Liputan6.com, Jakarta - Dorongan menyuarakan gerakan masyarakat rendah karbon terus digaungkan. Salah satunya melalui forum internasional ESG Symposium 2023 di Bangkok, Thailand. Acara tersebut dihelat oleh SCG yang berkolaborasi dengan melalui kolaborasi bersama Kamar Dagang Asing Gabungan di Thailand, Dewan Perdagangan Thailand, dan Federasi Industri Thailand.
“ESG Symposium tahun ini, mengangkat tema tentang Accelerating Changes towards Low Carbon Society (Mempercepat Perubahan Menuju Masyarakat Rendah Karbon),” kata Roongrote Rangsiyopash, President & CEO SCG saat menyampaikan pidato pembukanya di Queen Sirikit National Convention Center, Bangkok, Thailand, Kamis (5/10/2023).
Advertisement
Roongrote mengatakan, ESG Symposium 2023 membawa empat usulan untuk mempercepat perubahan menuju masyarakat rendah karbon. Usulan ini merupakan hasil curah pendapat dari 500 peserta, dari berbagai sektor publik, swasta dan masyarakat sipil yang diadakan September kemarin.
“Empat usulan itu, pertama kolaborasi dalam mendirikan Saraburi Sandbox, kedua menjadikan Ekonomi Sirkular sebagai agenda nasional. Ketiga, beralih ke energi terbarukan dan berkelanjutan, keempat memastikan inklusivitas agar tidak ada yang tertinggal,” jelas Roongrote.
Usulan pertama, lanjut Roongrote adalah berkait dengan kolaborasi SCG dalam mendirikan Saraburi Sandbox. Dia menjelaskan, Saraburi Sandbox adalah cara mengembangkan sebuah kota dengan model rendah karbon pertama di Thailand. Hal itu didorong oleh industri hijau, pertanian berkelanjutan, dan ekowisata.
“Saraburi adalah provinsi yang berperan sebagai pusat ekonomi, mencakup industri berat, pertanian, pariwisata dan kota metropolitan. Dengan kompleksitas dan tantangan tersebut, Saraburi menjadi kota yang secara akurat menggambarkan Thailand,” yakin Roongrote.
Usulan Kedua dan Ketiga
Kedua, soal menjadikan Ekonomi Sirkular sebagai agenda nasional. Roongrote mengakui, Ekonomi Sirkular adalah jalan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi rendah karbon. Khususnya di Thailand, sektor industri kemasan, otomotif, dan konstruksi mulai menerapkan ekonomi sirkular.
“Kunci utama dalam mewujudkan ekonomi sirkular adalah penetapan kebijakan, hukum, dan standar yang jelas. Selain itu, sistem pemisahan dan pengumpulan sampah yang terintegrasi secara nasional; metrik yang terdefinisi dengan baik untuk melacak kemajuan; dan pemeliharaan ekosistem yang meningkatkan manfaat investasi dan kemajuan teknologi yang relevan,” urai Roongrote.
Ketiga, Roongrote mendorong agar industri bisa eralih ke energi terbarukan dan berkelanjutan. Caranya, dengan membebaskan perdagangan listrik terbarukan melalui modernisasi jaringan listrik pintar (Smart Grid). Tujuannya, untuk memungkinkan sektor publik dan swasta untuk berbagi jaringan listrik demi akses yang lebih mudah dan nyaman.
“Upaya lainnya seperti mengembangkan teknologi penyimpanan baterai untuk energi terbarukan; optimalisasi penggunaan ruang kosong untuk menyimpan energi dalam berbagai bentuk, seperti energi hidro, energi termal, energi mekanik, dan energi kimia; pengembangan sumber energi alternatif yang lebih baru dan mengikutsertakannya dalam Rencana Energi Nasional, seperti energi hidrogen, bioenergi, limbah masyarakat, dan limbah industri,” ungkap dia.
Advertisement
Usulan Keempat
Terakhir, Roongrote berharap pelaku industri bisa memastikan inklusivitas agar tidak ada pihak yang tertinggal. Sebab, dengan memprioritaskan inklusivitas sangat penting, terutama untuk kelompok rentan yang belum mampu beradaptasi, seperti UMKM, buruh, petani, dan komunitas lokal.
“Dengan mengidentifikasi kelompok yang terkena dampak dan memberikan dukungan yang sesuai, mereka akan terpapar informasi dan mendapatkan akses ke teknologi pengurangan karbon serta dana hijau global,” dia menandasi.