Hasil RDK OJK 27 September 2023: Sektor Jasa Keuangan Terjaga, Modal Kuat

OJK mengungkapkan bahwa sektor jasa keuangan terjaga stabil dalam menghadapi era suku bunga global tinggi untuk waktu yang lebih lama.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 09 Okt 2023, 17:30 WIB
OJK mengungkapkan bahwa sektor jasa keuangan terjaga stabil dalam menghadapi era suku bunga global tinggi untuk waktu yang lebih lama.. (Arief/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan bahwa sektor jasa keuangan terjaga stabil dalam menghadapi era suku bunga global tinggi untuk waktu yang lebih lama.

“Rapat Dewan Komisioner bulanan OJK pada 27 September 2023 menilai sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil, didukung permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga,” kata Mahendra dalam konferensi pers Hasil RDK Bulanan OJK September 2023 yang disiarkan secara virtual pada Senin (9/10/2023).

“Sehingga meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan nasional mampu memitigasi risiko higher for longer suku bunga global,” sambungnya.

Ekonomi Global

Mahendra melanjutkan, divergensi kinerja perekonomian Global, sementara itu masih terus berlanjut.

Ketua OJK kembali menyoroti tingkat inflasi Amerika Serikat yang masih tinggi di tengah solidnya kinerja perekonomian di negara itu. Situasi ini mendorong kebijakan bank sentral The Fed yang diprediksi akan lebih hawkish.

“Sementara itu, di Eropa, meski kinerja perekonomian terus lemah, tingkat inflasi masih tinggi sehingga otoritas moneter Eropa kembali menaikkan suku bunganya - namun juga mengisyaratkan tingkat suku bunga saat ini telah mencapai puncak,” papar Mahendra.

 


Sentimen Ekonomi China

Tulisan OJK terpampang di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara di Tiongkok, pemulihan ekonomi yang belum sesuai ekspektasi dan kinerja ekonomi yang masih di level pandemi meningkatkan kekhawatiran bagi pemulihan perekonomian global.

“Insentif fiskal dan moneter yang dikeluarkan otoritas Tiongkok masih terbatas,” lanjutnya.

Perkembangan-perkembangan itu mendorong berlanjutnya kenaikan yield surat utang di Amerika Serikat dan penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap semua mata uang dunia, utama lainnya dan negara-negara berkembang sehingga menyebabkan tekanan upflow dari pasar emerging market termasuk Indonesia.

Namun, “volatilitas di pasar keuangan, baik di pasar saham, obligasi, dan nilai tukar juga dalam tren yang meningkat,” jelas Mahendra.

 


Ekonomi Domestik

Suasana gedung bertingkat dan permukiman warga di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Seperti diketahui, perekomonian domestik tingkat inflasi Indonesia meningkat 3,27 persen yoy sejalan dengan ekspektasi pasar sebesar 3,3 persen.

Angka ini didorong oleh kenaikan harga sebagian besar kelompok pengeluaran, terutama kategori makanan minuman dan tembakau

Sementara itu, tingkat pergerakan inflasi inti masih melambat, menurun menjadi 2,18 persen year on year yang juga tercermin dari rendahnya penjualan retail.

“Namun demikian, kinerja sektor torporasi relatif masih baik terlihat dari PMI manufaktur yang terus berada di zona ekspansif dan neraca perdagangan yang masih mencatatkan surplus,” tutup Mahendra.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya