Liputan6.com, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Israel telah merampas tanah asli Palestina melalui penggunaan kekuatan militer.
Berbicara di forum Pekan Energi Rusia di Moskow, Putin mengatakan bahwa masalah Palestina "ada di hati setiap orang yang menganut Islam."
Advertisement
"Mereka menganggap itu semua sebagai manifestasi ketidakadilan yang mencapai tingkat yang sulit diterima," kata Putin dikutip dari laman Anadolu Agency, Jumat (13/10/2023).
Awal idenya adalah untuk mendirikan dua negara berdaulat yang merdeka, Israel dan Palestina, namun keputusan tersebut hanya dilaksanakan sebagian, kata Putin.
"Selain itu, sebagian dari tanah yang selama ini dianggap oleh warga Palestina sebagai milik asli Palestina, diambil alih oleh Israel pada waktu yang berbeda dan dengan cara yang berbeda. Namun sebagian besar tentu saja dengan bantuan kekuatan militer," katanya.
Sementara itu, Korea Utara menyalahkan Israel pada Selasa (10/10) atas konfliknya dengan kelompok militan Palestina Hamas dan menyebut bahwa ini merupakan "konsekuensi tidakan kriminal Israel tiada henti" terhadap rakyat Palestina.
Dilansir Yonhap, kritik tersebut menandai tanggapan pertama Pyongyang terhadap konflik antara Israel dan Palestina, setelah Hamas melancarkan serangan roket ke Israel pada Sabtu (7/10).
"Masyarakat internasional menyebut konflik ini sebagai konsekuensi tindakan kriminal Israel yang tak henti-hentinya terhadap rakyat Palestina," demikian bunyi Rodong Sinmun, surat kabar resmi Komite Pusat Partai Buruh Korea.
Kim Jong Un: Palestina Masalah Kebebasan
Lebih jauh, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyatakan dukungan terhadap Palestina sehubungan dengan konflik tersebut.
"Palestina bukan hanya masalah bagi orang-orang Arab dan Muslim, namun ini adalah masalah kebebasan," ujar Kim, seperti dikutip Dearborn.
Radio Free Asia, media yang berbasis di Washington, melaporkan dugaan penggunaan senjata Korea Utara oleh pejuang Hamas, mengutip video yang dibagikan oleh akun X, sebelumnya Twitter, milik War Noir.
Dikatakan salah satu pesawat tempur tersebut terlihat memegang roket fragmentasi berdaya ledak tinggi F-7 yang diproduksi di Korea Utara, yang telah diekspor ke Timur Tengah di masa lalu.
Kendati demikian, masih belum jelas apakah Korea Utara secara langsung memasok senjata tersebut ke Hamas atau apakah senjata tersebut diberikan melalui transaksi yang melibatkan negara lain.
Advertisement
Sekjen PBB Minta Konflik di Timur Tengah Tidak Menyebar ke Wilayah Lain
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan permintaannya terutama pada pihak-pihak di Timur Tengah untuk mencegah meluasnya konflik.
Hal ini ia sampaikan bertepatan dengan konflik Israel-Palestina, dikutip dari laman VOA Indonesia.
“Saya prihatin akan baku tembak baru-baru ini di sepanjang Garis Biru dan laporan serangan baru-baru ini dari Lebanon selatan,” kata Guterres kepada wartawan di markas besar PBB. Garis Biru adalah garis demarkasi antara Israel dan Lebanon, yang dijaga oleh pasukan penjaga perdamaian PBB.
“Saya mengimbau semua pihak – dan mereka yang memiliki pengaruh terhadap partai-partai di sana, untuk menghindari eskalasi dan penyebaran yang lebih luas,” tambahnya.
Kelompok militan Lebanon yang didukung Iran, Hizbullah, menguasai wilayah Lebanon selatan. Terdapat kekhawatiran bahwa mereka akan terlibat dalam konflik untuk mendukung Hamas. Pada tahun 2006, Israel dan Hizbullah terlibat perang berdarah selama 33 hari di Lebanon.
Juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric, mengatakan kepada wartawan bahwa Guterres menerima rangkaian telepon sejak Hamas melancarkan serangan brutal terhadap warga sipil dan tentara Israel pada hari Sabtu (7/10). Serangan itu menewaskan lebih dari 1.000 warga Israel dan beberapa warga negara asing.
Gaza adalah rumah bagi lebih dari 2,2 juta warga Palestina. Para pejabat PBB meminta adanya koridor kemanusiaan untuk menyalurkan pasokan penting bagi warga sipil yang tinggal di wilayah itu.
“Kita membutuhkan akses kemanusiaan yang cepat dan tanpa hambatan saat ini,” kata Guterres. Ia menegaskan “akses yang segera.”
Dia berterima kasih kepada Mesir atas kesediaannya untuk meyediakan akses kemanusiaan melalui penyeberangan perbatasan Rafah, yang berbagi dengan Gaza.