Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Kali ini, tercatat nilai tukar rupiah mencapai Rp 15.725 per dolar AS.
Catatan kali ini menguat sekitar 14 poin dari sebelumnya dengan Rp 15.739 per Dolar AS. Namun, dalam beberapa waktu terakhir, nilai tukar rupiah berada di angka tinggi.
Advertisement
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan isunya saat ini adalah penguatan dolar AS terhadap semua mata uang di dunia. Dia berkelakar, pertanyaan mengenai nilai tukar seharusnya ditanyakan ke pemerintah AS.
"Jadi pertanyaannya terbalik, harusnya ditanyakan ke Washington, kenapa US Dollar kuat, karena ini US Dollar kuat," kata dia saat ditemui di Hotel St Regis, Jakarta, Rabu (11/10/2023).
Menko Airlangga lagi-lagi menegaskan kalau penguatan dolar AS berpengaruh pada banyak mata uang lain. Sebut saja seperti Jepang.
"Isunya USD kuat terhadap berbagai currency, termasuk Jepang," kata dia.
Bagi Indonesia, dia menanggapinya dengan santai. Asalkan, kata Menko Airlangga, fundamental ekonomi Tanah Air yang perlu terus dijaga dengan baik.
"Jadi kita tenang-tenang saja, yang penting kita jaga fundamental ekonomi ktia baik," pungkas Airlangga Hartarto.
Nilai Tukar Rupiah Hari Ini
Nilai tukar (kurs) rupiah perkasa pada Rabu pagi. Rupiah menguat 0,09 persen atau 14 poin menjadi 15.725 per dolar AS dari sebelumnya 15.739 per dolar AS.
Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong memperkirakan rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terkoreksi menjelang risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Rabu malam (waktu Indonesia).
"Dolar AS terkoreksi setelah pernyataan dovish akan suku bunga dari dua pejabat The Fed Raphael Bostic dan Neel Kashkari bahwa The Fed tidak perlu kembali menaikkan suku bunga," ujar dia dikutip dari Antara, Rabu (11/10/2023).
Advertisement
Efek Perang
Lebih lanjut, Bostic khawatir akan perang Palestina melawan Israel, sedangkan Kashkari menyinggung imbal hasil obligasi AS yang sudah tinggi akan menurunkan inflasi.
"Efek dari perang bisa memicu investor ke risk off dan memborong obligasi AS dan akan menyebabkan imbal hasil obligasi turun dan ekspektasi suku bunga secara keseluruhan. Namun, masih terlalu dini untuk menyimpulkan," ucap Lukman.
Hari ini, dia memprediksi rupiah bergerak di kisaran 15.650-15.750 per dolar AS.
Ekspektasi Pasar
Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra telah menyampaikan bahwa ekspektasi pasar bahwa suku bunga akan bertahan di akhir tahun terlihat meningkat dari 57 persen menjadi 74 persen menurut CME FedWatch Tool.
Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS turut mengalami penurunan, yakni tenor 10 tahun turun dari kisaran 4,8 persen ke 4,6 persen.