Israel Tutup Ladang Gas di Dekat Gaza, Bagaimana Dampaknya ke Pasokan Energi Global?

Ladang Tamar terletak 15 mil di lepas pantau Selatan Israel memenuhi 70 persen kebutuhan energi Israel untuk pembangkit listrik. Pengamat menilai, penutupan ladang Tamar akan berdampak ke negara tetangga.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Okt 2023, 17:30 WIB
Chevron telah menutup ladang gas alam di lepas Pantai Israel atas perintah pejabat setempat. (AFP Photo/Thomas Coex)

Liputan6.com, Jakarta - Chevron telah menutup ladang gas alam di lepas Pantai Israel atas perintah pejabat setempat pada Senin, 9 Oktober 2023. Hal ini dilakukan dua hari setelah militan Hamas melancarkan serangan mematikan di Israel.

Dikutip dari CNN, Rabu (11/10/2023), ladang Tamar terletak 15 mil di lepas pantau Selatan Israel memenuhi 70 persen kebutuhan energi Israel untuk pembangkit listrik, menurut perusahaan energi AS.

Penutupan yang berkepanjangan dapat menyebabkan penurunan ekspor gas Israel ke negara tetangganya, Mesir dan Yordania serta menekan pasar gas global yang sudah ketat.

Untuk saat ini, Chevron terus memasok gas kepada pelanggannya di Israel dan wilayah sekitarnya dari platform Leviathan yang lebih besar.

Penutupan ini terjadi ketika Hamas terus menembakkan roket dari Gaza ke arah Israel dan ketika Israel meningkatkan pembalasannya atas serangan mematikan yang dilakukan Hamas akhir pekan lalu. Reuters melaporkan platform Tamar berada dalam jangkauan tembakan roket dari Gaza.

Pasar Global yang Ketat

Penutupan Tamar terjadi ketika negara-negara di belahan bumi utara memasuki musim dingin, ketika permintaan gas alam untuk menghangatkan rumah meningkat.

Harga gas berjangka di Dutch Title Transfer Facility melonjak 12 persen pada Selasa, 10 Oktober 2023 hingge mencapai hampir 49 euro atau USD 52 per megawatt jam.

Jumlah itu meningkat 29 persen sejak Jumat, hari perdagangan terakhir sebelum Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel.

Namun, harga itu masih jauh di bawah level harga pada tahun lalu, ketika mencapai 169 euro atau USD 179 per megawatt hour, ketika Eropa keluar dari krisis energi yang dipicu oleh perang Rusia di Ukraina.

Analis Wood Mackenzie menyebutkan kenaikan harga tersebut sebagian besar disebabkan oleh konflik yang sedang berlangsung di Israel.

 


Tanggapan Analis

Ilustrasi Bendera Israel dan Yerusalem (AFP)

Analis Goldman Sachs menilai, penutupan Tamar telah berkontribusi pada kenaikan harga gas Eropa. "Ke depannya, jika kejadian yang sedang berlangsung ini berkembang menjadi pengetatan pasokan LNG global yang lebih berkelanjutan, hal ini akan mengurangi kemampuan pasar gas Eropa untuk menangangi kejadian tak terduga lainnya, seperti lonjakan cuaca dingin atau gangguan pasokan lainnya,” tulis analis Goldman Sachs.

Namun, Peneliti Senior Bruegel, Simone Tagliapietra menuturkan, dua faktor yang lebih penting dalam mendorong harga minyak Eropa lebih tinggi. Salah satunya adalah penutupan sementara pipa gas di Laut Baltik dan yang lainnya rencana aksi pekerja gas alam cair di Australia.

Pada Minggu, 8 Oktober 2023, operator transmisi gas Finlandia mengumumkan telah menutup pipa utama di Laut Baltik yang mengangkut gas antara Finlandia dan Estonia karena dugaan kebocoran.

Kemudian pada Selasa, Chevron menuturkan telah menerima pemberitahuan adanya pemogokan oleh beberapa pekerja di dua fasilitas LNG miliknya di Australia.

Jika mogok kerja yang dijadwalkan pada akhir bulan ini, tetap dilaksanakan, hal tersebut akan ganggu produksi di lokasi Wheatstone dan Gorgon milik Chevron yang menyumbang sekitar 7 persen dari pasokan LNG Global, menuru Wood Mackenzie.

 


Bakal Berdampak ke Yordania

Dampak yang lebih langsung dari penutupan di Tamar akan dirasakan langsung oleh negara tetangga Yordania dan Mesir. (AP Photo/Nasser Nasser)

Penutupan yang berkepanjangan di Tamar mungkin akan menambah kenaikan harga gas di Eropa, kata Tagliapietra. Hal ini karena dapat memaksa Israel untuk membeli gas dari pasar global, sehingga memicu persaingan untuk ekspor. “Hal ini mungkin memberikan tekanan pada harga gas Eropa,” ujar dia.

Ia menambahkan, secara keseluruhan dampak terhadap pasar gas global akan sangat terbatas. Hal ini karena Israel bukan pemasok utama.

Bakal Berdampak ke Yordania

Dampak yang lebih langsung dari penutupan di Tamar akan dirasakan langsung oleh negara tetangga Yordania dan Mesir yang masing-masing impor 7 persen dan 4 persen dari total pasokan gas, menurut Wood Mackenzie.

Leviathan meski sumbang sebagian besar dari total pasokan gas Yordania, Analis Wood Mackenzie, Martin Murphy menuturkan, pemadaman listrik yang berkepanjangan di Tamar dapat memaksa Israel untuk mengalihkan gas yang diproduksi di Leviathan ke Yordania ke pasar domestiknya.

Sementara itu, analis Rystad Energy Zongqiang Luo menuturkan, ladang gas Leviathan memiliki kapasitas terbatas untuk meningkatkan produksi sebagai kompensansi atas hilangnya produksi di Tamar.

“Bagi Mesir, penutupan yang berkepanjangan di Tamar juga akan mengurangi kemampuan negara itu untuk meningkatkan ekspor LNG dan mendapatkan mata uang yang sangat penting,” ujar Murphy.


Permintaan Gas di Mesir

Ilustrasi Mesir. (Freepik)

Mesir banyak produksi gas alam selain impor dan mengolah sebagiannya menjadi LNG untuk dikirim ke luar negeri. Luo mencatat, ekspor LNG Kairo telah turun sekitar setengahnya selama sembilan bulan pertama 2023, dibandingkan periode sama 2022.

“Penurunan ini dapat dikaitkan dengan peningkatan konsumsi gas lokal di Mesir yang didorong oleh lonjakan permintaan domestik selama musim panas,” kata dia.

Badan Energi Internasional prediksi permintaan gas di Mesir akan tumbuh rata-rata 3,6 persen per tahun. “Peningkatan permintaan gas dalam negeri ini mengancam ambisi ekspor LNG Mesir dan menyoroti perlunya mengimpor gas melalui pipa dari Israel,”

Ilustrasi laut. (dok. NOOA/Unsplash.com)
Infografis Hamas-Israel Perang Lagi, Ini Respons Dunia. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya