Liputan6.com, Ngawi - Kebakaran hutan dan lahan Gunung Lawu yang terjadi sejak Jumat 29 September 2023, membuat habitat dan ekosistem kawasan rusak. Akibatnya satwa yang menjadi penghuni turun gunung untuk mencari makan.
Seekor harimau jawa tampak melintasi semak belukar usai minum di sebuah sumber air di kawasan Kebun Teh Jamus, Kabupaten Ngawi. Penampakan harimau ini direkam oleh seorang guru PAUD pada Jumat (6/10/2023) pagi.
Advertisement
Selain harimau jawa. Ada juga harimau kumbang, rusa, babi dan monyet juga turun mencari mangsa dan air karena hutan tempat habitatnya terbakar.
Kepala Keamanan Lokasi Wisata Teh Jamus Bambang Sutrisno menuturkan, peristiwa hewan turun gunung bukan terjadi pertama kalinya. Setiap kali terjadi kebakaran di area Gunung Lawu, hewan-hewan dipastikan turun gunung. Menurut dia, hewan yang paling banyak turun gunung adalah harimau kumbang.
"Bahkan, pernah satu waktu, harimau kumbang yang turun dari Gunung Lawu menyerang peternakan warga. Bambang pun meminta warga sekitar Gunung Lawu untuk terus waspadam," ujarnya seperti dikutip dari Merdeka.com, Selasa (10/10/2023).
Ema Wijayanti, warga Desa Girikerto, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi mengungkapkan bahwa hewan turun dari gunung biasa terjadi setiap musim kemarau panjang.
Ia menceritakan, pada musim kemarau, hewan seperti celeng (babi hutan), harimau, rusa, dan monyet banyak mendekati permukiman warga. Kandang kambing milik warga pernah jadi sasaran empuk hewan Gunung Lawu yang kelaparan.
Pemadaman Water Bombing
Pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan Gunung Lawu hingga saat ini masih mengoptimalkan cara jalur udara yaitu melalui bom air atau water bombing.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karanganyar, Juli Padmi Handayani mengatakan hingga kemarin penanganan karhutla dengan water bombing memasuki hari ke-8.
Untuk titik pemadaman, kata dia, difokuskan pada seputaran Hargo Tiling dan Hargo Puruso.
"Perkembangannya meluas ini, kondisi saat ini api meluas dan area bertambah. Luasan sekitar 150 hektare dan di 29 titik," katanya, Selasa (10/10/2023), dikutip dari Antara.
Ia mengatakan, titik api karhutla Gunung Lawu meluas karena angin dan lokasi ketinggian yang tidak bisa dijangkau.
"Jadi kami rekan-rekan belum bisa memadamkan secara manual. Kalau untuk hari ini kami sudah melaksanakan kegiatan penyekatan yang melibatkan 406 orang, itu terdiri dari 4 SRU (Search and Rescue Unit)," katanya.
Ia mengatakan pemadaman secara manual dapat dilakukan jika titik api berada di lokasi datar.
"Jadi mungkin setiap hari ada kegiatan pemadaman. Kalau ini kan kami bisa melakukan pemantauan dan penyekatan," katanya.
Sementara itu Administratur Perum Perhutani KPH Surakarta Herry Merkussiyanto Putro mengatakan, luasan lahan terbakar masih di angka 150 hektare, namun tidak menutup kemungkinan adanya perluasan lahan terbakar.
Advertisement