Indonesia Terima Peta Jalan Dekarbonisasi, Acuan Pariwisata Ramah Lingkungan

Di sela-sela agenda 5th Ministerial Meeting (MM) Archipelagic and Island States (AIS) Forum 2023 atau Pertemuan ke-5 Tingkat Menteri AIS Forum 2023 pada Selasa (10/10/2023), Indonesia menerima Peta Jalan Dekarbonisasi (Decarbonization Roadmap) dari United Nations Development Programme (UNDP).

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 10 Okt 2023, 21:37 WIB
Penguatan kerja sama multilateral melalui AIS Forum disebutnya penting untuk menghadapi berbagai krisis di antaranya perubahan iklim dan naiknya permukaan air laut, polusi laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Liputan6.com, Bali - Di sela-sela agenda 5th Ministerial Meeting (MM) Archipelagic and Island States (AIS) Forum 2023 atau Pertemuan ke-5 Tingkat Menteri AIS Forum 2023 pada Selasa (10/10/2023), Indonesia menerima Peta Jalan Dekarbonisasi (Decarbonization Roadmap) dari United Nations Development Programme (UNDP).

Dokumen peta jalan dekarbonisasi diserahkan oleh Kepala Perwakilan UNDP Indonesia Norimasa Shimomura, di Bali Nusa Dua Conference Center 1, Kabupaten Badung, Bali.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Republik Indonesia Sandiaga Salahuddin Uno yang menerima Peta Jalan Dekarbonisasi tersebut,  sebagai dokumen yang akan menjadi acuan bersama dalam menyusun rencana strategis dalam menjalankan aksi iklim di sektor pariwisata yang lebih ramah lingkungan, rendah emisi, dan mencapai net zero emission.

"Tujuan dari pengembangan peta jalan ini adalah untuk menyusun rencana strategis yang merinci tujuan dan kegiatan yang dapat dijalankan guna mencapai sektor pariwisata yang rendah karbon, terutama dalam upaya efisiensi penggunaan sumber daya dan menekan jumlah limbah yang dihasilkan dari industri pariwisata," kata Menparekraf Sandiaga dalam keterangan tertulis dari Tim Komunikasi dan Media KTT AIS Forum 2023.

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi Tanah Air. Tahun 2022 tercatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 5,89 juta orang dengan nilai devisa pariwisata mencapai USD6,72 miliar. Meningkat dari capaian di tahun 2021 sebesar USD530,74 juta.

Begitu juga dengan pergerakan wisatawan nusantara di mana pada tahun lalu jumlah pergerakan wisnus menyentuh angka 734,86 juta perjalanan atau meningkat 19,82 persen (YoY) dan 1,76 persen lebih tinggi dibanding kondisi prapandemi COVID-19 atau pada tahun 2019.

Angka-angka positif ini juga sejalan dengan pencapaian lainnya di sektor parekraf. Yakni indeks pembangunan pariwisata Indonesia naik 12 peringkat ke posisi 32 dunia. Mengungguli Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina.

 

 


Tantangan Perubahan Iklim Pada Sektor Pariwisata Indonesia

Ilustrasi di sela-sela KTT AIS Forum 2023. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Namun di sisi lain, Sandiaga Uno mengatakan bahwa pariwisata Indonesia juga memiliki tantangan yang besar ke depan. Selain kondisi volatility, uncertainty, complexity, ambiguity (VUCA) yang diakibatkan kondisi politik global, tantangan perubahan iklim adalah kondisi yang harus diwaspadai. Terdapat tiga permasalahan utama dalam tantangan iklim atau juga yang disebut triple planetary crisis. Yakni perubahan iklim, polusi, dan tantangan keanekaragaman hayati.

"Oleh karena itu, diperlukan tindakan konkret dalam mengatasi triple planetary crisis untuk menjaga keberlanjutan sektor pariwisata di Indonesia," sambung Sandiaga.

Menparekraf Sandiaga berharap Peta Jalan Dekarbonisasi ini dapat menjadi panduan berbagai pemangku kepentingan industri pariwisata di Indonesia dalam memformulasikan solusi dan program-program yang sesuai sekaligus memberikan preferensi tindakan dalam mencapai net zero emission.

"Mari kita mulai lakukan aksi rendah karbon demi bumi yang lebih baik," ajak Menparekraf Sandiaga.

 


Lingkup Peta Jalan Dekarbonisasi

Menparekraf Sandiaga Uno (Foto: istimewa)

Menurut Menparekraf Sandiaga Uno, lingkup peta jalan ini berfokus pada tiga subsektor utama pariwisata, yakni:

  1. Akomodasi (hotel berbintang)
  2. Atraksi wisata
  3. Tour and travel

Pemilihan tiga subsektor tersebut, jelas Sandiaga Uno, berdasarkan identifikasi bahwa ketiganya merupakan penghasil emisi terbesar di sektor pariwisata.

 


Sektor Pariwisata yang Terdampak untuk Dijadikan Ramah Lingkungan

Foto Ilustrasi pariwisata: Dok. Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata

Adapun subsektor akomodasi menjadi salah satu industri yang menghasilkan emisi cukup signifikan karena hotel-hotel terutama hotel bintang banyak menggunakan energi untuk kegiatan operasional terutama yang berkaitan dengan heating, ventilation, air conditioning (HVAC).

Pada subsektor akomodasi emisi berpotensi berasal dari penggunaan listrik, gas, dan bahan bakar, serta sampah dan limbah yang dihasilkan. Selain itu juga akomodasi hotel bintang menghasilkan limbah cukup signifikan yang berasal dari limbah padat termasuk makanan (food waste) dan limbah cair.

Selanjutnya, subsektor tour and travel juga menghasilkan emisi yang banyak bersumber dari penggunaan kendaraan penumpang seperti bus.

Subsektor atraksi wisata terutama atraksi buatan yang mendapatkan kunjungan wisatawan yang besar setiap harinya juga menjadi salah satu penghasil emisi pada industri pariwisata dikarenakan tujuan utama para wisatawan berlibur salah satunya untuk mengunjungi atraksi wisata yang ada di suatu wilayah.

Penggunaan energi di lokasi atraksi wisata tidak dapat dihindari dan pasti akan menghasilkan emisi baik itu dari energi maupun sampah yang dihasilkan.

"Oleh karena itu ketiga subsektor utama dari pariwisata ini harus segera mengambil langkah mitigasi dengan menggunakan energi terbarukan dan penanganan sampah dan limbah yang baik," ujar Sandiaga.

Infografis . Setahun Pandemi Covid-19, Pariwisata Dunia dan Indonesia Terpuruk

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya