Wall Street Melejit Setelah Rilis Data Ekonomi AS

Data inflasi lebih baik dari perkiraan mengangkat wall street pada perdagangan Rabu, 11 Oktober 2023.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Okt 2023, 06:54 WIB
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kembali mendapatkan momentum pada perdagangan Rabu, 11 Oktober 2023.(Foto: Unsplash/Jimmy Woo)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kembali mendapatkan momentum pada perdagangan Rabu, 11 Oktober 2023. Investor menilai data inflasi lebih baik dari perkiraan dan bersiap untuk data lebih lanjut pada Kamis, 12 Oktober 2023.

Selain itu, risalah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat juga menjadi perhatian terkait kebijakan suku bunga. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 0,2 persen ke posisi 33.804,87. Indeks S&P 500 bertambah 0,43 persen ke posisi 4.376,95. Indeks Nasdaq melesat 0,71 persen ke posisi 13.659,68.

Dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (12/10/2023), harga grosir AS naik pada laju tercepat sejak April dengan indeks harga produsen pada September 2023 bertambah 2,2 persen dari tahun sebelumnya dan perkiraan kenaikan 1,6 persen.

Pembacaan producer price index (PPI) menunjukkan tekanan inflasi masih ada meski the Fed kerek suku bunga secara agresif. Pembacaan inflasi berikutnya akan muncul pada laporan harga konsumen pada perdagangan Kamis pekan ini yang diperkirakan sedikit melambat dari bulan lalu.

Risalah pertemuan terakhir bank sentral yang dirilis pada Rabu pekan ini mengkonfirmasi kalau anggota the Fed prediksi ada satu kenaikan lagi dalam dua pertemuan tersisa tahun ini. Namun, secara gambaran inflasi yang muncul pekan ini akan memicu harapan terhadap keputusan bank pada 1 November.

Sementara itu, imbal hasil obligasi terus turun dari level tertinggi dalam 16 tahun yang dicapai selama aksi jual obligasi setelah Israel meningkatkan pemboman di Gaza. Imbal hasil acuan obligasi bertenor 10 tahun turun dan diperdagangkan di bawah 4,6 persen pada perdagangan Rabu pekan ini dibandingkan dengan puncak pekan lalu di atas 4,88 persen.

Namun, obligasi mungkin masih belum dapat dihentikan, kata sejumlah analis mengingat kurangnya data ekonomi yang lemah atau alasan kuat mengapa imbal hasil terus turun.

Kini semakin banyak investor yang bertaruh the Fed tidak akan menaikkan suku bunga pada pertemuan November karena lonjakan imbal hasil obligasi baru-baru ini dipandang secara efektif melakukan upaya pengetatan yang dilakukan bank sentral.

 


Penutupan Wall Street pada 10 Oktober 2023

Ilustrasi Bursa Efek New York di New York, Amerika Serikat (AS). (Foto: Darian Garcia/Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melesat pada perdagangan Selasa, 10 Oktober 2023. Wall street melejit dipicu penurunan imbal hasil obligasi AS saat wall street menilai risiko geopolitik perang Israel-Hamas.

Dikutip dari CNBC, Rabu (11/10/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 0,40 persen atau 134,65 poin ke posisi 33.739,30. Indeks S&P 500 bertambah 0,52 persen ke posisi 4.358,24. Indeks Nasdaq menguat 0,58 persen ke posisi 13.562,84.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun hampir 13 basis poin menjadi 4,65 persen seiring investor mencari aset yang aman di tengah konflik. Imbal hasil dan harga bergerak berlawanan arah.

Langkah ini mencerminkan reaksi pertama terhadap konflik Israel-Hamas di pasar obligasi AS yang ditutup pada Senin, 9 Oktober 2023. Harga minyak juga melemah setelah reli pada perdagangan sebelumnya memberikan kelegaan bagi investor.

Imbal hasil obligasi yang alami koreksi mengangkat saham karena wall street masih khawatir atas kenaikan suku bunga yang cepat baru-baru ini. Investor juga mulai mengabaikan risiko geopolitik yang disebabkan oleh perang Israel-Hamas. Selain itu, laporan gaji September yang lebih kuat dari perkiraan pada Jumat pekan ini dan optimisme menjelang laporan laba kuartal III pada pekan ini.

Di sisi lain, kelompok militan Palestina Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel pada Sabtu, 7 Oktober 2023 sehingga mendorong Israel menyatakan perang terhadap Hamas.

Serangan ini menandai serangan paling mematikan dalam 50 tahun terakhir. Pasar pada awalnya bereaksi secara spontan dan suram terhadap konflik tersebut pada Senin, 9 Oktober 2023 tetapi saham menguat pada Selasa, 10 Oktober 2023.

 


Penurunan Imbal Hasil Obligasi Jadi Angin Segar

Patung The Fearless Girl yang dipasangi masker terlihat di depan Bursa Efek New York selama pandemi COVID-19 di New York, Amerika Serikat, Senin (27/4/2020). Menurut Center for Systems Science and Engineering di Universitas Johns Hopkins, kasus COVID-19 di AS melampaui 1 juta. (Xinhua/Michael Nagle)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

“Saya pikir penurunan imbal hasil telah mendukung saham secara luas. Hal ini mungkin juga memberikan kelegaan bagi pasar karena mungkin ada semacam puncak dalam imbal hasil yang bergerak naik dengan cepat dalam beberapa minggu terakhir,” ujar Senior Investment Strategis Edward Jones, Mona Mahajan.

Ia menuturkan, ada semacam harapan yang mungkin muncul kalau berada pada akhir siklus pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) dan kenaikan suku bunga.

Ia mencatat, investor juga mengantisipasi data inflasi yang akan dirilis pekan ini dengan indeks harga produsen akan dirilis pada Rabu, dan indeks harga konsumen akan rilis pada Kamis pekan ini.


Kinerja Indeks Saham Kapitalisasi Kecil

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Titik terang lainnya selama perdagangan Selasa, 10 Oktober 2023 adalah saham kapitalisasi kecil dengan indeks Russell 2000 dan indeks S&P Small Cap 600 masing-masing naik lebih dari 1 persen. Indeks Russell naik hampir 1 persen sepanjang 2023. Indeks saham tersebut naik dalam lima hari berturut-turut, suatu prestasi yang terakhir dicapai pada Juli 2023.

Yang pasti, beberapa investor termasuk Chief Investment Gratus Capital, Todd Jones menuturkan reli sebagai konsekuensi dari pasar yang telah memperhitungkan sentimen negatif dan berada dalam kondisi jenuh jual.

"Gambaran inflasi masih sangat, sangat buruk,” ujar Jones.

Ia prediksi kuartal IV akan mendatar meski ekspektasi kuartal III memerlukan pertumbuhan laba yang positif.

Adapun saham PepsiCo naik 1,9 persen setelah perseroan melaporkan hasil kuartal III yang lebih baik dari perkiraan dan menaikkan prospek labanya. Beberapa perusahaan energi dan industri melanjutkan upata ke zona hijau pada Selasa pekan ini. Saham Enphase Energy naik 5 persen dan Generac Holdings bertambah 3,8 persen.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya