Liputan6.com, Nairobi - Sebuah penerbit di Kenya menarik buku pelajaran sekolah yang memuat gambar Nabi Muhammad SAW dan meminta siswa mewarnainya. Langkah itu dilakukan menyusul protes dari para pemimpin muslim dan orang tua.
Perusahaan penerbitan itu pun kemudian mengaku menyesali kesalahan besar yang terdapat dalam buku pelajaran Islam untuk siswa tahun kedua sekolah dasar.
Advertisement
Sekitar 11 persen penduduk Kenya beragama Islam, menjadikannya agama mayoritas kedua.
Seorang cendekiawan muslim dari kota pesisir Mombasa, Sheikh Rishard Rajab Ramadhan, mengatakan bahwa buku tersebut "berbahaya" karena dapat menyesatkan anak-anak.
"Tidak seorang pun boleh membayangkan, apalagi mencoba menggambar Nabi Muhammad SAW. Ini bahkan dapat menyebabkan perang," kata Ramadhan, seperti dilansir BBC, Kamis (12/10/2023).
Permintaan Maaf
Dalam suratnya kepada komunitas muslim, penerbit tersebut mengatakan bahwa mereka menyadari isi salah satu bukunya, Mentor Encyclopaedia Grade 2, "menista agama Islam".
"Gambar itu secara tidak sengaja dimasukkan ke dalam buku tersebut dan secara keliru diidentifikasi sebagai gambar Nabi Muhammad SAW," kata Direktur Mentor Josephine Wanjuki.
"Kami dengan tulus dan sepenuh hati meminta maaf atas kesalahan tersebut dan kami berkomitmen untuk memastikan kesalahan seperti itu tidak akan terulang lagi."
Advertisement
Komitmen Penerbit
Penerbit mengatakan akan segera menghapus gambar yang menyinggung tersebut dari semua edisi berikutnya dan telah berkomitmen bekerja sama dengan Dewan Pendidikan Muslim untuk meninjau semua bukunya.
Semua guru, siswa dan administrator sekolah yang memegang salinan buku tersebut telah disarankan untuk mengembalikannya ke penerbit.
Ramadhan menyambut baik langkah penarikan kembali salinan buku tersebut, namun mendesak penerbit untuk berkonsultasi dengan para pemimpin muslim sebelum menerbitkan buku-buku Islam.
Isu Berulang
Pelajaran agama adalah bagian dari kurikulum di sekolah-sekolah di Kenya.
Isu penggambaran Nabi Muhammad SAW telah menjadi kontroversi yang berkepanjangan dan mengobarkan ketegangan, terutama di Eropa.
Pada tahun 2020, seorang guru sekolah di Paris, Prancis, Samuel Patywas, dipenggal kepalanya setelah menggunakan kartun Nabi Muhammad SAW saat pelajaran tentang kebebasan berpendapat.
Tahun 2021, seorang guru di sebuah sekolah di Kota Batley, Inggris, diskors setelah mendapat protes dari orang tua muslim karena memperlihatkan kartun Nabi Muhammad SAW. Namun, guru itu kemudian diaktifkan kembali setelah investigasi menemukan bahwa dia tidak bermaksud menimbulkan pelanggaran.
Advertisement