Liputan6.com, Jakarta - Tetaplah bekerja keras. Tidur adalah untuk orang kaya. Anda pasti pernah mendengar frasa yang mempromosikan gagasan bahwa kesuksesan, pencapaian, dan kebahagiaan semuanya selaras dengan rekening bank yang besar.
"Hal itu memang benar, tetapi tidak sepenuhnya benar," kata Laurie Santos, profesor psikologi mata kuliah paling populer di Universitas Yale dan pembawa acara podcast "The Happiness Lab."
Advertisement
"Begitu banyak dari kita yang berpikir, 'Saya akan menundukkan kepala dan menghindari hubungan sosial, baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan saya, dan saya hanya akan sibuk menyelesaikan pekerjaan,'" kata Santos, melansir pada kepada CNBC Make It, Selasa (17/10/2023). "Itu benar-benar salah."
Bekerja terlalu keras dapat meningkatkan stres, depresi, dan kelelahan, demikian catatan dari sebuah posting blog Mayo Clinic.
Hal ini bahkan dapat memiliki efek buruk pada kesehatan kerja Anda. Dengan kata lain, hal ini buruk bagi kesehatan dan performa kerja Anda, Menurut sebuah meta-analisis tahun 2019 yang diterbitkan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health.
Budaya kesibukan sudah ada sejak lama. Kecanduan kerja sudah ada lebih lama lagi: Istilah ini diciptakan pada tahun 1971 oleh psikolog Wayne E. Oates, yang dimaksudkan untuk menggambarkan bagaimana pekerjaan dapat menjadi sebuah kecanduan.
Baru-baru ini, para influencer media sosial menunjuk para pengusaha teknologi di Silicon Valley sebagai panutan: Jika Anda mengoptimalkan setiap momen dalam hari Anda untuk produktivitas maksimal, Anda bisa menjadi kaya seperti mereka.
Beberapa orang mengambil langkah lebih jauh jika Anda tidak mengorbankan waktu tidur dan hubungan demi pekerjaan, Anda tidak akan pernah sukses.
Perlu Tidur, Istirahat, dan Bersosialisasi Untuk Bahagia
Namun, orang yang mendapatkan lebih banyak tidur berkualitas memiliki kepuasan hidup yang lebih besar daripada mereka yang tidak, demikian hasil penelitian tahun 2018 yang dipublikasikan di National Library of Medicine.
Hal yang sama juga berlaku bagi orang-orang yang memiliki hubungan sosial yang kuat dengan orang lain, demikian laporan Stanford Medicine pada tahun 2019.
"Anda perlu tidur, Anda perlu istirahat dan Anda perlu terhubung dengan orang lain" untuk menjadi bahagia, kata Santos. "Itulah hal-hal yang akan menjadi penting."
Beristirahat di tempat kerja dan lebih sering menghubungi keluarga dan teman Anda juga bisa sangat membantu, kata Santos. Penelitian juga mendukung pendapatnya: "Kebugaran sosial" adalah kunci No. 1 untuk hidup bahagia, Marc Schulz dan Robert Waldinger, direktur Harvard Study of Adult Development, menulis untuk Make It pada bulan Februari.
"Kebugaran sosial membutuhkan inventarisasi hubungan kita, dan jujur pada diri sendiri tentang di mana kita mencurahkan waktu kita dan apakah kita merawat hubungan yang membantu kita berkembang," tulis Schulz dan Waldinger.
Budaya kesibukan mungkin sudah mulai bergeser, menurut survei GoDaddy baru-baru ini terhadap 1.000 pemilik usaha kecil di Amerika Serikat.
Lima puluh empat persen responden mendefinisikan Impian Amerika sebagai "merasa bahagia dalam hidup," yang menandai pergeseran dari tanggapan yang lebih tradisional tentang kekayaan.
"Impian Amerika sedang berubah, menurut para pemilik usaha kecil," ujar Fara Howard, kepala pemasaran GoDaddy, kepada Make It pada bulan Juli.
"Kondisi ekonomi telah menyebabkan kepemilikan rumah menjadi lebih sulit dicapai, terutama bagi anggota Gen Z, sementara pandemi dan Pengunduran Diri Besar-besaran telah mendorong banyak orang untuk menghargai menjadi bos bagi diri mereka sendiri dan mendapatkan lebih banyak kebebasan, kenyamanan, dan fleksibilitas."
Advertisement