Pola Asuh yang Salah di 1000 Hari Pertama Kehidupan Jadi Penyebab Utama Stunting

Menurut BKKBN, salah satu faktor utama penyebab stunting adalah pola asuh yang salah di 1000 hari pertama kehidupan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 14 Nov 2024, 14:18 WIB
Stunting Bikin Perkembangan Fisik dan Kognitif Anak Terganggu, Pola Asuh yang Salah Jadi Salah Satu Penyebab Utama. /copyright Pixabay.

Liputan6.com, Jakarta Selain menghambat pertumbuhan fisik, stunting juga berpengaruh pada perkembangan kognitif anak.

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) salah satu faktor utama penyebab stunting adalah pola asuh yang salah. Terutama pola asuh pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).

Bila sudah terjadi, kondisi stunting pada anak tidak dapat lagi diperbaiki mengingat masa 1000 HPK merupakan periode kritis yang menjadi faktor penentu kualitas kehidupan anak di masa depan.

Masa 1000 HPK dari seorang anak meliputi 270 hari selama dalam kandungan dan 730 hari dari kelahiran sampai usia 2 tahun.

Pola asuh yang benar pada masa 1000 HPK merupakan kewajiban yang tak bisa ditawar lagi. Pengasuhan yang dilakukan secara bersama-sama antara ayah dan ibu akan menghindarkan anak dari faktor-faktor risiko yang dapat menghambat tumbuh kembang anak seperti stunting.

Dalam memperkuat program percepatan penurunan stunting berbasis keluarga, BKKBN memasifkannya melalui pengelola dan kader Bina Keluarga Balita (BKB).

BKB merupakan kegiatan untuk mewadahi keluarga yang mempunyai balita. Tujuannya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dan anggota keluarga lain untuk mengasuh dan membina tumbuh kembang anak.

Kegiatan ini dilakukan melalui rangsangan fisik, mental, intelektual, emosional, spiritual, sosial dan moral. Tujuan akhirnya yakni mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.


Upaya Perbaiki Pengasuhan Anak di 1000 HPK

Stunting Bikin Perkembangan Fisik dan Kognitif Anak Terganggu, Pola Asuh yang Salah Jadi Salah Satu Penyebab Utama (Sumber: Pixabay)

Untuk menuju ke arah sana, Perwakilan BKKBN Kepulauan Bangka Belitung melaksanakan kegiatan Pelatihan Teknis Bina Keluarga Balita Eliminasi Masalah Anak Stunting (BKB EMAS). Kegiatan ini digelar mulai 9 hingga 13 Oktober 2023 secara daring.

Kegiatan ini dilakukan agar para peserta dapat:

  • Memahami kebijakan dan program Pelatihan Teknis BKB EMAS.
  • Menerapkan delapan fungsi keluarga dalam masa 1000 HPK.
  • Mempraktikkan cara menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan baduta (bayi di bawah usia dua tahun).
  • Mempraktikkan pembiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi ibu hamil dan baduta.
  • Mempraktikkan stimulasi perkembangan anak pada masa 1000 HPK.
  • Menjelaskan peran ayah dan anggota keluarga lainnya dalam masa 1000 HPK.
  • Mempraktikkan pengasuhan yang tanggap terhadap kebutuhan anak dalam masa 1000 HPK.
  • Mempraktikkan teknik fasilitasi di lapangan.

Peserta kegiatan ini adalah pengelola program BKB, OPD KB Kabupaten/Kota, kader kelompok BKB dari wilayah terdampak stunting, Penyuluh KB (PKB/PLKB) dari wilayah terdampak stunting dengan total peserta sebanyak 42 orang.


Target Eliminasi Stunting

Stunting Bikin Perkembangan Fisik dan Kognitif Anak Terganggu, Pola Asuh yang Salah Jadi Salah Satu Penyebab Utama. (Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin).

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta dalam pengasuhan 1000 HPK dan pencegahan stunting melalui Kelompok BKB. 

“Kata kunci kegiatan ini yaitu eliminasi yang berarti keluar, yakni bagaimana cara kita keluar dari permasalahan anak stunting,” ujar Kepala Perwakilan BKKBN Kepulauan Bangka Belitung MHD. Irzal , SE, ME, mengutip keterangan pers, Jumat (13/10/2023).

Dia berharap, kegiatan ini menjadi solusi dalam mencegah terjadinya stunting sehingga target prevalensi stunting dapat dicapai sebesar 14 persen pada 2024.

“Melalui pola pengasuhan orangtua dan keluarga yang benar dalam 1000 HPK, di masa yang akan datang, generasi penerus kita menjadi generasi yang berkualitas dan mempunyai daya saing yang tinggi,” tambah Irzal.


Kasus Stunting di Indonesia dan Bangka Belitung

Stunting Bikin Perkembangan Fisik dan Kognitif Anak Terganggu, Pola Asuh yang Salah Jadi Salah Satu Penyebab Utama. Foto: Ade Nasihudin (4/9/2020).

Dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia pada 2022 berada pada angka 21,6 persen.

Prevalensi ini turun sebesar 2,8 persen dibandingkan prevalensi 2021 yang berada pada angka 24,4 persen.

Sementara, prevalensi stunting di Bangka Belitung pada 2022 berada pada angka 18,5 persen. Turun 0,1 persen dibandingkan tahun 2021 yang berada pada angka 15,6 persen.

Angka tersebut menempatkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di peringkat ke-8 terendah prevalensi balita stunting di Indonesia.

Meski dalam kategori rendah, angka tersebut masih tinggi, mengingat target prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14 persen secara nasional.

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya