Standar Kecantikan Dapat Memengaruhi Kesehatan Mental, Salah Satunya Melalui Media Sosial

Meskipun media sosial menawarkan manfaat yang tidak dapat disangkal, tetapi terdapat pula kekhawatiran yang semakin besar mengenai dampak media sosial terhadap persepsi individu terhadap kecantikan dan kesehatan mental.

oleh Wanda Andita Putri diperbarui 14 Okt 2023, 14:00 WIB
Ilustrasi perempuan cantik dan tegar/copyright freepik.com/prostooleh

Liputan6.com, Jakarta - Munculnya media sosial telah mengantarkan manusia pada era teknologi digital, seperti gambar yang dapat dikurasi dengan cermat sehingga tidak jarang keindahan tanpa cela dan kehidupan sempurna mendominasi layar smartphone setiap manusia. Meskipun media sosial menawarkan manfaat yang tidak dapat disangkal, tetapi terdapat pula kekhawatiran yang semakin besar mengenai dampak media sosial terhadap persepsi individu tentang standar kecantikan dan kesehatan mental.

Dengan meningkatnya alat dan filter pengeditan foto, menampilkan versi ideal diri kamu secara online menjadi semakin mudah. Gambar-gambar yang diedit dengan cermat ini menciptakan kesan palsu tentang apa yang bisa dicapai dalam hal keindahan.

Kulit mulus, tubuh sempurna, dan gaya hidup bersih mendominasi media sosial saat ini sehingga membuat sebagian orang membandingkan diri kita secara buruk. Sangat mudah untuk terjebak dalam siklus evaluasi dan membandingkan diri yang terus-menerus, seperti kamu yang berusaha untuk memenuhi standar kecantikan yang tidak realistis yang hanya kamu lihat secara online.

Konsekuensi dari pemaparan yang tiada henti terhadap gambaran ideal ini adalah mengakarnya rasa tidak mampu. Kamu mendapati dirimu yang mempertanyakan nilai dan penampilan kamu sendiri, terus-menerus mencari validasi dan persetujuan eksternal. Tekanan untuk menyesuaikan diri dengan standar-standar yang dibuat-buat ini dapat mengikis harga dirimu karena kamu merasa gagal mencapai cita-cita seperti yang disebarkan di media sosial.

Upaya untuk mencapai cita-cita kecantikan yang tidak dapat dicapai yang disebarkan oleh influencer semakin mengikis harga diri dan menumbuhkan persepsi body image yang negatif.

Oleh karena itu, penting untuk mengenali dan mengatasi dampak-dampak ini untuk membina hubungan yang lebih sehat dengan media sosial dan memprioritaskan kesehatan mental kamu. Mari simak ulasan mengenai hubungan standar kecantikan dengan media sosial dan kesehatan mental berdasarkan informasi yang sudah dilansir dari halaman HealthNews pada Sabtu (14/10/23).


Pengaruh Media Sosial dan Standar Kecantikan Terhadap Kesehatan Mental

Ilustrasi Aktivitas Buzzer di Media Sosial Credit: pexels.com/pixabay

Pengaruh media sosial melampaui masalah harga diri dan body image sehingga menimbulkan tantangan signifikan terhadap kesehatan mental seseorang. Paparan dan keterlibatan terus-menerus dengan media sosial telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan mental, termasuk gangguan makan, rendahnya harga diri, dan masalah lainnya.

1. Harga Diri

Menelusuri feed media sosial yang dibanjiri dengan tubuh dan wajah yang difilter, kamu dapat dengan mudah menjadi korban standar kecantikan yang tidak realistis. Tekanan untuk mematuhi standar-standar yang mustahil ini dapat berdampak signifikan terhadap harga dirimu, membuat kamu merasa tidak berharga dan tidak puas dengan penampilanmu sendiri. Menerima sifat unik kamu dan menerima dirimu apa adanya merupakan sebuah tantangan.

2. Body Image

Media sosial juga mempererat budaya ketidakpuasan terhadap tubuh. Iklan dan konten bersponsor seringkali menargetkan kelemahan seseorang dan memangsa keinginan untuk kesempurnaan. Dengan menampilkan produk dan layanan yang menjanjikan, perbaikan atas ketidaksempurnaan yang kamu rasakan, media sosial secara tidak sengaja memperkuat gagasan bahwa kamu tidak cukup baik sebagaimana adanya.

3. Gangguan Makan

Media sosial dapat berkontribusi terhadap perkembangan gangguan makan yang sudah ada. Aliran gambar yang terus-menerus menampilkan tipe tubuh ideal dan seringkali tidak dapat dicapai dapat memicu ketidakpuasan terhadap tubuh dan pola makan yang tidak teratur. Budaya perbandingan yang dipupuk media sosial dapat menimbulkan keasyikan terhadap penampilan dan hubungan tidak sehat dengan makanan.

4. Kecemasan dan Depresi

Paparan terus-menerus terhadap postingan yang dikurasi dengan cermat dan tekanan untuk menampilkan versi sempurna kehidupan kamu secara online dapat berkontribusi pada perasaan tidak mampu dan membandingkan diri sendiri, yang menyebabkan meningkatnya tingkat kecemasan.

Selain itu, media sosial dapat menjadi tempat berkembang biaknya interaksi sosial yang negatif, penindasan maya, dan pelecehan secara online yang dapat berdampak signifikan terhadap kesejahteraan mental dan berkontribusi pada berkembang atau memburuknya depresi.


Strategi Mengatasi Dampak Buruk Media Sosial dan Standar Kecantikan terhadap Kesehatan Mental

Ilustrasi bermain media sosial/copyright unsplash.com/Jason Goodman

Meskipun media sosial mempunyai kelemahan, bukan berarti kamu harus berhenti menggunakan media sosial sepenuhnya. kamu dapat membina hubungan yang sehat dengan platform ini dengan menerapkan praktik yang penuh perhatian dan menetapkan batasan. Berikut beberapa strategi untuk mempromosikan pengalaman media sosial yang positif dan seimbang.

1. Bersikap Kritis Terhadap Apa yang Kamu Lihat

Bangun keterampilan berpikir kritis untuk membedakan antara representasi nyata dan ideal di media sosial. Sadarilah bahwa gambar seringkali diedit dan difilter, serta pertanyakan keaslian dari apa yang kamu lihat di feed media sosialmu.

2. Kendalikan Konten Media Sosial Kamu

Kendalikan pengalaman media sosial kamu dengan mengikuti akun yang mempromosikan kepositifan tubuh, kesadaran kesehatan mental, dan beragam representasi kecantikan. Perhatikan perasaan kamu saat menggunakan media sosial dan berhenti mengikuti atau membisukan akun yang berdampak negatif pada kesehatan mental kamu.

3. Tetapkan Batasan

Tetapkan batasan yang jelas untuk penggunaan media sosial. Hindari menggulir tanpa berpikir sebelum tidur atau setelah bangun tidur karena dapat mengganggu pola tidur dan berkontribusi terhadap perasaan cemas. Tentukan zona atau periode bebas handphone di siang hari untuk memutuskan sambungan dan mengisi ulang tenaga.

4. Latih Konsumsi secara Sadar

Waspadai keadaan emosi kamu saat menelusuri media sosial. Apabila kamu merasakan munculnya perasaan perbandingan, iri hati, atau ketidakpuasan, istirahatlah dan lakukan aktivitas yang meningkatkan dan menyehatkan kesejahteraanmu.

5. Kembangkan Koneksi Kehidupan Nyata

Prioritaskan interaksi tatap muka dan membangun hubungan yang bermakna secara offline. Peliharalah hubungan dengan keluarga, teman, dan komunitas di sekitarmu sehingga memungkinkan pengalaman sosial yang lebih seimbang dan memuaskan.

6. Carilah Dukungan

Apabila ternyata penggunaan media sosial berdampak negatif terhadap kesehatan mentalmu, pertimbangkan untuk menghubungi ahli kesehatan mental, seperti terapis atau konselor. Mereka dapat membantu kamu lebih memahami perasaanmu dan mengembangkan strategi yang sehat untuk mengelola dan mengatasinya.

Ingatlah bahwa media sosial adalah alat yang dapat digunakan secara positif atau negatif. Dengan menerapkan strategi ini dan memprioritaskan kesehatan mental, kamu dapat memanfaatkan dampak positif media sosial sekaligus mengurangi potensi bahayanya. Dengan secara sadar terlibat dalam media sosial, kamu dapat mengubah dampaknya dan mendorong ruang digital yang lebih sehat.

Infografis Ciri-Ciri Orang Miliki Gangguan Kesehatan Mental. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya