Liputan6.com, Jakarta - Pimpinan Standard Chartered, Geoffrey Kendrick, bersama timnya dalam laporan terbarunya memprediksi harga Ethereum (ETH) dapat mencapai USD 8.000 atau setara Rp 125,5 juta (asumsi kurs Rp 15.699 per dolar AS) pda 2026.
Dilansir dari Bitcoin.com, Kamis (12/10/2023), dalam analisis terkait harga ethereum baru-baru ini, Kendrick menggarisbawahi peran tak tertandingi Ethereum di berbagai bidang keuangan terdesentralisasi (DeFi), pembuatan token, dan inovasi kontrak pintar.
Advertisement
Dinamika ini dapat melambungkan Ethereum ke angka USD 8.000 yang mengesankan pada 2026, yang menandai lompatan lima kali lipat dari posisinya saat ini.
Khususnya, proyeksi USD 8.000 ini hanyalah awal dari perkiraan ambisius bank mengenai nilai ether antara USD 26.000 atau setara Rp 408,1 juta dan USD 35.000 atau setara Rp 549,4 juta dalam jangka panjang.
Meskipun kenaikan hingga USD 8.000 ini dijadwalkan untuk berakhir pada 2026, penilaian yang lebih besar ditetapkan untuk 2040. Kendrick menjelaskan penilaian ini mempertimbangkan kasus penggunaan yang muncul dan aliran pendapatan yang belum terungkap. Implementasi game dan tokenisasi di dunia nyata saat ini siap untuk mempercepat lintasan ini.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Analis Prediksi Bitcoin dan Ethereum Berpotensi Lanjutkan Tren Positif Sepanjang Oktober 2023
Sebelumnya diberitakan, mengawali Oktober harga Bitcoin (BTC) sempat melesat ke atas USD 28.500 atau setara Rp 445,1 juta (asumsi kurs Rp 15.618 per dolar AS), yang merupakan level tertinggi sejak enam minggu terakhir.
Selain itu, Ethereum (ETH) juga sempat menguat mencapai USD 1.750 atau setara Rp 27,3 didorong sentimen peluncuran ETF Ethereum futures oleh beberapa manajer investasi.
Namun, harga Bitcoin dan Ethereum kembali melemah dan Bitcoin bertengger di kisaran harga USD 27.000 atau setara Rp 421,7 juta dan Ethereum (ETH) bergerak di kisaran USD 1.600 atau setara Rp 24,9 juta.
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha mengatakan sepanjang September pergerakan Bitcoin menunjukkan rentang perdagangan yang cukup fluktuatif. Bitcoin akhirnya berhasil menutup bulan September 2023 dengan menguat sekitar 3,91 persen, menurut data Coinglass.
“Bitcoin tampaknya juga berpotensi akan bisa melanjutkan tren positifnya Oktober, karena menurut pergerakan rata-rata harga Bitcoin di Oktober dari 2013 hingga 2022 cenderung positif dengan rata-rata kenaikan sebesar 22,34 persen,” kata Panji dalam siaran pers, dikutip Jumat (6/10/2023).
Advertisement
Sentimen Positif
Panji menambahkan, fenomena kenaikan pasar Aset Kripto secara keseluruhan di setiap Oktober sering disebut "Uptober" di kalangan komunitas kripto.
Terbukti, Bitcoin membukukan kenaikan positif dalam empat tahun terakhir di setiap bulan Oktober terakhir dan Bitcoin hanya turun hanya dua kali pada bulan Oktober selama satu dekade terakhir yaitu pada 2014 dan 2018.
Sentimen Positif Oktober 2023
Adapun, mengawali Oktober 2023 ini Ethereum mendapat sentimen positif dari peluncuran ETF Ethereum Futures oleh sejumlah manajer investasi berpotensi dapat menjadi katalis pendorong Ethereum kembali naik sepanjang Oktober 2023 ini.
“Adanya ETF Ethereum Futures akan memungkinkan investor tradisional untuk mendapatkan akses ke eksposur terhadap harga Ethereum tanpa harus secara langsung membeli dan menyimpan kripto tersebut,” jelas Panji.
ETF adalah instrumen keuangan yang diperdagangkan di bursa seperti saham, sehingga lebih mudah bagi investor konvensional untuk berpartisipasi dan dapat tentunya juga meningkatkan likuiditas pasar kripto.
Meski demikian, investor dan trader tentunya diharapkan untuk tetap waspada terhadap berita dan tetap mengikuti perkembangan pasar meski secara historis market kripto cenderung bullish di setiap Oktober.
UBS Asset Management Luncurkan Dana Tokenisasi Pertama di Jaringan Ethereum
Sebelumnya diberitakan, UBS Asset Management telah meluncurkan uji coba pertama dana Variable Capital Company (VCC) yang diberi token di Singapura, menandai tonggak penting dalam menghadirkan aset-aset dunia nyata secara on-chain.
Dana tersebut merupakan bagian dari Project Guardian, sebuah inisiatif industri kolaboratif yang dipimpin oleh Otoritas Moneter Singapura (MAS) untuk mengeksplorasi tokenisasi berbagai aset dunia nyata.
“Ini merupakan tonggak penting dalam memahami tokenisasi dana, memanfaatkan keahlian UBS dalam tokenisasi obligasi dan produk terstruktur,” kata Kepala UBS Asset Management di Singapura dan Asia Tenggara, Thomas Kaegi dikutip dari Crypto Briefing, Rabu (4/10/2023).
Memanfaatkan layanan tokenisasi internal UBS, UBS Tokenize, perusahaan tersebut meluncurkan percontohan terkendali dana pasar uang yang diberi token pada blockchain Ethereum. Hal ini memungkinkan aktivitas seperti langganan dana dan penukaran dana dilakukan secara on-chain.
UBS telah menjadi yang terdepan dalam inovasi aset digital, dengan meluncurkan obligasi digital pertama di dunia yang diperdagangkan secara publik pada November 2022.
Hal ini diikuti oleh obligasi dengan suku bunga tetap yang diberi token senilai USD 50 juta atau setara Rp 779,8 miliar (asumsi kurs Rp 15.596 per dolar AS) yang diterbitkan pada Desember 2022 dan lebih dari USD 28 juta atau setara Rp 436,7 miliar surat utang terstruktur yang diberi token pada 2023.
Menyusul kesuksesan transaksi percontohan, UBS Asset Management akan berupaya mengeksekusi kasus penggunaan langsung lebih lanjut di bawah Project Guardian, bekerja sama dengan lebih banyak mitra untuk mengeksplorasi berbagai strategi investasi.
Tokenisasi dana adalah tren yang berkembang di kalangan dana tradisional dan manajer aset, dengan institusi besar seperti Franklin Templeton, KKR, dan Hamilton Lane meluncurkan dana tokenisasi.
Advertisement