Liputan6.com, Jakarta - Hari Penglihatan Sedunia yang diperingati di tahun ini pada tanggal 12 Oktober menjadi momentum mengedukasi masyarakat mengenai kesehatan mata. Hal ini disampaikan dokter spesialis mata konsultan, Dr. dr. Trilaksana Nugroho, M.Kes, FISCM, Sp.M(K),.
“Kita sepakat untuk membuat momentum setiap tahunnya dalam mengingatkan kita bersama mengenai kesehatan mata,” jelas Nugroho.
Advertisement
Nugroho mengungkapkan bahwa isu kesehatan mata kerap terlupakan oleh masyarakat. Termasuk dilupakan para pelaku usaha.
Umumnya pelaku usaha kurang memprioritaskan kesehatan mata para pekerjanya. Padahal 83 persen informasi yang didapatkan seseorang melalui mata.
“Apapun pekerjaannya, penting untuk memprioritaskan dan melindungi kesehatan mata di tempat kerja,” lanjut Nugroho.
Nugroho menegaskan, para pelaku usaha perlu termotivasi untuk menerapkan perubahan di dalam keselamatan kerja.
“Seperti pemotong rumput, mereka memotong tanpa adanya kaca mata pelindung. Sehingga apabila ada rumput dan krikil yang mencelat, kita sendiri tidak terjamin keselamatannya,” tegasnya pada sebuah kesempatan yang digelar daring pada Selasa, 10 Oktober 2023.
Hal tersebut diperlukan mulai dari menghindari kecelakaan di tempat kerja yang kerap kali menyebabkan penglihatan menjadi buruk.
“Pelu disadari, untuk bekerja meningkatkan produktivitas perlu penglihatan yang sehat juga. Maka mencegah cedera di tempat kerja adalah sangat penting,” kata Nug
Pengusaha Punya Tanggung Jawab Atas Kesehatan Pekerja
Pengusaha secara global memiliki tangung jawab untuk memastikan kesehatan mata para pekerjanya. Sayangnya, hal tersebut kerap tak jadi perhatian.
“Seharusnya keselamatan kerja perlu terjamin,” tegas Nugroho.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja mencapai 138,63 juta orang.
Artinya, separuh penduduk Indonesia memiliki risiko terhadap gangguan penglihatan di tempat kerja baik sektor formal, maupun informal.
“Jadi kita ingatkan kembali para pelaku usaha untuk memperhatikan kesehatan keselematan kerja, khususnya pada kesehatan mata,” lanjutnya.
Advertisement
Jam Kerja Lebih Tinggi, Ini 6 Penyakit Mata yang Mungkin Muncul
Berdasarkan data BPS 2022, rata-rata penduduk Indonesia bekerja dengan 40,2 jam dalam seminggu. Kondisi ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu 38 jam perminggu.
“Pekerja yang overtime menjadi perhatian untuk kesehatan,” kata Nugroho.
Makin lama waktu bekerja maka ada masalah kesehatan yang mengintai, termasuk kesehatan mata seperti disampaikan Nugroho. Berikut enam permasalahan kesehatan akibat bekerja terlalu lama di depan layar.
- Asthenopia atau mata lelah.
- Computer Vision Syndrom, karena terlalu dekat bekerja dengan komputer.
- Kelainan Refraksi.
- Dry Eye Disease atau mata kering.
- Kelainan Postur.
- Low Back Pain atau nyeri punggung
Mengatasi hal di atas, Nugroho menyarankan agar gunakan metode 20-20-20 untuk cegah mata lelah.
“Berikan tubuh kita istirahat selama 20 menit sekali. Kemudian biarkan mata istirahat 20 detik untuk melihat objek sejauh 20 kaki atau enam meter,” jelasnya.
Mengakses Kesehatan Mata
Banyak orang yang menganggap perawatan mata adalah sesuatu yang mahal dan terkesan eksklusif. Sehingga jarang setiap orang memprioritaskan kesehatan matanya.
“Sering kita temui, masih banyak orang yang belum tercover Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).”
“Mungkin mereka menganggap kesehatan mata itu sebuah takdir sehingga tidak perlu diperbaiki,” lanjutnya.
Dua penyebab di atas menjadi faktor masyarakat yang akhirnya melupakan kesehatan mata. Nugroho menyarankan bagi yang mendapat akses kesehatan harus memprioritaskan mata.
“Perawatan mata dapat diakses, inklusif, dan terjangkau oleh semua orang."
Nugroho juga menambahkan, bahwa dunia kesehatan tidak membeda-bedakan siapa pun dalam perawatan. Dokter lulusan Program Spesialis Oftalmologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoromenghimbau seluruh individu untuk rutin melakukan pemeriksaan mata.
Advertisement