senin (9/10), juru bicara Taliban Zabihullah Mojahid menyebutkan bahwa jumlah korban tewas mencapai 2.053 orang, dengan lebih dari 1.240 orang terluka dan 1.320 rumah hancur seluruhnya atau sebagian. Ada kekhawatiran jumlah korban akan bertambah lagi.
Advertisement
Tim penyelamat telah tiba di Provinsi Herat. Menurut Mojahid, makanan, air, obat-obatan dan pakaian juga sudah dikirim ke lokasi kejadian.
Gempa magnitudo 6,3 skala Richter mengguncang Provinsi Herat, Afghanistan, pada Sabtu (7/10). Survei Geologi AS mengatakan pusat gempa Afghanistan berada sekitar 40 kilometer di barat laut Herat.
Tiga gempa susulan tercatat sangat kuat, yakni magnitudo 6,3, 5,9, dan 5,5, serta sejumlah guncangan yang lebih kecil
Rentetan Gempa Afghanistan
Gempa pada Sabtu terjadi di tengah berbagai kerusakan parah yang masih terjadi akibat serangkaian lindu yang mengguncang Afghanistan.
Pada Maret 2023, gempa magnitudo 6,5 melanda Provinsi Badakhshan, Afghanistan, menyebabkan setidaknya 10 orang tewas, 80 lainnya terluka, dan lebih dari 63 rumah rusak atau hancur,
Guncangan juga terasa di sejumlah kota besar di Pakistan hingga ibu kota India, New Delhi.
Gempa magnitudo 5,9 skala Richter pada Juni 2022 di Provinsi Paktika dan Khost yang berbatasan dengan Pakistan, menewaskan lebih dari seribu orang. Gempa terjadi bersamaan dengan hujan lebat dan angin muson yang sangat menghambat upaya pencarian dan perjalanan helikopter.
Pada 17 Januari 2022, gempa magnitudo 5,6 skala Richter melanda Provinsi Badghis, menewaskan lebih dari 20 orang dan membuat ratusan rumah bata menjadi puing-puing.
Advertisement
Tantangan Signifikan
Afghanistan telah lama menjadi salah satu negara termiskin di Asia dan dilanda konflik selama beberapa dekade. Namun, kemampuannya untuk merespons bencana alam semakin terhambat sejak Taliban merebut kekuasaan pada tahun 2021 setelah penarikan pasukan AS yang kacau, sebuah peristiwa yang menyebabkan banyak kelompok bantuan internasional menarik diri.
Hal tersebut juga menyebabkan AS dan sekutunya membekukan sekitar USD 7 miliar cadangan devisa negara Afghanistan dan memotong pendanaan internasional. Situasi ini telah melumpuhkan perekonomian Afghanistan yang sudah sangat bergantung pada bantuan.
Pekan lalu, Bank Dunia memperingatkan dua per tiga keluarga Afghanistan saat ini menghadapi tantangan signifikan dalam mempertahankan penghidupan mereka.
Fakta ini membuat warga Afghanistan jauh lebih sulit untuk pulih dari gempa, yang merupakan fenomena biasa di negara yang sering mengalami aktivitas seismik.