9 Staf PBB Tewas Akibat Serangan Israel di Jalur Gaza

PBB masih terus beroperasi di wilayah Palestina meski Hamas menyerang.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 12 Okt 2023, 06:35 WIB
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina pada Selasa menyampaikan, jumlah korban di Gaza meningkat menjadi 900 orang tewas dan 4.500 orang terluka akibat serangan balasan Israel. (AP Photo/Hassan Eslaiah)

Liputan6.com, Jalur Gaza - Lembaga PBB untuk Pengugsi Palestina (UNRWA) mengungkap bahwa ada sembilan staf PBB yang tewas di Gaza. Mereka kehilangan nyawa akibat serangan udara di Jalur Gaza sejak Sabtu lalu.

Hal itu diungkap akun resmi UNRWA di platform X pada Rabu (11/10/2023). Angka kematian itu naik dari informasi sebelumnya, yakni empat orang meninggal. 

Pada wawancara dengan UN News pada Selasa (10/10), Direktur Komunikasi UNRWA Juliette Touma sempat menyebut ada empat orang staf UNRWA yang meninggal di jalur Gaza. 

"Kami memiliki banyak sekali staf yang bekerja dengan UNRWA di Jalur Gaza Kami adalah lembaga PBB terbesar dengan 13 ribu staf. Ada dokter, perawat, guru, insinyur, pekerja sanitasi, sopir, logistik," ujar Juliette Touma yang memuji para staf itu sebagai pahlawan tanpa jasa.

Akibat perang Hamas-Israel, UNRWA terpaksa mengurangi operasinya di Jalur Gaza, seperti penutupan pusat distribusi makanan. Sekolah-sekolah tutup sehingga berdampak ke 300 pengungsi Palestina di Jalur Gaza.

Terkait fasilitas, ada 14 fasilitas PBB yang terdampak serangan Israel karena serangan udara. Juliette Touma berkata bahwa fasilitas PBB harusnya dilindungi meski saat konflik. Touma juga mengingatkan bahwa Jalur Gaza telah diblokade selama 16 tahun.

"Dua per tiga masyarakatnya miskin, 1,2 juta orang bergantung pada bantuan UNRWA, bantuan makanan UNWRA. Persediaan listrik sangat rendah dan begitu juga air. Dan masyarakat tidak bisa masuk dan kelaur Gaza dengan bebas," kata Touma.

Ia pun menegaskan pesan PBB agar konflik segera berhenti. 

"Ketidakpastian, ketakutan, kesedihan, dan duka. Ini waktunya agar semua hal ini berakhir demi semuanya," ucap Touma.


PM Inggris Rishi Sunak Kecam Pembela Hamas: Mereka Bukan Pejuang Kemerdekaan

Bola api meletus saat Israel membombardir Kota Gaza, Palestina, Senin (9/10/2023). Israel memberlakukan pengepungan total di Jalur Gaza dan memutus pasokan air karena terus mengebom sasaran-sasaran di daerah kantong Palestina yang padat penduduknya sebagai tanggapan atas serangan mendadak Hamas yang disamakan dengan serangan 9/11. (MOHAMMED ABED/AFP)

Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak menyalahkan para pembela Hamas atas perang yang terjadi antara Israel-Hamas. Sunak berkata Hamas bukanlah pejuang, tapi teroris. 

Sebagai informasi, Hamas memang dikategorikan sebagai teroris oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Inggris. 

"Orang-orang yang mendukung Hamas sepenuhnya bertanggung jawab atas serangan keji ini. Mereka (Hamas) bukan militan, mereka bukan pejuang kemerdakaan, mereka adalah teroris," ujar Rishi Sunak dalam video di platform X, Selasa (10/10/2023). 

PM Rishi Sunak memberikan pernyataan itu di Finchley United Synagogue yang berlokasi di London. Para hadirin memberikan Sunak tepuk tangan meriah usai mendengar pernyataan tersebut. 

Lebih lanjut, PM Sunak berkata hari-hari ke depan akan menjadi momen yang sangat sulit. Akan tetapi, pihaknya akan terus membantu Israel. 

"Tetapi saat kita berkata kami berdiri bersama Israel, kami sungguh-sungguh. Tak hanya hari ini, tak hanya besok, tapi selalu," tegas PM Sunak. 

