Liputan6.com, Jakarta - Sejak pecahnya konflik di jalur Gaza, Hamas dilaporkan menggunakan serangan siber dengan metode rekayasa sosial untuk memantau warga sipil Israel, demikian seperti dikutip dari TechMonitor.ai, Jumat (13/10/2023).
Konon, grup ini memakai telepon dari sandera Israel yang mereka tahan di Gaza untuk memantau dan mengawasi komunitas online yang bermunculan pasca serangan dadakan akhir pekan kemarin.
Advertisement
Warga Israel dilaporkan terganggu oleh serangan rekayasa sosial tersebut, dan sebagian dari mereka mungkin secara langsung terkena dampak pengawasan yang dilakukan oleh Hamas.
Hal itu diungkapkan oleh Michael Yehoshua, seorang penduduk Tel Aviv yang bekerja di perusahaan keamanan siber HolistiCyber.
"Saya telah diundang ke lebih dari 20 kelompok untuk memberikan bantuan kemanusiaan atau bantuan dalam memecahkan pesan musuh," katanya.
Sebagian besar dari kelompok-kelompok ini dipantau oleh Hamas. Mereka menggunakan ponsel para tawanan untuk masuk ke dalam kelompok-kelompok ini dan memantaunya.
Yehoshua juga mengatakan, Hamas mampu menembus kelompok-kelompok itu karena mereka memiliki telepon dari penduduk Israel yang diculik atau mati di tengah pertempuran.
"Mereka juga terhubung dengan kelompok-kelompok baru yang telah dibentuk untuk mendapatkan bantuan, dan mereka mengumpulkan informasi intelijen melalui hal ini," ujarnya.
Perang siber ini berlangsung di waktu yang sama dengan serangan Hamas terhadap Israel, yang telah menelan korban lebih dari 1.200 jiwa dan menyandera lebih dari 150 orang.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya sekarang berperang dengan Hamas, dan serangan udara balasan ke Gaza telah menewaskan lebih dari 500 orang.
Upaya Phishing
Kampanye phishing juga terdeteksi sebagai upaya untuk mengeksploitasi konflik Israel-Hamas, seperti yang diungkapkan dalam laporan oleh platform keamanan cloud IronScales.
Salah satu contohnya adalah email dengan subjek "Keprihatinan dan Ucapan Selamat dari Israel," ditemukan dalam situs internet yang tidak terlindungi anti virus atau semacamnya.
Meskipun terlihat aman, kecerdasan buatan dari perusahaan keamanan siber tersebut berhasil mengidentifikasi tautan di dalam isi email tersebut memiliki potensi bahaya.
"Berbagai bentuk usaha phishing ini dikirim kepada banyak karyawan kami yang berada di Israel," demikian diungkapkan dalam laporan IronScales.
Allen Liska dari perusahaan keamanan Recorded Future menyatakan bahwa upaya disinformasi online terlihat cukup terorganisir dan rapi.
"Kami melihat gangguan digital dan penyebaran informasi yang keliru," katanya.
Disinformasi yang dimaksud adalah orang-orang yang membagikan konten seperti video kekejaman, yang pada kenyataannya hanya cuplikan dari video game atau video dari beberapa tahun yang lalu.
Menurutnya, hal ini menunjukkan adanya upaya terorganisir untuk memberikan informasi yang salah maupun tidak relevan dari pihak tertentu.
Advertisement
Serangan Siber Lain yang Menargetkan Israel
Selain itu, serangan siber terbaru Hamas pada Israel mencakup peretasan sistem peringatan darurat Red Alert, yang berfungsi memberi tahu warga mengenai ancaman pengeboman, dan serangan DDoS pada situs berita Jerusalem Post.
Geng hacktivist AnonGhost dilaporkan melancarkan serangan siber ini dan menargetkan warga Israel.
Mereka memanfaatkan kerentanan API dalam aplikasi Red Alert, yang berfungsi memberikan peringatan roket secara real-time kepada warga Israel.
Selain itu, para peretas juga menyebarkan pesan palsu terkait "bom nuklir," seperti yang diungkapkan oleh peneliti dari perusahaan keamanan Group UIB.
Situs berita terkemuka di Israel Jerusalem Post contohnya, menjadi korban serangan distributed denial of service (DDoS) yang membuat situsnya lumpuh selama lebih dari 24 jam.
Meskipun demikian, situs tersebut berhasil pulih pada Rabu 11 Oktober 2023 pagi. Kelompok hacktivist Anonymous Sudan, melalui saluran Telegram, mengklaim tanggung jawab atas serangan ini.
Netanyahu Ngamuk
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu mendesak warga sipil yang tinggal di Gaza agar segera meninggalkan tempat karena militer Israel akan meluluh lantahkan tempat itu.
"Kita sedang berperang, saya mendesak warga sipil di Gaza untuk meninggalkan tempat karena militer Israel akan akan mengubah "semua tempat persembunyian Hamas menjadi puing-puing," katanya dilansir Antara, Minggu (8/10/2023).
Saksi mata di lapangan mengatakan bahwa pesawat tempur Israel mengebom sejumlah lokasi di Jalur Gaza yang terkepung, serangan tersebut terus dilanjutkan semalam suntuk.
Sejumlah saksi mengatakan bahwa pesawat tempur mengebom lokasi militer milik kelompok Palestina di Gaza barat, serta rumah-rumah dan bangunan publik di kota Beit Hanoun dan lokasi lain di Gaza selatan dan tengah.
Lokasi tersebut termasuk kantor pejabat Hamas di Gaza, Yahya al-Sinwar, di kawasan En-Nasr, Stadion Palestina dan bangunan Bank Nasional Islam, juga Production Bank.
Angkatan Laut Israel juga mengebom besar-besaran wilayah dekat pesisir.
Sumber kesehatan memastikan e korban jiwa dan luka dalam sebuah serangan rumah di Beit Hanoun namun tidak merinci jumlah pasti.
Militer Israel menulis pada platform X bahwa AL mengidentifikasi tujuh 'teroris' yang mencoba menerobos wilayah pesisir Zikim di selatan, dan pesawat dari militer dan AL mencegah mereka memasuki wilayah permukiman.
Hamas meluncurkan Operasi Badai Al-Aqsa pada Sabtu dan mengatakan serangan kejutan tersebut balasan atas penyerbuan ke Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan oleh pemukim.
Advertisement