Liputan6.com, Jakarta - Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) menyebut Jalur Gaza sebagai penjara terbuka terbesar di dunia.
Jalur Gaza yang berpenduduk 2,3 juta orang, dibom besar-besaran oleh Israel dalam beberapa hari terakhir, setelah militan Hamas melancarkan invasi darat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan ribuan roket ke Israel dari Gaza, dikutip dari laman NPR.org, Rabu (11/10/2023).
Advertisement
Israel kini memerintahkan blokade sepenuhnya terhadap wilayah yang sudah terkepung tersebut dengan mengatakan bahwa “tidak ada listrik, makanan atau bahan bakar” yang diizinkan masuk ke wilayah tersebut.
Hal ini lantas meningkatkan kekhawatiran di kalangan komunitas internasional mengenai apa dampaknya bagi rakyat Gaza yang sebagian besar perbatasannya ditutup dan tidak bisa keluar.
Apa Itu Jalur Gaza?
Jalur Gaza adalah daerah kantong sepanjang 25 mil dan lebar 6 mil, dibatasi oleh Laut Mediterania di barat, Israel di utara dan timur, serta Mesir di selatan.
Gaza adalah salah satu dari dua wilayah Palestina. Wilayah lainnya adalah Tepi Barat yang diduduki Israel.
Dibatasi oleh tembok dan pagar yang didirikan oleh Israel, Jalur Gaza adalah salah satu wilayah terpadat di dunia.
Jalur ini berada di bawah blokade oleh Israel dan Mesir, sehingga membatasi pergerakan orang dan barang sejak Hamas menguasai wilayah tersebut pada tahun 2007.
Israel mengontrol wilayah udara dan garis pantainya, serta barang-barang apa saja yang dapat melintasi perbatasan Gaza.
Gaza adalah rumah bagi lebih dari 2 juta warga Palestina – 1,7 juta di antaranya adalah pengungsi Palestina, menurut UNRWA.
Badan amal Save the Children mengatakan, anak-anak merupakan hampir setengah dari populasi di Gaza.
Kondisi di Gaza Sudah Lama Sulit
Kondisi di Gaza telah lama memburuk dalam 16 tahun sejak blokade diberlakukan.
PBB mengatakan, lebih dari 80 persen warga Gaza hidup dalam kemiskinan, dengan akses terhadap air bersih dan listrik pada tingkat krisis bahkan sebelum kekerasan terbaru terjadi.
UNRWA mengatakan, air bersih tidak tersedia bagi 95% penduduk Gaza. Tingkat pengangguran di wilayah tersebut mencapai 46% pada kuartal kedua tahun ini, menurut Biro Pusat Statistik Palestina.
Lebih dari 80% orang yang tinggal di Gaza bergantung pada bantuan karena pembatasan pergerakan masuk dan keluar dari wilayah tersebut dan permusuhan yang sedang berlangsung dengan Israel.
Israel dan Mesir berpendapat bahwa blokade itu diperlukan untuk melindungi diri dari militan, namun Palestina dan kelompok kemanusiaan mengatakan hal itu sama dengan hukuman kolektif.
Selama perang 11 hari antara Israel dan Hamas pada tahun 2021, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menggambarkan kondisi anak-anak di Jalur Gaza sebagai "neraka di bumi".
Rumah sakit di Gaza sering dilanda kekurangan peralatan dan obat-obatan karena blokade. Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Dr. Medhat Abbas, mengatakan kepada Mary Louise Kelly dari NPR bahwa rumah sakit di wilayah tersebut kini kewalahan menyusul serangan terbaru Israel.
Advertisement
Sejarah Gaza yang Menyakitkan
Gaza adalah bagian dari apa yang dikenal sebagai Palestina, sebelum pembentukan negara Israel pada tahun 1948.
Sebagai bagian dari Palestina, Gaza adalah bagian dari Kekaisaran Ottoman (1914-1918), sebelum diduduki oleh Inggris hingga tahun 1948.
Lebih dari 750.000 warga Palestina melarikan diri atau diusir dari rumah mereka setelah pendirian Israel pada tahun 1948 dan berperang dengan pasukan Arab, dalam apa yang disebut oleh orang Palestina sebagai al-Nakba.
Mesir merebut Gaza selama Perang Arab-Israel tahun 1948. Wilayah ini tetap berada di bawah kendali Mesir hingga Perang Arab-Israel tahun 1967.
Orang-orang Palestina mengklaim wilayah-wilayah ini dan melihatnya sebagai bagian dari negara mereka di masa depan.
Israel Tarik Pasukan dari Gaza
Pada tahun 2005, Israel menarik pasukannya dari Gaza dan menarik sekitar 7.000 pemukim.
Tahun berikutnya, gerakan Hamas dalam pemilu di Gaza muncul. Namun setelah berselisih dengan partai saingannya, Fatah, Hamas merebut kekuasaan secara paksa pada tahun 2007. Sejak saat itu, Gaza tidak mengadakan pemilu lagi.
Israel membalasnya dengan memberlakukan blokade udara, darat dan laut terhadap Jalur Gaza. Mesir menutup perbatasannya dengan Gaza ketika Hamas mengambil alih kekuasaan pada tahun 2007.
Hamas telah berperang beberapa kali dengan Israel dalam satu setengah dekade terakhir. Salah satu perang besar terakhir, pada Mei 2021, menyebabkan ratusan orang tewas di Gaza dan 13 orang tewas di Israel dan menghancurkan Jalur Gaza.
Advertisement