John Riccitiello Mundur dari CEO Unity Usai Kontroversi Skema Tarif Game Engine

John Riccitiello, diumumkan akan mundur dan pensiun dari jabatannya sebagai CEO perusahaan pembuat game engine, Unity, berlaku secepatnya.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 12 Okt 2023, 16:00 WIB
Ilustrasi logo Unity

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan pengembang game engine, Unity, mengumumkan kalau John Riccitiello, akan mundur dan pensiun dari jabatannya sebagai Presiden, CEO, dan Chairman, dan berlaku secepatnya.

Dalam transisi ini, James M. Whitehurst ditunjuk sebagai CEO, Presiden, dan anggota Dewan perusahaan game engine itu untuk sementara.

Selain itu, Roelof Botha, Lead Independent Director, Unity Board, telah ditunjuk sebagai Chairman. Riccitiello, sementara itu, akan menjadi penasehat untuk memastikan lancarnya transisi.

"Dewan akan memulai proses pencarian komprehensif, dengan bantuan perusahaan pencarian eksekutif terkemuka, untuk mencari CEO permanen," tulis perusahaan seperti dilansir The Verge, dikutip Kamis (12/10/2023).

John Riccitiello bergabung ke Unity Board pada tahun 2013, dan memimpin perusahaan di 2014.

"Merupakan suatu kehormatan untuk memimpin Unity selama hampir satu dekade dan melayani karyawan, pelanggan, pengembang, dan mitra kami, yang semuanya telah berperan penting bagi pertumbuhan perusahaan," kata Riccitiello.

"Saya berharap dapat mendukung Unity melalui transisi ini dan mengikuti kesuksesan Perusahaan di masa depan," tuturnya menambahkan.

Sementara itu, Whitehurst sebelumnya menjabat sebagai Senior Advisor dan Presiden IBM, setelah bergabung melalui akuisisi IBM atas Red Hat, di mana dia menjabat sebagai Presiden dan CEO dari tahun 2008 dan 2020.

Mundurnya Riccitiello terjadi usai Unity banyak diprotes pengguna developer game, akibat skema tarif baru Unity Engine.

Beberapa pihak juga menyorot rekam jejak Riccitiello yang kontroversial di industri game. Sebagai contoh, saat ia menjabat sebagai CEO EA yang menambahkan monetisasi loot box ke gim FIFA 09.

Dia juga menjadi pemberitaan usai mengatakan developer "idiot", karena beberapa pengembang enggan untuk memperkenalkan skema monetisasi di awal proses pembuatan game.

Ada juga klip yang ramai di publik dari John Riccitiello yang berbicara selama laporan pemegang saham, tentang membebankan biaya satu dolar kepada pemain Battlefield untuk mengisi ulang senjata mereka.


Unity Umumkan Skema Tarif Baru

Unity sendiri telah mengumumkan skema tarif baru buat para developer game, usai beberapa waktu lalu membuat memicu protes dari mereka. Mereka mengumumkan bahwa pengguna paket berlangganan Unity Personal, tidak akan dikenakan biaya baru.

Selain itu, perusahaan juga meningkatkan batas pendapatan pada game yang dibuat dengan paket berlangganan Personal menjadi USD 200.000, di mana sebelumnya adalah USD 100.000.

Mengutip blog resminya, Minggu (1/10/2023), perusahaan juga menghapus persyaratan yang meminta game memakai layar pembuka bertuliskan "Made with Unity."

Game apa pun yang dibuat dengan Unity Engine dan menghasilkan kurang dari USD 1 juta (sekitar Rp 15,5 juta) dalam 12 bulan, juga tidak akan dikenakan biaya.

Lebih lanjut, bagi developer game yang memakai Unity Pro dan Unity Enterprise, perusahaan juga melakukan perubahan.


Hanya Diterapkan di Game dengan Unity Engine Terbaru

Ilustrasi game engine Unity (Unity)

Sebelumnya, skema tarif mereka akan diberlakukan untuk semua gim yang mencapai batas unduhan dan pendapatan tertentu. Ini berlaku untuk permainan yang sedang dikembangkan dan telah dirilis.

Namun terbaru, Unity mengatakan biaya tersebut hanya akan diterapkan pada game yang dibuat dengan Unity Engine versi terbaru, yang diperkirakan akan rilis sekitar tahun 2024.

"Kebijakan Biaya Runtime hanya akan berlaku mulai pengiriman Unity versi LTS berikutnya pada tahun 2024 dan seterusnya," kata Marc Whitten, presiden Unity Create dalam surat pengumumannya.

"Game Anda yang saat ini dikirimkan dan proyek yang sedang Anda kerjakan tidak akan disertakan — kecuali Anda memilih untuk memutakhirkannya ke versi baru Unity ini," imbuhnya.

Whitten menjelaskan, untuk game yang terkena biaya runtime, perusahaan bakal memberikan pilihan bagi hasil 2,5 persen, atau nilai dihitung berdasarkan orang baru yang terlibat di gim setiap bulannya.

"Kedua angka ini dilaporkan sendiri berdasarkan data yang Anda miliki. Anda akan selalu ditagih dengan jumlah yang lebih rendah," kata Whitten tentang biaya Unity Engine ini.

Unity sebelumnya menyampaikan permintaan maaf usai sempat bikin developer game protes beberapa waktu lalu, gara-gara kebijakan biaya baru mereka.


Kontroversi Skema Tarif Baru Unity Engine

Seperti diketahui, Unity sempat mengumumkan aturan biaya baru untuk game-game yang menggunakan Unity Engine mereka.

Unity mengumumkan pada 1 Januari 2024, mereka akan menerapkan skema pay-per-download, yang akan membebankan biaya tetap kepada pengembang, setiap kali gim yang menggunakan software Unity diinstal.

"Kami memperkenalkan Unity Runtime Fee yang didasarkan pada setiap kali game yang memenuhi syarat diunduh oleh pengguna akhir," kata perusahaan dalam blog-nya.

Menurut perusahaan, hal itu dilakukan karena setiap kali sebuah game diunduh, maka Unity Runtime juga dipasang.

Berita ini mendapatkan protes dari komunitas developer game. Keluhan utamanya adalah kebijakan ini bakal sangat merugikan para pengembang solo, indie, mobile, dan yang kurang disorot.

Kekhawatiran lainnya adalah Unity menilai biaya ini didasari jumlah instalasi sebuah game, tanpa mempertimbangkan alasan lain, legal atau ilegal, atau tanpa adanya banyak pembelian.

(Dio/Dam)

Infografis Bisnis Game di Indonesia (Liputan6.com/Deisy Rika)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya