Liputan6.com, Serang - Syafruddin Prawiranegara lahir pada tanggal 28 Februari 1911, di Anyer Kidul, Serang, Banten. Ia berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang intelektual, yang mungkin telah memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan pemikirannya di masa depan. Pada masa muda, Prawiranegara menunjukkan ketertarikannya pada dunia pendidikan dan keilmuan.
Syafruddin dikenal sebagai seorang negarawan dan ekonom Indonesia yang berperan penting dalam sejarah negara ini. Ia menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia pertama dari tahun 1952 hingga 1958. Syafruddin juga tercatat sebagai sebagai Menteri Keuangan pertama Republik Indonesia.
Dalam beberapa catatan sejarah, Syafruddin juga diakui sebagai "Presiden yang Terlupakan" saat memimpin Pemerintah Darurat Republik Indonesia dari tanggal 22 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Cirebon, ia melanjutkan pendidikannya ke Jakarta. Di ibu kota, ia belajar di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sebuah sekolah menengah swasta yang terkenal di masa itu. Pendidikan formalnya terus berlanjut, dan ia menjadi salah satu mahasiswa yang aktif dalam pergerakan mahasiswa yang semakin tumbuh di Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Perjuangan Kemerdekaan
Di era yang penuh semangat dan gejolak menjelang kemerdekaan Indonesia, Syafruddin Prawiranegara menjadi salah satu tokoh mahasiswa yang sangat aktif. Ia terlibat dalam organisasi mahasiswa yang memperjuangkan hak-hak politik dan sosial bagi bangsa Indonesia di bawah penjajahan Belanda.
Peran aktif dalam gerakan mahasiswa membantu Syafruddin memahami pentingnya partisipasi politik dalam mencapai kemerdekaan. Ia menjadi anggota Partai Indonesia Raya (Parindra), sebuah partai politik yang dikenal karena militansinya dalam melawan penjajah Belanda.
Syafruddin Prawiranegara pernah menduduki beberapa posisi penting dalam pemerintahan Indonesia pada masa itu. Dia telah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Keuangan, dan Menteri Kemakmuran. Peranannya dimulai sebagai Wakil Menteri Keuangan pada tahun 1946, kemudian sebagai Menteri Keuangan pada tahun yang sama, dan akhirnya sebagai Menteri Kemakmuran pada tahun 1947.
Saat menjabat sebagai Menteri Kemakmuran, terjadilah Agresi Militer Belanda II yang mengakibatkan terbentuknya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), di mana Syafruddin Prawiranegara menjadi pemimpin tertinggi di Indonesia selama periode PDRI.
Situasi tersebut berkaitan dengan kekhawatiran Soekarno dan Hatta bahwa mereka mungkin akan ditangkap oleh Belanda, sehingga mereka memberikan mandat kepada Syafruddin untuk menjaga kelangsungan pemerintahan dan mencegah kekosongan kekuasaan. Syafruddin Prawiranegara adalah individu yang dipilih oleh Soekarno dan Hatta untuk membentuk PDRI, terutama ketika ibu kota negara jatuh ke tangan Belanda, sementara Soekarno dan Hatta sendiri ditangkap pada tanggal 19 Desember 1948 dan diasingkan ke Pulau Bangka.
Melalui upaya Pemerintahan Darurat (PDRI) ini, Belanda akhirnya terpaksa bersedia untuk melakukan perundingan dengan Indonesia. Perjanjian Roem-Royen akhirnya mengakhiri upaya Belanda, dan Soekarno beserta rekan-rekannya dibebaskan dan kembali ke Yogyakarta. Pada tanggal 13 Juli 1949, sebuah sidang resmi diadakan antara PDRI dan Presiden Sukarno, Wakil Presiden Hatta, serta beberapa anggota kabinet mereka. Pengembalian mandat secara resmi dilakukan pada tanggal 14 Juli 1949 di Jakarta.
Advertisement
Peran Prawiranegara dalam Pembentukan Negara
Salah satu momen penting dalam sejarah Indonesia adalah perundingan-perundingan yang terjadi dalam rangka pembentukan negara Indonesia setelah kemerdekaan dari penjajahan Jepang. Syafruddin Prawiranegara memainkan peran yang sangat penting dalam perundingan ini.
Pada tahun 1949, Indonesia sedang berada dalam kondisi yang rumit. Setelah Jepang menyerah pada akhir Perang Dunia II, kekosongan kekuasaan mengemuka, dan perjuangan merebut kemerdekaan dari pemerintahan pendudukan Jepang dimulai. Namun, perundingan antara Belanda dan Indonesia, yang dikenal sebagai Konferensi Meja Bundar (KMB), merupakan tahap kritis dalam pembentukan negara.
Syafruddin Prawiranegara adalah salah satu anggota delegasi Indonesia dalam KMB. Ia adalah salah satu pengusung gagasan federalisme, yaitu ide bahwa Indonesia seharusnya menjadi negara federasi yang terdiri dari berbagai entitas daerah yang otonom. Prawiranegara berpendapat bahwa sistem federal lebih cocok untuk mempertahankan kesatuan Indonesia daripada sistem sentralisasi yang kuat.
Meskipun akhirnya negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dibentuk, gagasan federalisme yang diusulkan oleh Prawiranegara tetap meninggalkan jejak dalam perjalanan politik Indonesia. Gagasan ini mencerminkan pemahaman mendalam tentang keragaman etnis, budaya, dan agama di seluruh kepulauan Indonesia.
Selain aktif dalam politik, Syafruddin Prawiranegara juga memiliki peran yang signifikan dalam bidang pendidikan. Ia pernah menjadi dosen di Universitas Indonesia dan terlibat dalam pendirian Universitas Terbuka. Keaktifannya dalam dunia pendidikan mencerminkan perhatiannya terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Prawiranegara adalah sosok yang juga dikenal sebagai pemikir yang cermat dan analitis. Pemikirannya tidak hanya terbatas pada politik, tetapi juga mencakup isu-isu sosial, ekonomi, dan budaya. Gagasan-gagasan dan analisisnya tentang masalah-masalah tersebut tetap menjadi sumber inspirasi dan pemahaman yang penting bagi perkembangan Indonesia.
Masa Tua dan Warisan
Syafruddin Prawiranegara meninggal pada tanggal 15 Februari 1989, namun warisan pemikirannya dalam federalisme dan peranannya dalam sejarah perjuangan Indonesia tetap dikenang hingga saat ini. Meskipun gagasan federalisme tidak sepenuhnya diadopsi dalam sistem pemerintahan Indonesia saat ini, perdebatan mengenai bentuk negara dan otonomi daerah tetap menjadi topik penting dalam politik Indonesia.
Sebagai salah satu tokoh yang berjuang keras untuk mencari bentuk pemerintahan yang tepat bagi Indonesia, Syafruddin Prawiranegara adalah sosok yang patut diingat dalam sejarah perjuangan bangsa ini. Gagasan-gagasan dan peranannya dalam perundingan-perundingan penting pada awal kemerdekaan mencerminkan kompleksitas dan tantangan yang dihadapi dalam pembentukan negara Indonesia yang kuat dan bersatu.
Warisan intelektual dan perjuangan Syafruddin Prawiranegara tetap relevan dalam konteks Indonesia modern yang semakin kompleks. Gagasan federalisme yang pernah ia usulkan, serta peranannya dalam mengembangkan pendidikan di negara ini, menginspirasi kita untuk terus menjaga keberagaman dan memperjuangkan kemajuan Indonesia yang lebih baik.
Advertisement