Beberapa hari sebelumnya, PM Sunak juga mengaku sudah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Sunak mengecam aksi Hamas yang menjadikan masyarakat Israel sebagai tawanan, serta menjamin bahwa "teroris tidak akan menang" dan bahwa ia akan terus mendukung Israel.


RS Indonesia di Gaza Tak Lagi Muat Tampung Mayat Korban Perang Israel-Hamas

Militan Palestina Hamas meluncurkan roket menuju Israel dari Rafah, di Jalur Gaza selatan, Rabu (12/5/2021) dinihari. Hamas menyatakan mereka telah menembakkan lebih dari 200 roket ke Israel sebagai pembalasan atas serangan di sebuah blok menara di Gaza. (SAID KHATIB / AFP)

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Palestina pada Senin (9/10/2023), jumlah warga Palestina yang tewas dalam perang Israel-Hamas di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 436 orang, termasuk 91 anak-anak, sementara sekitar 2.300 orang terluka.

Saking jumlah korban yang terus meningkat, kamar jenazah RS Indonesia di Gaza sudah tak lagi mampu menampung mayat. Alhasil, mayat-mayat pun diletakkan di luar kamar jenazah, bahkan di area luar rumah sakit.

 Kondisi terkini di atas disampaikan oleh Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Henry Hidayatullah saat Konferensi Pers MER-C: Gaza Membara, MER-C Siapkan Tim dan Bantuan Kemanusiaan.

"Saya kasih gambaran, kita lihat kondisi ekskalasi dari perang ini, banyak sekali korban dan mayat. Mayat-mayat itu sampai meluap-luap keluar dari kamar jenazah. Kamar jenazah tidak bisa lagi menampung mayat," ungkap Henry pada Selasa, 10 Oktober 2023.

"Sehingga diletakkanlah (mayat) di luar kamar jenazah. Korban luka juga sangat tinggi, mau tidak mau, perlu tambahan resource (sumber daya), sumber daya manusia (SDM), alat kesehatan, dan obat-obatan."


Kebutuhan Rumah Sakit

“Apa yang akan kami lakukan terhadap musuh-musuh kami dalam beberapa hari mendatang akan berdampak pada mereka dari generasi ke generasi,” kata Netanyahu. (Satellite image ©2023 Maxar Technologies via AP)

Henry menjelaskan, kebutuhan RS Indonesia di Gaza dapat semakin menurun lantaran ekskalasi perang Israel dan Hamas yang memanas.

"Bisa berkurang ya karena kita tidak tahu, bagaimana jumlah korban di Gaza ke depannya. Resource juga belum tahu. Tapi kebutuhan rumah sakit dapat menurun dengan adanya kondisi ekskalasi yang banyak korban," terang Henry. 

Sebelumnya dilaporkan, seorang warga Isrel berkata neneknya disandera oleh Hamas. Adva Adar mengaku melihat rekaman video neneknya yang berusia 85 tahun dan kini tengah disandera oleh Hamas.

Nenek Adva tinggal di Kibbutz dekat perbatasan Israel dengan Gaza, dikutip dari laman BBC, Selasa (10/10/2023).

Setelah kehilangan kontak dengan neneknya sejak Sabtu (7/10) Adva mengatakan, dia berusaha mencari video Hamas yang mungkin mengungkap keberadaan neneknya.

Akhirnya, dia menemukan rekaman neneknya tengah diculik ke Gaza, dikelilingi oleh empat pria bersenjata.

"Ini memilukan. Sakit di setiap bagian tubuhku," katanya.

"Kami sangat mengkhawatirkannya. Nenek saya sakit, dia minum obat setiap hari. Kami tidak tahu berapa lama dia bisa bertahan tanpa obat."

"Kami hanya berdoa agar dia kembali ke rumah bersama kami."

Bukan hanya itu, ada lagi cerita lain terkait Konflik Israel-Palestina.

Ada keluarga dari seorang wanita Irlandia-Israel yang hilang dan menjadi korban saat Hamas serang Israel. Ia mengatakan hati mereka hancur dan hanya bisa berharap.

Infografis Hamas-Israel Perang Lagi, Ini Respons Dunia. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya