Liputan6.com, Jakarta Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkap Industri Kecil Menengah (IKM) bisa punya porsi kembangkan kendaraan listrik. Salah satunya lewat kerja sama dengan Busan Economic Promotion Agency (BEPA), Korea Selatan.
Lingkup kerja sama ini adalah penelitian dan pengembangan (RnD) technology center untuk kendaraan listrik. Teten bilang, Indonesia sendiri secara bertahap sudah masuk ke dalam industri otomotif terutama mobil listrik. Menurutnya, ada dua kebijakan dalam pengembangan industri nasional.
Advertisement
Pertama, hilirisasi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Mineral, Pemerintah Indonesia tak akan lagi mengekspor bahan mentah termasuk aluminum, nikel, dan lainnya. Pemerintah Indonesia ingin semua bahan material diproduksi di Indonesia menjadi barang setengah jadi atau end product. Hilirisasi bukan hanya bahan mineral saja, tetapi juga hasil perkebunan, pertanian termasuk yang berbasis agrikultur.
“Jadi hilirisasi bukan hanya melibatkan usaha besar tetapi juga UMKM, karena itu kemitraan Indonesia dan Korea Selatan sangat penting, yang saya yakini mampu memperkuat pelaku UMKM agar bisa menjadi bagian dari rantai pasok industri besar dalam hal ini industri otomotif,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (11/10/2023).
Belanja Pemerintah
Kedua, soal subsitusi impor belanja Pemerintah, dalam Undang-Undang (UU) Omnibus Law, sebanyak 40 persen anggaran belanja Kementerian/Lembaga (K/L) diperuntukkan untuk UMKM, harus mengandung produk lokal dengan kandungan sebesar 40-100 persen.
“Ke depan juga secara bertahap akan mengganti bahan baku fosil ke mobil berbahan listrik. Tak bisa lagi Indonesia membeli mobil di luar Indonesia, tetapi harus dibuat di Indonesia. Kita ingin kerja sama dengan Korea Selatan sama-sama maju bersama go global,” katanya.
Dia mengatakan, dalam dua kebijakan tersebut, Pemerintah ingin mendorong investasi asing untuk masuk ke Indonesia berproduksi di dalam negeri, dan Pemerintah membeli produk yang dibuat di dalam negeri.
“Ini sangat penting diketahui investor agar dalam impementasinya harus ada kerja sama dengan pelaku usaha dalam negeri, terutama UMKM karena menyangkut komponen lokal,” ucap Menteri Teten.
Perkuat Kerja Sama
Menurut MenKopUKM, perkembangan industri otomotif nasional terus meningkat secara signifikan. Pada 2022 industri otomotif tumbuh sebesar 18 persen dari tahun sebelumnya. Selain menopang pertumbuhan ekonomi, otomotif juga menyediakan lapangan kerja bagi 1,3 juta orang bahkan otomotif menjadi sektor yang diminati para investor mancanegara.
Berdasarkan fakta tersebut, Pemerintah menetapkan industri otomotif menjadi satu dari tujuh sektor yang mendapat prioritas pengembangan dalam implementasi industri 4.0. Adapun tujuh sektor industri prioritas antara lain makanan dan minuman, otomotif, kimia, tekstil dan produk tekstil, elektronika, dan alat kesehatan.
“Kami berharap dengan adanya perjanjian kerja sama ini dapat memperkuat kerja sama industri antara perusahaan Korea dengan pelaku UKM Indonesia,” kata MenKopUKM.
E-Mobility
Di kesempatan yang sama, President of Busan Economic Promotion Agency (BEPA) Yang-hyun Jin mengatakan, bersama dengan Pemerintah Korea, Indonesia akan bekerja sama mengembangkan sektor renewable energy di masa depan, salah satunya industri otomotif kendaraan listrik.
“MoU dan seminar ini menjadi titik penting, di mana e-mobility akan menjadi masa depan cerah bagi Indonesia menuju global EV 2025 yang terus meningkat. Di Korea Selatan, berdiri pusat produksi Hyundai pertama kali di ASEAN yang membuka peluang kerja sama internasional bagi kedua negara dalam bidang mobilitas,” katanya.
Hyundai mampu memproduksi kendaraan 5 juta dalam 1 jam. Busan juga memiliki pelabuhan dan jalur distribusi otomotif di Timur Laut China. “Saya berharap kerja sama internasional antara Busan dan Indonesia dalam industri komponen listrik tak hanya sekali ini saja, tetapi menghasilkan langkah konkret lainnya yang berkelanjutan,” ucap Hyun Jin.
Advertisement
Sambut Investasi
Director Asosiasi Penelitian Teknologi Industri Komponen Mobil Korea (KAMIT) Lee Jung Hoon menambahkan, Indonesia dan Korea Selatan adalah salah satu dari tujuh investor dan mitra dagang terbesar di dunia. Busan tempat asosiasi penelitian di Korsel yang memiliki peranan penting.
“Kami mendukung investasi terbaik. Asosiasi kami satu-satunya yang terdiri dari pengusaha otomotif di Korsel yang melakukan pengembangan bersama anggota perusahaan, di mana minat suku cabang Korea Selatan terus meningkat. Kerja sama Indonesia dan Korea Selatan berpeluang untuk mengembangkan suku cadang kendaraan listrik,” katanya.
Senada disampaikan Koordinator Fungsi IKM Alat Angkut Direktorat Industri Kecil dan Menengah (IKM)-Logam, Mesin, Elektronika dan Alat Angkut (LMEA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Irvan Kuswardana berharap bisa menjalin kemitraan dengan berbagai pihak termasuk dengan Pemerintah Korea Selatan.
“Kami memiliki IKM yang menerapkan 4.0 yang bisa dikerjasamakan dengan negara potensial seperti Korea Selatan dalam menciptakan smart factory,” ucapnya.